Yuan: Mata Uang Ambisius yang Belum Mendunia

Di tengah dominasi dolar Amerika Serikat dan euro dalam percaturan ekonomi global, yuan atau renminbi muncul sebagai simbol ambisi Tiongkok untuk memperkuat posisinya dalam sistem keuangan dunia. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat selama beberapa dekade terakhir, banyak pihak memprediksi bahwa Tiongkok akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Namun, meski negaranya telah menjadi raksasa ekonomi, mata uangnya belum mampu menyusul dalam peran yang setara di panggung global.
Yuan: Simbol Kebangkitan Ekonomi Tiongkok
Renminbi (RMB), dengan satuan utamanya yuan (CNY), mulai diperkenalkan oleh Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1948, tak lama sebelum Partai Komunis mengambil alih kekuasaan. Dalam beberapa dekade awal, RMB hanya digunakan secara domestik dan tidak dapat ditukar secara bebas dengan mata uang asing. Namun, seiring dengan reformasi ekonomi yang dimulai sejak era Deng Xiaoping pada akhir 1970-an, Tiongkok mulai membuka diri terhadap perdagangan dan investasi asing. Salah satu langkah penting dalam reformasi ini adalah liberalisasi bertahap atas nilai tukar yuan dan upaya menjadikan RMB sebagai alat pembayaran internasional.
Dalam dua dekade terakhir, Tiongkok telah melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan yuan di pasar global. Misalnya, melalui perjanjian swap bilateral dengan negara-negara mitra dagang, peluncuran obligasi dim denominasi RMB di luar negeri (yang dikenal sebagai "dim sum bonds"), serta pembukaan pasar keuangan domestik bagi investor asing. Salah satu tonggak penting adalah ketika Dana Moneter Internasional (IMF) memasukkan RMB ke dalam keranjang Special Drawing Rights (SDR) pada tahun 2016, menempatkannya sejajar dengan dolar, euro, yen, dan poundsterling.
Hambatan Struktural dalam Internasionalisasi Yuan
Meski langkah-langkah tersebut menunjukkan keseriusan Tiongkok dalam mendorong yuan ke tingkat internasional, kenyataannya adopsi global terhadap mata uang ini masih terbatas. Menurut data SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), hingga 2024, RMB hanya menyumbang sekitar 3–4% dari total transaksi pembayaran internasional—jauh tertinggal dibandingkan dolar AS yang menguasai lebih dari 40%.
Salah satu hambatan utama dalam internasionalisasi yuan adalah kontrol ketat yang masih diberlakukan oleh pemerintah Tiongkok terhadap arus modal dan nilai tukar. Berbeda dengan dolar AS yang dapat bergerak secara bebas di pasar valuta asing, RMB masih sangat dikendalikan oleh otoritas moneter Tiongkok. Kapital kontrol ini menyebabkan kurangnya kepercayaan dari investor internasional yang membutuhkan likuiditas tinggi dan kebebasan dalam memindahkan modal antar negara.
Selain itu, sistem hukum dan transparansi Tiongkok juga menjadi sorotan. Investor asing cenderung lebih memilih mata uang dari negara dengan sistem hukum yang independen dan dapat diprediksi. Ketiadaan perlindungan hukum yang kuat bagi investor asing, serta campur tangan politik dalam dunia usaha di Tiongkok, menambah keraguan terhadap RMB sebagai mata uang cadangan dunia.
Yuan Digital: Strategi Baru Menuju Globalisasi?
Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok kembali mencuri perhatian global dengan meluncurkan proyek yuan digital atau e-CNY. Proyek ini merupakan bagian dari inisiatif bank sentral Tiongkok (PBOC) untuk menghadirkan mata uang digital bank sentral (CBDC) pertama dari negara besar. Dengan yuan digital, Tiongkok berharap dapat memperluas penggunaan RMB lintas batas dan menawarkan alternatif terhadap sistem pembayaran global yang saat ini dikuasai oleh jaringan berbasis dolar seperti SWIFT dan Visa/MasterCard.
Namun, meskipun teknologi digital membuka peluang baru, tantangan yang mendasar tetap tidak berubah. Yuan digital tetap tunduk pada kebijakan moneter dan kontrol pemerintah Tiongkok yang ketat. Sementara itu, kekhawatiran terkait privasi data, pemantauan transaksi oleh negara, dan keterbatasan akses bagi pihak asing menjadikan adopsi internasional atas yuan digital masih sangat terbatas.
Perspektif Geopolitik: Misi Yuan Melawan Hegemoni Dolar
Ambisi Tiongkok untuk menjadikan yuan sebagai mata uang global juga tidak lepas dari konteks geopolitik. Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok secara aktif mendorong penggunaan RMB dalam perdagangan bilateral, terutama dengan negara-negara yang ingin mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Misalnya, Tiongkok dan Rusia telah sepakat untuk melakukan sebagian besar transaksi perdagangan mereka dalam yuan dan rubel. Begitu pula dengan beberapa negara di Asia Tengah, Afrika, dan Timur Tengah yang mulai menerima RMB sebagai alat pembayaran untuk ekspor minyak, gas, dan komoditas lainnya.
Meski demikian, banyak negara mitra tetap menjadikan RMB hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai penyimpan nilai. Dalam arti lain, mereka mungkin menerima pembayaran dalam yuan, tetapi segera mengonversinya ke dolar atau mata uang lain yang dianggap lebih stabil. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap RMB sebagai cadangan devisa masih terbatas, meskipun penggunaannya dalam perdagangan meningkat.
Kesimpulan: Jalan Panjang Menuju Dominasi Global
Secara garis besar, RMB telah mengalami kemajuan signifikan dalam satu dekade terakhir. Ia tidak lagi hanya berperan sebagai mata uang domestik, tetapi mulai dikenal sebagai alat tukar internasional—terutama di kawasan Asia. Namun, untuk benar-benar "mendunia" dan menantang dominasi dolar AS, yuan masih menghadapi sejumlah tantangan besar: dari kebijakan moneter yang tertutup, sistem hukum yang belum sepenuhnya independen, hingga keterbatasan dalam kebijakan luar negeri yang menimbulkan resistensi di banyak negara.
Dominasi mata uang global tidak hanya ditentukan oleh kekuatan ekonomi semata, tetapi juga oleh tingkat kepercayaan, keterbukaan sistem, dan kemudahan penggunaannya di pasar global. Dalam konteks ini, yuan masih berada di jalur panjang menuju status mata uang dunia. Meskipun ambisi Tiongkok jelas, dunia belum sepenuhnya siap, dan mungkin belum cukup percaya, untuk menjadikan yuan sebagai alternatif utama bagi dolar.
Ingin memahami lebih dalam tentang pergerakan nilai mata uang dunia dan bagaimana pengaruh geopolitik dapat menciptakan peluang trading? Kini saatnya Anda meningkatkan wawasan dan kemampuan Anda di dunia trading bersama Didimax. Di www.didimax.co.id, Anda bisa mengikuti berbagai program edukasi yang dirancang khusus untuk membantu para trader pemula maupun profesional menguasai pasar forex, termasuk mata uang seperti yuan.
Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar langsung dari para mentor berpengalaman, dengan fasilitas lengkap dan komunitas trader aktif yang siap mendukung perjalanan Anda. Bergabunglah sekarang dan kuasai dunia trading bersama Didimax — tempat terbaik untuk mengembangkan strategi dan meningkatkan profit Anda secara konsisten.