Yuan vs Dolar: Alasan Yuan Masih Tertinggal di Kancah Global

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia keuangan global telah menyaksikan dominasi dolar Amerika Serikat (USD) sebagai mata uang cadangan utama dan alat pembayaran internasional. Namun, di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah, muncul upaya dari berbagai negara, terutama Tiongkok, untuk mendorong mata uang mereka, yuan (CNY), agar lebih diakui dan digunakan secara global. Meski demikian, yuan masih jauh tertinggal dibandingkan dolar dalam hal pengaruh dan kepercayaan di pasar internasional. Artikel ini akan membahas alasan-alasan utama mengapa yuan masih belum mampu menyaingi dolar dalam kancah global, serta faktor-faktor yang memengaruhi posisi kedua mata uang tersebut.
Dominasi Dolar di Pasar Global
Untuk memahami mengapa yuan masih kalah saing dengan dolar, kita harus memahami terlebih dahulu bagaimana dolar bisa mencapai posisinya sekarang. Setelah Perang Dunia II, kesepakatan Bretton Woods menetapkan dolar AS sebagai mata uang utama yang dipatok terhadap emas, dan menjadi standar dalam perdagangan internasional. Meskipun sistem Bretton Woods runtuh pada awal 1970-an, kepercayaan terhadap dolar tidak surut. Faktor-faktor seperti stabilitas ekonomi AS, likuiditas pasar keuangan Amerika, dan kekuatan militer serta politik AS semakin memperkuat posisi dolar.
Saat ini, sekitar 60% dari cadangan devisa global disimpan dalam bentuk dolar, dan hampir 90% transaksi valuta asing melibatkan dolar. Banyak komoditas internasional, seperti minyak dan emas, juga dihargai dalam dolar, yang semakin mengokohkan statusnya sebagai mata uang global utama. Selain itu, kebijakan moneter Federal Reserve yang transparan dan pasar keuangan AS yang dalam dan likuid memberikan rasa aman bagi investor global.
Tantangan yang Dihadapi Yuan
Tiongkok telah berupaya keras mempromosikan yuan sebagai mata uang internasional, terutama sejak peluncuran program "Belt and Road Initiative" yang mendorong penggunaan yuan dalam perdagangan antar negara mitra. Bank sentral Tiongkok juga mulai membuka pasar keuangan domestik bagi investor asing dengan skema seperti Bond Connect dan Stock Connect. Namun, berbagai kendala struktural dan politik membuat yuan belum bisa mencapai posisi sejajar dengan dolar.
1. Kontrol Modal dan Regulasi yang Ketat
Salah satu hambatan terbesar adalah kontrol ketat pemerintah Tiongkok terhadap arus modal masuk dan keluar negaranya. Berbeda dengan dolar yang bisa dengan mudah diperdagangkan dan dipindahkan antar negara, yuan masih tunduk pada regulasi ketat yang membatasi kebebasan transaksi. Hal ini membuat investor asing enggan memegang aset dalam bentuk yuan karena risiko likuiditas dan kesulitan mengonversi mata uang tersebut kembali ke mata uang lain.
2. Pasar Keuangan yang Belum Sepenuhnya Terbuka
Meskipun ada kemajuan dalam membuka pasar obligasi dan saham, pasar keuangan Tiongkok masih relatif tertutup dibandingkan dengan Amerika Serikat. Investor asing menghadapi batasan dalam kepemilikan saham dan kurangnya transparansi di beberapa sektor. Hal ini membuat aset berdenominasi yuan kurang menarik bagi investor global yang mengutamakan kebebasan dan keamanan dalam berinvestasi.
3. Ketidakpastian Politik dan Risiko Geopolitik
Isu-isu politik dan geopolitik juga menjadi faktor penghambat utama. Ketegangan antara Tiongkok dan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, menimbulkan kekhawatiran akan risiko kebijakan mendadak yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi dan nilai tukar yuan. Contohnya adalah risiko sanksi ekonomi atau pembatasan akses pasar yang dapat tiba-tiba diberlakukan.
4. Kurangnya Kepercayaan Internasional
Kepercayaan adalah faktor utama dalam penggunaan mata uang sebagai alat pembayaran dan cadangan internasional. Meskipun Tiongkok adalah kekuatan ekonomi kedua terbesar dunia, persepsi terhadap transparansi kebijakan ekonomi dan stabilitas politiknya masih diragukan oleh banyak negara dan investor. Hal ini mengurangi keinginan untuk menjadikan yuan sebagai mata uang utama dalam perdagangan dan penyimpanan nilai.
5. Kurangnya Infrastruktur Keuangan Global Berbasis Yuan
Dolar Amerika didukung oleh jaringan institusi keuangan global yang luas dan sistem pembayaran internasional yang mapan seperti SWIFT. Sebaliknya, meskipun Tiongkok mengembangkan sistem pembayaran alternatif seperti CIPS (Cross-Border Interbank Payment System), adopsinya masih terbatas dan belum menjadi standar global.
Upaya Tiongkok Memperkuat Yuan
Meski menghadapi berbagai kendala, Tiongkok tetap agresif dalam mempromosikan yuan. Selain membuka pasar keuangan dan membangun jaringan pembayaran alternatif, Tiongkok juga menggalakkan penggunaan yuan dalam perdagangan bilateral dengan berbagai negara, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Yuan juga semakin digunakan dalam transaksi perdagangan komoditas tertentu seperti minyak mentah dari beberapa negara mitra.
Inisiatif ini mendapat dorongan dengan masuknya yuan ke dalam Special Drawing Rights (SDR) IMF sejak 2016, yang merupakan pengakuan internasional atas posisi yuan sebagai mata uang penting. Namun, perubahan fundamental dalam dominasi mata uang global biasanya memakan waktu puluhan tahun dan membutuhkan reformasi ekonomi serta politik yang mendalam.
Masa Depan Yuan dalam Kancah Global
Apakah yuan akan mampu menyaingi dolar dalam waktu dekat? Kemungkinan besar, posisi dolar sebagai mata uang global utama akan tetap bertahan untuk jangka menengah, mengingat keunggulan struktural dan geopolitik Amerika Serikat. Namun, dengan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang pesat dan integrasi yang lebih dalam ke pasar global, yuan diperkirakan akan semakin meningkat perannya, terutama di kawasan Asia dan di antara negara-negara yang memiliki hubungan ekonomi erat dengan Tiongkok.
Perkembangan teknologi finansial (fintech) dan digitalisasi juga dapat menjadi peluang bagi yuan, terutama dengan munculnya Digital Yuan (e-CNY) yang sedang diuji coba secara luas di Tiongkok. Digital Yuan berpotensi menurunkan biaya transaksi lintas batas dan meningkatkan transparansi, yang bisa mempercepat internasionalisasi mata uang tersebut.
Meski demikian, untuk benar-benar menantang dominasi dolar, Tiongkok perlu melanjutkan reformasi ekonomi yang meningkatkan transparansi dan keterbukaan pasar, serta mengurangi risiko politik dan geopolitik yang selama ini membayangi kepercayaan global terhadap yuan.
Jika Anda ingin memahami lebih dalam tentang dinamika pasar valuta asing dan bagaimana pergerakan mata uang seperti dolar dan yuan mempengaruhi investasi dan perdagangan global, saatnya memperkuat wawasan Anda dengan edukasi trading yang tepat. Di era digital ini, memahami dasar-dasar trading dan analisis pasar menjadi modal penting untuk mengoptimalkan peluang investasi dan mengurangi risiko kerugian. Program edukasi trading yang sistematis dan komprehensif bisa membuka pintu bagi Anda untuk menjadi trader yang cerdas dan adaptif.
www.didimax.co.id menawarkan berbagai program edukasi trading yang dirancang khusus untuk pemula maupun trader berpengalaman. Dengan metode pembelajaran yang mudah dipahami dan materi yang selalu update, Anda dapat belajar bagaimana membaca tren pasar, mengelola risiko, dan memanfaatkan peluang trading mata uang secara efektif. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengembangkan skill trading Anda dan berinvestasi dengan lebih percaya diri di pasar finansial global.