Bagaimana Perubahan Kebijakan di China dan AS Mempengaruhi Forex?
Pasar forex (foreign exchange) merupakan salah satu pasar keuangan terbesar di dunia, yang sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan ekonomi dan politik dari negara-negara besar seperti China dan Amerika Serikat. Kedua negara ini memainkan peran kunci dalam perekonomian global, dan setiap perubahan kebijakan yang mereka terapkan dapat memiliki dampak besar pada nilai tukar mata uang di seluruh dunia. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana perubahan kebijakan di China dan AS mempengaruhi forex serta peluang yang dapat diambil oleh para trader dalam menghadapi dinamika ini.
Pengaruh Kebijakan Moneter dan Suku Bunga

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi nilai tukar mata uang adalah kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral. Federal Reserve (The Fed) di AS dan People’s Bank of China (PBoC) memiliki peran penting dalam menentukan arah kebijakan moneter masing-masing negara.
Ketika The Fed menaikkan suku bunga, hal ini sering kali menyebabkan penguatan dolar AS (USD) karena investor global mencari imbal hasil yang lebih tinggi di aset berbasis dolar. Sebaliknya, jika The Fed menurunkan suku bunga, nilai USD cenderung melemah karena daya tariknya bagi investor berkurang. Kebijakan suku bunga ini berdampak langsung pada pasangan mata uang utama seperti USD/JPY, EUR/USD, dan GBP/USD.
Di sisi lain, PBoC memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengelola mata uangnya, yuan (CNY). Pemerintah China sering kali menerapkan intervensi langsung atau kebijakan devaluasi untuk menjaga daya saing ekspor mereka. Jika China melemahkan yuan untuk meningkatkan daya saing ekspor, ini dapat menyebabkan fluktuasi besar dalam pasangan mata uang seperti USD/CNY dan AUD/USD, karena Australia memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan China.
Dampak Perang Dagang dan Sanksi Ekonomi
Perang dagang antara AS dan China yang memanas sejak 2018 telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi forex. Ketika AS memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang impor dari China, Beijing merespons dengan kebijakan serupa. Akibatnya, ketegangan ini menyebabkan ketidakpastian di pasar keuangan, yang membuat investor cenderung beralih ke aset safe haven seperti emas dan mata uang kuat seperti dolar AS dan yen Jepang.
Jika ketegangan perdagangan meningkat, yuan cenderung melemah karena investor kehilangan kepercayaan terhadap perekonomian China. Hal ini juga berdampak pada mata uang negara-negara lain yang memiliki ketergantungan perdagangan tinggi dengan China, seperti dolar Australia (AUD) dan dolar Selandia Baru (NZD). Sebaliknya, jika hubungan AS-China membaik, ini bisa mengurangi tekanan pada mata uang negara berkembang dan meningkatkan permintaan terhadap mata uang berisiko lebih tinggi.
Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Stimulus Ekonomi
Selain kebijakan moneter, kebijakan fiskal juga memainkan peran penting dalam pergerakan forex. Saat pandemi COVID-19 melanda, baik AS maupun China mengeluarkan paket stimulus besar untuk menstabilkan perekonomian mereka.
Di AS, stimulus besar yang diberikan oleh pemerintah sering kali menyebabkan pelemahan dolar AS karena meningkatkan jumlah uang yang beredar di pasar. Sebagai contoh, pada 2020-2021, paket stimulus besar yang dikeluarkan oleh pemerintah AS berdampak pada pelemahan USD dalam jangka pendek. Sebaliknya, kebijakan pengetatan fiskal, seperti pengurangan stimulus atau peningkatan pajak, dapat menyebabkan penguatan USD karena ekspektasi terhadap kebijakan moneter yang lebih ketat.
Di China, stimulus ekonomi sering kali difokuskan pada sektor infrastruktur dan industri, yang dapat meningkatkan permintaan terhadap komoditas seperti tembaga dan minyak. Hal ini berpengaruh pada mata uang negara-negara eksportir komoditas seperti AUD, CAD (dolar Kanada), dan NZD. Jika China meningkatkan stimulusnya, maka nilai mata uang negara-negara tersebut bisa terdorong naik.
Fluktuasi Nilai Tukar dan Dampaknya bagi Trader Forex
Bagi trader forex, memahami dampak kebijakan ekonomi dari AS dan China sangat penting untuk mengambil keputusan trading yang tepat. Berikut beberapa strategi yang dapat digunakan:
-
Mengikuti Perkembangan Suku Bunga – Trader dapat mengamati pernyataan The Fed dan PBoC untuk mengetahui arah kebijakan suku bunga. Kenaikan suku bunga AS bisa menjadi sinyal untuk membeli USD, sementara pemotongan suku bunga bisa menjadi peluang untuk menjual USD.
-
Memanfaatkan Perang Dagang – Jika ketegangan AS-China meningkat, trader bisa mencari peluang di mata uang safe haven seperti JPY dan CHF (franc Swiss). Sebaliknya, jika hubungan membaik, mata uang berisiko seperti AUD dan NZD bisa menjadi pilihan.
-
Memantau Stimulus dan Kebijakan Fiskal – Trader harus mengikuti berita terkait stimulus ekonomi dari kedua negara untuk mengantisipasi dampaknya terhadap mata uang global.
-
Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental – Kombinasi antara analisis berita ekonomi dan pola grafik harga dapat membantu trader dalam mengambil keputusan yang lebih akurat.
Perubahan kebijakan ekonomi di China dan AS adalah faktor utama yang mempengaruhi pergerakan forex secara global. Dengan memahami bagaimana kebijakan moneter, perang dagang, dan stimulus ekonomi dari kedua negara ini mempengaruhi nilai tukar mata uang, trader dapat mengoptimalkan strategi mereka untuk mendapatkan keuntungan di pasar forex yang dinamis ini.
Jika Anda ingin memahami lebih dalam tentang strategi trading forex dan bagaimana memanfaatkan pergerakan pasar akibat kebijakan ekonomi global, kami mengundang Anda untuk mengikuti program edukasi trading bersama Didimax. Dengan bimbingan mentor berpengalaman, Anda akan mendapatkan pemahaman yang lebih tajam tentang analisis pasar dan strategi trading yang efektif.
Bergabunglah sekarang di www.didimax.co.id dan mulai perjalanan trading Anda dengan lebih percaya diri! Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar langsung dari para ahli dan mengasah keterampilan trading Anda secara profesional.