Dampak Perang Thailand dan Kamboja terhadap Stabilitas Pasar Forex

Ketika dua negara bertetangga tiba-tiba terjerumus ke dalam konflik bersenjata—dalam hal ini Thailand dan Kamboja—pasar keuangan global, termasuk pasar valuta asing (forex), hampir selalu merespons secara cepat dan volatil. Meskipun keduanya bukan pusat keuangan global sebesar Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, atau Tiongkok, perang di Asia Tenggara memiliki efek rambatan (spillover effect) yang tidak boleh diremehkan. Thailand adalah ekonomi besar kedua di ASEAN dengan keterkaitan yang kuat ke rantai pasok regional, sementara Kamboja, meski ekonominya lebih kecil, sangat terintegrasi ke ekosistem manufaktur, pariwisata, dan investasi regional. Artikel panjang ini akan membahas bagaimana perang hipotetis Thailand–Kamboja dapat mengguncang stabilitas pasar forex: mulai dari dampaknya pada pasangan mata uang regional (terutama USD/THB dan USD/KHR), arus modal, kebijakan bank sentral, hingga bagaimana trader ritel semestinya menyusun strategi manajemen risiko di tengah ketidakpastian geopolitik.
1) Mengapa Konflik Regional Bisa Mengguncang Forex Global?
Secara teori, nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa variabel utama: diferensial suku bunga, ekspektasi pertumbuhan ekonomi, neraca transaksi berjalan, sentimen risiko global, serta likuiditas pasar. Perang menekan hampir semua variabel ini secara simultan:
-
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Memburuk
Investasi langsung asing (FDI), pariwisata, dan manufaktur cenderung melambat. Thailand, yang sangat bergantung pada pariwisata dan ekspor otomotif serta elektronik, kemungkinan mengalami penurunan pendapatan devisa. Kamboja, yang bergantung pada sektor garmen, pariwisata, serta konstruksi yang dibiayai FDI, juga akan terdampak.
-
Meningkatnya Premi Risiko
Investor global biasanya menuntut imbal hasil lebih tinggi untuk aset-aset di kawasan konflik. Akibatnya, arus modal keluar (capital outflow) dapat menekan mata uang domestik—dalam hal ini baht Thailand (THB) dan riel Kamboja (KHR).
-
Likuiditas Menyusut & Spread Melebar
Dalam situasi krisis, likuiditas pasangan mata uang pasar berkembang (EMFX) sering kali mengering. Spread bid-ask melebar, biaya transaksi naik, dan slippage menjadi ancaman nyata.
-
Flight to Quality / Safe-Haven Flow
Modal beralih ke mata uang safe haven seperti USD, JPY, dan CHF, serta emas. Ini mendorong penguatan dolar AS dan yen terhadap mata uang regional.
2) Kanal Transmisi: Dari Medan Konflik ke Terminal Trading
a) Pasangan Mata Uang yang Paling Terdampak
-
USD/THB: Baht berpotensi terdepresiasi akibat capital outflow, tekanan pada cadangan devisa jika intervensi dilakukan, dan penurunan penerimaan pariwisata serta ekspor.
-
USD/KHR: Riel Kamboja relatif kurang likuid di pasar global, tetapi tekanan inflasi domestik, pembiayaan defisit fiskal, dan penurunan FDI bisa memaksa otoritas moneter mengambil langkah stabilisasi yang berimbas pada harga tukar resmi dan pasar paralel.
-
THB/IDR, THB/SGD, dan Cross ASEAN Lainnya: Cross-pairs regional mungkin menunjukkan volatilitas tinggi, terutama jika investor melakukan rebalancing portofolio antarnegara ASEAN.
b) Impak ke Carry Trade
Jika Thailand mempertahankan suku bunga lebih rendah dari AS atau safe haven lainnya, maka strategi carry trade (meminjam di low-yield currency lalu berinvestasi di high-yield) menjadi kurang menarik. Trader mungkin menutup posisi carry trade mereka, memicu apresiasi mendadak pada funding currency dan depresiasi pada mata uang target.
c) Cadangan Devisa & Intervensi Bank Sentral
Bank of Thailand (BoT) dan National Bank of Cambodia (NBC) mungkin melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar, menggunakan cadangan devisa atau menyesuaikan suku bunga. Namun ruang intervensi memiliki batas: semakin panjang konflik berlangsung, semakin besar risiko terkurasnya amunisi kebijakan.
d) Inflasi Impor & Lonjakan Harga Komoditas
Perang dapat mengganggu jalur logistik, meningkatkan biaya asuransi pengiriman, dan memicu kenaikan harga barang impor. Tekanan inflasi impor ini menekan daya beli domestik sekaligus mempersulit bank sentral: apakah harus menaikkan suku bunga untuk menahan depresiasi dan inflasi, atau justru melonggarkan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan yang melambat?
3) Skenario: Bagaimana Forex Bereaksi?
Mari kita pecah menjadi tiga skenario durasi dan eskalasi:
Skenario 1 — Konflik Singkat & Terkendali
-
Durasi: Hari hingga beberapa minggu.
-
Dampak ke THB/KHR: Depresiasi tajam namun sementara, diikuti relief rally ketika gencatan senjata diumumkan.
-
Likuiditas: Spread melebar sesaat, normalisasi cepat.
-
Kebijakan: Pernyataan koordinasi fiskal-moneter untuk menenangkan pasar, intervensi FX moderat.
Implikasi untuk trader: Strategi fade the panic atau mean reversion pada USD/THB mungkin muncul, namun butuh disiplin ketat dan eksekusi cepat. Trader perlu fokus pada level-level teknikal kunci yang berfungsi sebagai area re-entry setelah volatilitas mereda.
Skenario 2 — Konflik Menengah dengan Tekanan Ekonomi Nyata
-
Durasi: Bulan.
-
Dampak ke THB/KHR: Depresiasi berkelanjutan, volatilitas tinggi. Potensi downgrade outlook kredit jika tekanan fiskal meningkat.
-
Likuiditas: Turun secara signifikan pada jam-jam tertentu; broker meningkatkan margin requirement.
-
Kebijakan: Kenaikan suku bunga defensif atau kontrol modal selektif (soft capital control) menjadi wacana.
Implikasi untuk trader: Safe haven dan USD berpotensi rally lebih lama. Strategi trend-following dengan trailing stop bisa lebih efektif dibanding mencoba menangkap pembalikan (counter-trend). Penting untuk memantau data cadangan devisa dan headline kebijakan.
Skenario 3 — Perang Berkepanjangan & Eskalasi Regional
-
Durasi: > 1 tahun, melibatkan aktor eksternal, sanksi, atau blokade perdagangan.
-
Dampak ke THB/KHR: Penurunan tajam, potensi dislokasi harga, dual exchange rate, atau pembatasan transaksi valas.
-
Likuiditas: Sangat tipis; volatilitas ekstrem; beberapa pasangan menjadi hampir tidak dapat diperdagangkan bagi ritel.
-
Kebijakan: Kontrol modal ketat, intervensi massif, bailout sektor perbankan, kebijakan fiskal ekspansif bertemu inflasi tinggi (stagflasi).
Implikasi untuk trader: Fokus pada USD, JPY, CHF, dan komoditas safe haven (emas). Mata uang regional bisa menjadi terlalu berisiko untuk profil ritel biasa. Hedging portofolio menjadi prioritas utama.
4) Efek Sekunder: ASEAN, Rantai Pasok, dan Risiko Sistemik
Konflik Thailand–Kamboja dapat memicu:
-
Penataan Ulang Rantai Pasok ASEAN
Perusahaan multinasional mungkin memindahkan sebagian kapasitas produksi untuk mengurangi risiko geopolitik. Ini akan memengaruhi arus perdagangan intra-ASEAN, yang pada gilirannya menekan mata uang kawasan berorientasi ekspor.
-
Tekanan ke Pasar Obligasi & Perbankan
Yield obligasi pemerintah bisa naik, mempersempit selisih suku bunga riil antara domestik dan global, sehingga minoritas investor yang sensitif risiko akan melakukan outflow lebih cepat.
-
ASEAN Risk Premium
Meskipun ASEAN dikenal relatif stabil, konflik terbuka bisa menambah “ASEAN discount” di mata investor, melemahkan FX beberapa negara tetangga—meski tidak sebesar tekanan pada THB/KHR.
5) Bagaimana Trader Forex Ritel Harus Bersikap?
a) Perkuat Manajemen Risiko
-
Tetapkan ukuran posisi konservatif: Saat volatilitas meningkat, ukuran posisi harus mengecil. Volatilitas yang sama dengan leverage tinggi adalah resep margin call.
-
Gunakan stop loss berbasis volatilitas: ATR (Average True Range) dapat membantu menyesuaikan jarak SL dengan kondisi pasar yang berubah cepat.
-
Hindari overexposure pada satu tema geopolitik: Diversifikasi ke pasangan mayor yang lebih likuid dapat mengurangi guncangan portofolio.
b) Pantau Data Tingkat Makro
-
Cadangan devisa, arus portofolio, neraca berjalan, headline kebijakan bank sentral, serta rating kredit. Data-data ini menjadi indikator dini mengenai kemampuan dan tekad otoritas moneter menstabilkan mata uang.
c) Perhatikan Jam Perdagangan & Likuiditas
Volatilitas bisa “meledak” di sesi Asia karena berita lokal, namun respon global bisa makin besar ketika sesi London dan New York buka. Jika Anda trading pada jam tipis likuiditas, risiko gap dan slippage membesar.
d) Adaptasi Strategi Teknis dengan Konteks Fundamental
Teknikal tetap berguna, tetapi trader perlu menyadari bahwa headline risk dapat mematahkan pola teknis apa pun. Selalu pantau kalender risiko geopolitik: gencatan senjata, sanksi, rapat darurat ASEAN, hingga konferensi pers bank sentral.
e) Gunakan Instrumen Hedging
Bagi trader yang juga memiliki eksposur portofolio saham/obligasi di kawasan, mempertimbangkan produk derivatif atau pairing posisi di safe haven bisa menjadi lapisan perlindungan tambahan.
6) Psikologi Pasar: Dari Panik ke Rasionalitas Baru
Dalam konflik, fase psikologi pasar biasanya bergerak dari shock & panic → price discovery → normalisasi parsial → re-pricing struktural. Trader yang bertahan (dan bahkan berkembang) bukan yang paling pintar menebak arah, tetapi yang paling disiplin mengatur risiko, sabar menunggu konfirmasi, dan cepat beradaptasi pada “rezim volatilitas” yang baru.
7) Ringkasan Inti
-
THB dan KHR berada di garis depan tekanan, dengan USD/THB dan USD/KHR menjadi pasangan paling sensitif.
-
Safe haven (USD, JPY, CHF) cenderung menguat, terutama jika konflik berlangsung lama atau meluas.
-
Likuiditas menyusut, spread melebar, dan leverage menjadi lebih berbahaya—ini menuntut pengurangan ukuran posisi dan disiplin stop loss.
-
Bank sentral mungkin intervensi, tetapi ruang kebijakan terbatas jika konflik berlarut dan membebani cadangan devisa.
-
Trader perlu memadukan analisis teknikal dengan pemahaman geopolitik dan makro, serta siap mengubah strategi saat rezim volatilitas berubah.

Pada akhirnya, kemampuan Anda membaca konteks makro, memonitor headline, dan mengeksekusi manajemen risiko adalah pembeda utama di pasar yang diguncang perang. Tidak ada strategi yang kebal terhadap ketidakpastian geopolitik—yang ada adalah trader yang siap dengan rencana A, B, hingga Z, dan berani menekan tombol “cut loss” ketika pasar berkata “kamu salah”.
Bila Anda ingin memperdalam pemahaman, berlatih membaca data makro, memahami ritme bank sentral, dan mempraktikkan pengelolaan risiko yang ketat, bergabunglah dalam program edukasi trading yang komprehensif dan terstruktur. Anda akan belajar bukan hanya apa yang terjadi di pasar, tetapi bagaimana mengonversi informasi menjadi keputusan yang terukur. Kunjungi www.didimax.co.id untuk mendapatkan modul, webinar, dan pendampingan praktis agar Anda tidak lagi meraba-raba di tengah volatilitas.
Jangan biarkan perang, krisis, atau headline besar lain membuat Anda tersapu arus. Dapatkan peta, kompas, dan alat navigasi trading yang solid bersama mentor yang berpengalaman. Mulai langkah serius Anda sekarang di www.didimax.co.id, dan siapkan diri untuk menghadapi pasar—apa pun kondisi geopolitiknya.