Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Dollar's Fate Hangs on Summer’s Biggest FX Test: Will Tariffs Reignite Inflation?

Dollar's Fate Hangs on Summer’s Biggest FX Test: Will Tariffs Reignite Inflation?

by Iqbal

Dollar's Fate Hangs on Summer’s Biggest FX Test: Will Tariffs Reignite Inflation?

Musim panas 2025 diprediksi menjadi titik krusial bagi nasib dolar Amerika Serikat (USD) di pasar valuta asing global. Di tengah ketidakpastian geopolitik, ancaman perang dagang baru, dan kekhawatiran akan kebangkitan inflasi, para pelaku pasar kini menanti apakah kebijakan tarif yang sedang dibahas oleh pemerintahan AS akan menjadi pemicu gelombang baru ketegangan ekonomi global. Jika skenario itu terwujud, bukan hanya harga barang dan komoditas yang melonjak, tetapi juga tekanan besar akan datang menghantam nilai tukar dolar.

Kebijakan Tarif dan Dampak Psikologis Pasar

Tarif perdagangan selalu menjadi alat kebijakan yang kontroversial. Ketika pemerintahan Trump menerapkan tarif terhadap China pada 2018–2019, pasar merespons dengan volatilitas tinggi, dan efek domino menyebar ke seluruh sektor ekonomi global. Kini, dengan naiknya kembali sentimen proteksionisme dalam negeri AS dan tekanan dari kelompok industri domestik, isu penerapan tarif baru kembali mencuat.

Presiden AS yang sedang mencalonkan diri untuk masa jabatan berikutnya telah menjanjikan kebijakan "Buy American, Hire American" yang lebih ketat, termasuk potensi tarif terhadap kendaraan listrik China, baja asing, hingga produk manufaktur lainnya. Rencana ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa inflasi yang sempat mereda akan kembali meningkat akibat naiknya biaya impor.

Dalam dunia FX (foreign exchange), sentimen adalah segalanya. Ketika pasar memperkirakan bahwa kebijakan tarif dapat meningkatkan harga konsumen, ekspektasi inflasi pun melonjak. Implikasinya sangat jelas: The Fed bisa terpaksa menunda atau bahkan membatalkan rencana pemangkasan suku bunga yang semula diharapkan terjadi di paruh kedua 2025. Akibatnya, daya tarik USD bisa mengalami perubahan arah yang drastis dalam waktu singkat.

Inflasi: Musuh Lama yang Siap Bangkit?

Setelah lebih dari setahun menunjukkan tren menurun, inflasi AS sempat mencapai target 2% pada awal 2025. Namun, sinyal kebangkitan harga mulai terasa di kuartal kedua. Harga energi naik seiring ketegangan di Timur Tengah, harga pangan melonjak akibat gangguan rantai pasok, dan yang terbaru, muncul ancaman tarif baru terhadap produk konsumen utama.

Jika tarif diberlakukan secara luas, efeknya hampir pasti akan terlihat dalam indeks harga konsumen (CPI). Lonjakan harga yang berasal dari luar negeri akan diteruskan ke konsumen dalam negeri, memaksa The Fed untuk lebih berhati-hati dalam mengambil langkah stimulus moneter. Kebijakan suku bunga tinggi yang berkepanjangan akan memperkuat USD untuk sementara, tetapi dalam jangka panjang bisa memicu perlambatan ekonomi yang berujung pada pelemahan mata uang itu sendiri.

Para ekonom dari berbagai lembaga keuangan, termasuk Goldman Sachs dan Morgan Stanley, telah memperingatkan bahwa tarif bisa menjadi faktor game-changer di pasar FX tahun ini. Kombinasi antara inflasi yang naik dan ketidakpastian kebijakan membuat para trader dan investor harus bersiap menghadapi gejolak yang bisa mengguncang dolar secara fundamental.

Reaksi Global dan Posisi Dolar dalam Portofolio Cadangan

Selain dampak domestik, kebijakan tarif AS juga memicu reaksi dari negara-negara mitra dagang. China, Uni Eropa, dan Meksiko kemungkinan besar tidak akan tinggal diam jika produk mereka dikenakan tarif tambahan. Retaliasi berupa tarif balasan atau hambatan perdagangan lainnya bisa memperkeruh kondisi.

Dampak dari kondisi ini terasa pula di cadangan devisa global. Beberapa negara berkembang mulai menurunkan porsi dolar dalam cadangan mereka, beralih ke aset alternatif seperti euro, yuan, atau bahkan emas. Ini memberikan tekanan jangka menengah terhadap dominasi USD sebagai mata uang cadangan dunia.

Menurut data dari International Monetary Fund (IMF), porsi dolar dalam cadangan devisa global telah menurun dari sekitar 65% pada awal 2000-an menjadi di bawah 58% pada 2024. Jika kebijakan yang memicu inflasi dan ketegangan dagang kembali diterapkan, tren ini kemungkinan akan semakin cepat.

Prospek Dolar: Bertahan atau Tumbang?

Meskipun dalam jangka pendek penguatan dolar mungkin masih bertahan karena ekspektasi suku bunga yang tinggi, namun ketahanan USD akan benar-benar diuji pada musim panas ini. Pasar tidak hanya akan mencermati data inflasi, tetapi juga retorika dari The Fed, keputusan perdagangan dari Gedung Putih, dan reaksi dari mitra dagang utama.

Pasar valuta asing juga sangat sensitif terhadap perubahan sentimen risiko global. Jika ketegangan dagang meningkat dan menimbulkan kekhawatiran resesi global, investor mungkin mencari aset safe haven seperti franc Swiss atau yen Jepang, yang secara historis tampil kuat di tengah ketidakpastian.

Namun, jika The Fed bersikap lebih agresif dalam melawan inflasi dan menunjukkan komitmen untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, dolar mungkin bisa bertahan dari tekanan eksternal. Akan tetapi, ini bukan tanpa risiko. Suku bunga tinggi terlalu lama bisa memukul sektor properti, perbankan, dan konsumsi, yang pada akhirnya akan merugikan perekonomian secara keseluruhan.

Strategi Trader Menghadapi Ketidakpastian

Bagi trader dan pelaku pasar FX, bulan-bulan mendatang akan menjadi medan ujian strategi dan manajemen risiko. Pergerakan nilai tukar yang fluktuatif memberi peluang keuntungan, tetapi juga potensi kerugian besar jika salah langkah.

Penting untuk memahami bahwa dinamika pasar tidak hanya dipengaruhi oleh data ekonomi, tetapi juga oleh psikologi pasar, pernyataan bank sentral, serta manuver politik. Trader profesional akan memperhatikan tidak hanya laporan inflasi dan pengumuman suku bunga, tetapi juga konferensi pers, pertemuan G7, dan bahkan tweet atau pidato dari pemimpin politik utama.

Salah satu strategi yang disarankan dalam kondisi seperti ini adalah menjaga fleksibilitas posisi, menggunakan stop-loss yang ketat, serta mempertimbangkan hedging menggunakan instrumen derivatif seperti opsi atau kontrak berjangka. Di samping itu, pemahaman akan analisis fundamental dan teknikal harus ditingkatkan agar tidak terjebak dalam noise pasar jangka pendek.


Untuk Anda yang ingin menguasai keterampilan trading forex di tengah dinamika global yang semakin kompleks, saatnya bergabung dalam program edukasi eksklusif bersama Didimax. Dengan bimbingan mentor berpengalaman, Anda akan dibekali pemahaman menyeluruh tentang analisis pasar, strategi manajemen risiko, hingga teknik trading yang terbukti efektif dalam kondisi volatil sekalipun.

Kunjungi www.didimax.co.id sekarang juga dan jadilah bagian dari komunitas trader sukses di Indonesia. Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar langsung dari praktisi industri dan memperkuat langkah Anda dalam meraih profit konsisten di pasar forex.