Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Euro Terseret Turun Karena Dominasi Greenback Setelah FOMC

Euro Terseret Turun Karena Dominasi Greenback Setelah FOMC

by Iqbal

Euro Terseret Turun Karena Dominasi Greenback Setelah FOMC

Pasar valuta asing global kembali dikejutkan oleh pergerakan tajam yang terjadi setelah rapat kebijakan moneter Federal Open Market Committee (FOMC) terbaru. Dalam rapat tersebut, The Federal Reserve menegaskan sikap kebijakan yang cenderung hawkish, dengan menekankan komitmen mereka untuk menjaga inflasi tetap terkendali, meskipun indikator ekonomi menunjukkan adanya perlambatan di beberapa sektor. Dampaknya, dolar AS atau yang sering disebut greenback, melonjak signifikan dan menyeret euro ke level lebih rendah. Kondisi ini menjadi sorotan para pelaku pasar karena memperkuat dominasi greenback terhadap mata uang utama dunia, termasuk euro yang selama beberapa bulan terakhir telah menunjukkan pelemahan beruntun.

Euro yang sebelumnya sempat mendapatkan sedikit dorongan dari data ekonomi kawasan Eropa, khususnya Jerman dan Prancis, akhirnya tidak mampu bertahan menghadapi tekanan dolar AS. Sinyal hawkish dari The Fed membuat investor kembali memburu aset dalam denominasi dolar, yang dianggap lebih aman di tengah ketidakpastian global. Hal ini sekaligus menambah beban bagi Bank Sentral Eropa (ECB) yang sedang berusaha menjaga keseimbangan antara kebutuhan menahan inflasi dan risiko resesi yang membayangi kawasan euro.

Tekanan pada Euro di Tengah Sentimen Hawkish The Fed

Keputusan FOMC untuk mempertahankan suku bunga di level tinggi dalam jangka waktu lebih lama dari perkiraan sebelumnya menjadi pemicu utama pelemahan euro. The Fed menegaskan bahwa inflasi AS masih berada di atas target 2% dan membutuhkan kebijakan moneter ketat lebih lanjut. Komitmen ini segera meningkatkan daya tarik dolar AS karena imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak, membuat investor global mengalihkan dana mereka ke aset berbasis dolar.

Euro, di sisi lain, kehilangan daya tariknya karena prospek ekonomi kawasan euro yang masih penuh tantangan. Inflasi memang menunjukkan tanda-tanda penurunan, namun tekanan pada sektor industri dan lemahnya konsumsi masyarakat membuat ECB berada dalam posisi serba sulit. Jika ECB terus mempertahankan suku bunga tinggi, risiko resesi semakin besar, namun jika mereka menurunkan suku bunga terlalu cepat, inflasi bisa kembali meningkat. Dilema inilah yang membuat euro semakin sulit bersaing melawan greenback.

Data Ekonomi Eropa yang Mengecewakan

Selain faktor kebijakan moneter AS, pelemahan euro juga didorong oleh data ekonomi kawasan euro yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan kuat. Jerman, sebagai motor utama ekonomi kawasan, melaporkan pelemahan signifikan dalam sektor manufaktur dan ekspor. Hal ini dipicu oleh berkurangnya permintaan global serta ketidakpastian geopolitik yang masih berlangsung. Sementara itu, Prancis dan Italia juga menghadapi tekanan pada sektor jasa dan konsumsi domestik.

Rilis data PMI (Purchasing Managers’ Index) untuk zona euro menunjukkan kontraksi berkelanjutan dalam sektor manufaktur, meskipun sektor jasa masih sedikit bertahan. Namun, secara keseluruhan, prospek ekonomi tetap suram. Investor semakin pesimistis dengan daya tahan euro di tengah gelombang ketidakpastian global, apalagi jika dibandingkan dengan ekonomi AS yang meski melambat, tetap menunjukkan ketahanan di pasar tenaga kerja dan konsumsi.

Respon Pasar dan Pergerakan EUR/USD

Pasca pengumuman FOMC, pasangan mata uang EUR/USD langsung anjlok ke level terendah dalam beberapa pekan terakhir. Tekanan jual meningkat tajam karena investor lebih memilih menyimpan dolar AS. Level teknikal penting di area support pun ditembus, memicu aksi jual lanjutan. Dalam analisis teknikal, EUR/USD kini diperkirakan akan menghadapi support berikutnya di sekitar area psikologis 1.06, sementara resistance terdekat berada di sekitar 1.08.

Trader jangka pendek memanfaatkan volatilitas ini untuk masuk pasar, sementara investor jangka panjang cenderung lebih berhati-hati menunggu sinyal stabilitas dari Eropa. Sentimen risk-off di pasar global juga memperburuk situasi, di mana dolar AS semakin dipandang sebagai aset lindung nilai, menambah tekanan pada euro.

Tantangan Besar untuk ECB

ECB kini berada dalam posisi yang sulit. Di satu sisi, mereka harus memastikan inflasi terus bergerak menuju target 2%, namun di sisi lain, kebijakan yang terlalu ketat bisa memperburuk resesi di kawasan euro. Beberapa pejabat ECB mulai memberikan pernyataan yang bernuansa dovish, mengindikasikan bahwa kemungkinan penurunan suku bunga bisa terjadi jika ekonomi semakin melemah. Namun, pernyataan tersebut justru melemahkan euro lebih lanjut, karena pasar menilai bahwa perbedaan kebijakan dengan The Fed akan semakin lebar.

Jika ECB menurunkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan, euro bisa menghadapi tekanan jual yang lebih dalam. Sebaliknya, jika mereka mempertahankan suku bunga tinggi, risiko resesi bisa menambah ketidakpastian investor terhadap prospek jangka panjang kawasan euro. Dengan kondisi seperti ini, banyak analis memperkirakan euro masih akan berada dalam tren pelemahan terhadap dolar AS dalam beberapa bulan ke depan.

Prospek Jangka Panjang EUR/USD

Dalam jangka panjang, arah EUR/USD akan sangat bergantung pada perbedaan kebijakan moneter antara The Fed dan ECB, serta perkembangan data ekonomi dari kedua kawasan. Selama ekonomi AS tetap lebih kuat dibandingkan kawasan euro, dolar AS kemungkinan besar akan tetap mendominasi. Namun, peluang rebound euro masih terbuka jika data inflasi AS menunjukkan penurunan lebih cepat dari perkiraan atau jika ekonomi Eropa berhasil keluar dari tekanan resesi.

Selain itu, faktor geopolitik seperti konflik global, ketegangan perdagangan, dan dinamika energi di Eropa juga akan memainkan peran penting dalam menentukan arah euro. Jika kondisi global semakin tidak stabil, dolar AS sebagai safe haven akan terus diuntungkan. Namun, jika stabilitas kembali terjaga dan Eropa menunjukkan tanda-tanda pemulihan, euro bisa mendapat dorongan balik.


Pergerakan euro yang terseret turun karena dominasi greenback setelah FOMC menjadi pelajaran penting bagi trader forex bahwa memahami dinamika kebijakan bank sentral merupakan kunci utama dalam meraih peluang di pasar. Volatilitas yang tinggi seringkali membuka ruang keuntungan besar, namun hanya dapat dimanfaatkan jika trader memiliki pengetahuan yang cukup tentang analisis fundamental dan teknikal.

Bagi Anda yang ingin lebih memahami strategi trading forex secara mendalam, kini saatnya mengambil langkah konkret. Bergabunglah dalam program edukasi trading di www.didimax.co.id, tempat Anda bisa belajar langsung dari mentor berpengalaman dan mendapatkan materi lengkap seputar analisis pasar, manajemen risiko, hingga strategi praktis yang terbukti efektif.

Dengan dukungan edukasi yang tepat, Anda tidak hanya akan mampu membaca peluang pasar lebih jeli, tetapi juga mengelola risiko dengan lebih bijak. Jadikan momentum pergerakan euro dan dolar AS ini sebagai pintu masuk untuk meningkatkan kemampuan trading Anda bersama Didimax. Kunjungi www.didimax.co.id sekarang juga, dan mulailah perjalanan trading Anda menuju kesuksesan yang lebih konsisten.