
Fase Baru Hubungan AS-Tiongkok: Saatnya Revisi Strategi Emas?
Ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah lama menjadi perhatian utama dalam geopolitik global. Namun, sejak awal 2024, hubungan kedua negara mengalami perubahan signifikan, dari sekadar persaingan ekonomi menjadi fase yang lebih kompleks dan multidimensi. Baik dalam bidang teknologi, militer, maupun ideologi, konfrontasi antara dua raksasa dunia ini mulai memunculkan dampak nyata di berbagai lini, salah satunya adalah pasar komoditas, terutama emas.
Emas telah lama dikenal sebagai aset lindung nilai (safe haven) dalam menghadapi ketidakpastian global. Namun, dengan dinamika terbaru dalam hubungan AS-Tiongkok, banyak analis mulai mempertanyakan: apakah pendekatan tradisional terhadap emas masih relevan, atau sudah waktunya bagi investor untuk merevisi strategi mereka?
Dinamika Baru dalam Hubungan AS-Tiongkok
Pascapandemi COVID-19, Tiongkok berupaya memulihkan ekonominya secara agresif melalui kebijakan ekspansif dan dorongan untuk menjadi mandiri dalam teknologi. Amerika Serikat di sisi lain, memperketat kebijakan ekspor chip dan teknologi penting lainnya ke Tiongkok. Ketegangan ini diperburuk oleh isu Taiwan, hak asasi manusia di Xinjiang, serta ekspansi militer Tiongkok di Laut Cina Selatan.
Namun, fase baru dalam hubungan keduanya mulai tampak dengan adanya sejumlah sinyal diplomatik pada kuartal pertama 2025. Pertemuan bilateral di Wina dan pembicaraan antarmenteri menunjukkan kehendak kedua negara untuk meredakan ketegangan, meskipun tetap menjaga posisi masing-masing. Ini menciptakan spekulasi di pasar global bahwa kita bisa melihat stabilisasi jangka menengah, walau dengan risiko fluktuasi jangka pendek.
Dampaknya Terhadap Harga Emas
Sejarah menunjukkan bahwa konflik geopolitik sering mendorong lonjakan harga emas. Misalnya, saat invasi Rusia ke Ukraina, emas sempat menembus level $2.000 per troy ounce. Namun, dengan adanya sinyal détente antara AS dan Tiongkok, kita menyaksikan dinamika yang lebih kompleks: alih-alih lonjakan harga, emas justru mengalami volatilitas yang tidak menentu, dengan pergerakan yang lebih dipengaruhi oleh ekspektasi kebijakan suku bunga The Fed dan permintaan riil dari pasar Asia.
Pada paruh pertama 2025, emas bergerak di kisaran $1.950–$2.100. Ini mencerminkan dilema pasar: di satu sisi, kekhawatiran atas kemungkinan eskalasi kembali membuat emas tetap diminati. Di sisi lain, harapan akan stabilitas mengurangi urgensi investor untuk menumpuk logam mulia.
Perubahan Pola Permintaan Global
Tiongkok, sebagai salah satu konsumen emas terbesar dunia, memainkan peran kunci dalam pola permintaan global. Bank Sentral Tiongkok (PBoC) tercatat terus menambah cadangan emasnya sebagai langkah diversifikasi dari dolar AS. Namun, perlambatan ekonomi domestik dan ketegangan properti membuat permintaan emas perorangan dari Tiongkok sedikit menurun.
Sebaliknya, AS melihat peningkatan minat terhadap instrumen keuangan berbasis emas, seperti ETF dan kontrak berjangka, terutama dari institusi keuangan yang mulai mempertimbangkan risiko jangka panjang dari volatilitas geopolitik dan ketidakpastian arah kebijakan fiskal domestik.
Saatnya Evaluasi Strategi Investasi?
Dengan lanskap global yang berubah, investor harus meninjau kembali asumsi lama. Emas tetap relevan sebagai aset perlindungan, tetapi strategi pasif seperti “buy and hold” jangka panjang mungkin tidak cukup lagi. Kini, fleksibilitas dan sensitivitas terhadap berita geopolitik serta kebijakan moneter menjadi krusial.
Beberapa pendekatan baru yang mulai banyak diterapkan oleh investor cerdas antara lain:
-
Strategi trading jangka menengah berdasarkan analisis teknikal dan fundamental geopolitik.
-
Hedging dinamis menggunakan kontrak derivatif emas seperti futures dan options.
-
Diversifikasi antar komoditas dengan menambahkan logam lain seperti perak dan platinum dalam portofolio.
-
Pemantauan intermarket analysis, khususnya hubungan antara indeks dolar, suku bunga, dan harga emas.
Dengan pendekatan ini, investor tidak lagi hanya mengandalkan naik-turunnya harga emas, tetapi juga memanfaatkan volatilitas sebagai peluang keuntungan jangka pendek hingga menengah.
Geopolitik Bukan Satu-satunya Faktor
Meskipun ketegangan AS-Tiongkok sangat berpengaruh, ada faktor-faktor lain yang turut menentukan pergerakan harga emas. Salah satunya adalah kebijakan suku bunga The Fed. Jika bank sentral AS mulai menurunkan suku bunga karena pelemahan ekonomi domestik, harga emas berpotensi naik karena daya tarik emas sebagai aset non-yielding kembali meningkat.
Selain itu, tren de-dolarisasi oleh negara-negara berkembang juga ikut mengangkat nilai emas. Negara seperti Brasil, Rusia, dan India mulai memperbanyak cadangan emas mereka untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar dalam transaksi internasional.
Proyeksi ke Depan
Meskipun tidak ada yang bisa memprediksi secara pasti arah hubungan AS-Tiongkok, satu hal yang pasti: ketidakpastian akan tetap ada. Oleh karena itu, memiliki strategi investasi emas yang adaptif sangat penting. Dalam skenario di mana hubungan memburuk, emas kemungkinan besar akan melonjak. Namun jika hubungan membaik dan ketegangan global mereda, emas tetap dapat berfungsi sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan risiko moneter.
Dengan semua pertimbangan tersebut, investor—terutama yang terlibat dalam trading emas—perlu mempertajam kemampuan analisis mereka dan memperluas wawasan terhadap faktor-faktor global yang mempengaruhi pasar.
Jika Anda adalah trader atau calon investor yang ingin memahami lebih dalam tentang bagaimana situasi geopolitik dan ekonomi global memengaruhi pasar emas, saatnya Anda mengambil langkah nyata. Di tengah dinamika hubungan AS-Tiongkok yang terus berubah, pemahaman mendalam dan strategi yang tepat akan menjadi pembeda antara profit dan kerugian.
Bergabunglah dengan program edukasi trading Didimax di www.didimax.co.id untuk belajar langsung dari para analis profesional. Anda akan dibekali dengan wawasan pasar terkini, strategi trading emas yang relevan, serta pelatihan intensif yang dapat membantu Anda mengelola risiko dan memaksimalkan peluang dalam situasi pasar apa pun.