Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Kenapa Harga Emas Bisa Turun Padahal Permintaan Tinggi?

Kenapa Harga Emas Bisa Turun Padahal Permintaan Tinggi?

by rizki

Kenapa Harga Emas Bisa Turun Padahal Permintaan Tinggi?

Emas selama ini dikenal sebagai aset safe haven, yaitu instrumen investasi yang dianggap aman di tengah ketidakpastian ekonomi. Biasanya, ketika kondisi ekonomi global sedang goyah atau inflasi meningkat, harga emas justru naik karena banyak orang beralih menyimpang kekayaannya dalam bentuk logam mulia ini. Namun, ada kalanya harga emas justru menurun meskipun permintaannya masih tinggi. Fenomena ini seringkali membingungkan banyak investor dan masyarakat umum. Mengapa bisa demikian? Untuk menjawabnya, kita perlu memahami bahwa harga emas tidak hanya ditentukan oleh permintaan saja, tetapi juga oleh berbagai faktor lain yang saling berkaitan dalam skala global.

1. Mekanisme Pasar Global: Permintaan Bukan Satu-satunya Faktor

Harga emas di pasar dunia ditentukan oleh mekanisme supply and demand (penawaran dan permintaan). Namun, dalam kenyataannya, tidak semua permintaan langsung tercermin pada harga. Pasalnya, harga emas dunia dikendalikan oleh perdagangan di pasar berjangka (futures market), seperti di COMEX (Commodity Exchange) di Amerika Serikat.

Artinya, harga emas tidak hanya ditentukan oleh pembelian fisik emas batangan atau perhiasan, melainkan juga oleh kontrak-kontrak spekulatif yang diperdagangkan oleh institusi besar, bank sentral, hedge fund, dan investor institusional. Mereka bisa saja melakukan aksi jual besar-besaran di pasar berjangka meski permintaan fisik emas sedang tinggi. Ketika hal ini terjadi, tekanan jual di pasar futures bisa menurunkan harga emas secara keseluruhan.

Selain itu, pelaku pasar besar sering melakukan hedging (lindung nilai) untuk mengantisipasi risiko harga. Dalam situasi tertentu, mereka bisa menekan harga emas jangka pendek meski permintaan riil sedang meningkat. Itulah mengapa pasar emas tidak selalu bergerak linier terhadap permintaan.

2. Kekuatan Dolar AS: Faktor Penentu Utama Harga Emas

Hubungan antara harga emas dan nilai dolar AS sangat erat. Karena emas diperdagangkan dalam dolar, maka ketika nilai dolar menguat, harga emas cenderung menurun. Sebaliknya, jika dolar melemah, harga emas biasanya naik.

Ketika bank sentral AS (Federal Reserve) menaikkan suku bunga, investor global cenderung beralih dari emas ke aset berbasis dolar seperti obligasi AS karena menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi. Hal ini mengurangi minat terhadap emas, meskipun permintaan dari sektor perhiasan atau masyarakat masih kuat.

Sebagai contoh, pada tahun-tahun ketika The Fed memperketat kebijakan moneter, harga emas kerap turun karena dolar AS menguat dan yield obligasi meningkat. Meskipun di sisi lain, negara seperti India dan Tiongkok tetap menjadi pembeli besar emas fisik, tekanan dari penguatan dolar mampu menahan bahkan menurunkan harga logam mulia tersebut di pasar global.

3. Aktivitas Bank Sentral dan Cadangan Emas Dunia

Bank sentral di berbagai negara memiliki cadangan emas dalam jumlah besar sebagai bagian dari portofolio devisa mereka. Aktivitas jual beli dari institusi besar ini juga sangat berpengaruh terhadap harga emas dunia.

Jika sebuah bank sentral melakukan penjualan emas dalam jumlah besar, harga emas bisa tertekan meskipun permintaan publik tetap tinggi. Contohnya, ketika Swiss National Bank atau Bank of England melepas sebagian cadangan emasnya di masa lalu, harga emas global sempat turun signifikan.

Sebaliknya, jika banyak bank sentral melakukan pembelian emas secara bersamaan, harga emas akan terdorong naik. Namun, karena keputusan bank sentral seringkali bersifat jangka panjang dan tidak langsung terkait dengan permintaan retail, efeknya kadang bertolak belakang dengan kondisi di pasar ritel.

4. Faktor Spekulasi dan Sentimen Pasar

Dalam dunia investasi, sentimen pasar memainkan peran besar dalam menentukan harga aset, termasuk emas. Ketika pelaku pasar memiliki ekspektasi bahwa harga emas akan turun—misalnya karena prospek ekonomi global membaik atau karena kebijakan suku bunga tinggi diprediksi berlanjut—maka banyak investor akan menutup posisi mereka di emas dan beralih ke aset lain.

Padahal, permintaan fisik emas di tingkat masyarakat bisa saja tetap tinggi, terutama di negara berkembang atau menjelang musim pernikahan di India dan Asia Tenggara. Namun karena mayoritas perdagangan emas dunia terjadi di pasar keuangan, sentimen global inilah yang sering lebih dominan memengaruhi harga.

5. Kinerja Pasar Saham dan Aset Risiko

Ketika pasar saham dunia mengalami penguatan, investor cenderung beralih ke aset berisiko tinggi dengan potensi keuntungan lebih besar. Hal ini menyebabkan arus dana keluar dari aset safe haven seperti emas. Akibatnya, meskipun permintaan fisik masih kuat, harga emas di pasar global bisa turun karena investor besar mengurangi posisi mereka di logam mulia.

Fenomena ini sering terlihat pada periode pemulihan ekonomi, ketika kepercayaan terhadap prospek bisnis meningkat dan indeks saham seperti S&P 500 atau Nikkei melonjak. Dalam kondisi seperti itu, emas dipandang kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil (dividen atau bunga).

6. Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga

Secara teori, emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Namun dalam praktiknya, hubungan ini tidak selalu lurus. Ketika inflasi tinggi tetapi suku bunga juga naik, investor bisa lebih memilih menyimpan dana dalam deposito atau obligasi yang memberikan return lebih besar daripada emas yang bersifat non-yielding.

Jadi, meskipun inflasi tinggi biasanya meningkatkan permintaan emas, efek kenaikan suku bunga bisa mengimbangi atau bahkan membalikkan tren tersebut. Itulah sebabnya, terkadang harga emas justru melemah di tengah situasi inflasi yang tinggi dan permintaan ritel yang tetap kuat.

7. Peran Produksi dan Cadangan Tambang

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah sisi penawaran. Jika produksi emas dunia meningkat karena adanya tambang baru atau peningkatan kapasitas produksi, maka pasokan emas global bisa naik signifikan. Dalam kondisi ini, kelebihan pasokan bisa menekan harga, meskipun permintaan masih tinggi.

Negara seperti Tiongkok, Rusia, dan Australia termasuk produsen emas terbesar di dunia. Ketika mereka meningkatkan ekspor atau mempercepat penjualan hasil tambang, harga emas bisa mengalami koreksi karena pasokan di pasar meningkat.

8. Manipulasi Harga dan Aktivitas Institusi Keuangan Besar

Dalam beberapa dekade terakhir, muncul sejumlah kasus manipulasi harga emas yang dilakukan oleh institusi keuangan besar. Beberapa bank besar di dunia pernah terlibat dalam skandal gold price fixing—mereka mengatur harga emas secara artifisial untuk keuntungan jangka pendek.

Meskipun praktik semacam ini kini lebih diawasi ketat oleh regulator, efeknya masih terasa dalam volatilitas harga emas. Ketika ada aksi jual besar-besaran dari pemain institusional, harga bisa turun tajam walaupun permintaan publik tidak menurun.

9. Dampak Teknologi dan Investasi Digital

Munculnya instrumen investasi digital seperti ETF (Exchange Traded Fund) emas juga memberikan pengaruh terhadap pergerakan harga. ETF memungkinkan investor membeli eksposur terhadap harga emas tanpa harus memiliki emas fisik.

Ketika investor besar melepas posisi di ETF emas, maka dana keluar dari aset tersebut dan harga bisa tertekan. Dalam situasi ini, harga emas bisa turun bahkan ketika permintaan emas fisik dari masyarakat tetap stabil atau meningkat.

10. Psikologi Pasar: Antara Realita dan Persepsi

Terakhir, faktor psikologis juga memegang peran penting. Pasar keuangan sering kali bergerak berdasarkan persepsi, bukan semata realita. Jika pelaku pasar memperkirakan bahwa harga emas akan turun di masa depan, mereka cenderung menjual lebih cepat untuk menghindari kerugian. Hal ini menciptakan tekanan harga jangka pendek yang bisa menutupi kondisi fundamental sebenarnya, termasuk tingginya permintaan fisik.

Dengan kata lain, pasar emas sangat sensitif terhadap berita, rumor, dan ekspektasi. Sekali saja muncul berita positif tentang ekonomi global atau kebijakan moneter yang ketat, harga emas bisa langsung anjlok meskipun data permintaan dunia menunjukkan peningkatan.


Dalam dunia investasi, memahami bahwa harga emas bukan semata-mata dipengaruhi oleh permintaan fisik sangatlah penting. Banyak faktor global yang bekerja di balik layar: mulai dari kebijakan suku bunga, nilai tukar dolar, aktivitas spekulan, hingga sentimen investor besar. Karena itu, trader maupun investor perlu memiliki pengetahuan mendalam agar tidak salah langkah dalam mengambil keputusan.

Jika kamu tertarik untuk memahami lebih dalam cara membaca pergerakan harga emas, memahami indikator ekonomi global, dan mengelola risiko trading secara profesional, kamu bisa bergabung dengan program edukasi trading di www.didimax.co.id. Di sana, kamu akan mendapatkan pelatihan langsung dari mentor berpengalaman yang siap membimbing kamu memahami analisis fundamental dan teknikal pasar dengan lebih tajam.

Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar langsung dari para ahli dan bergabung dengan komunitas trader aktif di Indonesia. Dengan edukasi yang tepat, kamu tidak hanya akan tahu kenapa harga emas bisa naik atau turun, tetapi juga bagaimana memanfaatkan setiap peluang pergerakan harga tersebut untuk keuntunganmu sendiri. Kunjungi www.didimax.co.id sekarang dan mulai langkah cerdasmu menuju kesuksesan di dunia trading!