Pusat Edukasi

Rumah Pusat Edukasi Belajar Forex Pusat Edukasi Gratis Kenapa Trader Sering Rugi di Jam Sepi? Ini Penjelasan Logisnya

Kenapa Trader Sering Rugi di Jam Sepi? Ini Penjelasan Logisnya

by Lia Nurullita

Kenapa Trader Sering Rugi di Jam Sepi? Ini Penjelasan Logisnya

Bagi sebagian trader, terutama yang masih baru di dunia forex, memilih waktu entry seringkali hanya berdasarkan ketersediaan waktu pribadi. Tak jarang, mereka memilih trading di jam-jam sepi—misalnya saat dini hari atau menjelang sesi Asia dimulai. Padahal, secara teknikal dan psikologis, jam-jam sepi justru menyimpan banyak risiko yang sering menjadi penyebab utama kerugian. Lantas, mengapa trader sering rugi di jam sepi? Mari kita bahas secara logis dan mendalam.


Mengenal Apa Itu “Jam Sepi” dalam Forex

Jam sepi dalam trading forex biasanya merujuk pada waktu antara penutupan sesi Amerika (New York) dan pembukaan sesi Asia (Tokyo). Waktu ini dikenal sebagai sesi overlap paling tenang di pasar global, biasanya terjadi sekitar pukul 04.00 hingga 06.00 WIB. Pada saat ini, volume transaksi turun drastis karena sebagian besar trader institusi dari Eropa dan Amerika sudah tutup buku, sementara trader dari Asia belum mulai beraktivitas.

Selain itu, jam sepi juga bisa terjadi pada momen-momen sebelum rilis berita besar, akhir pekan (Jumat sore hingga malam), atau hari libur global seperti Natal dan Tahun Baru.


Kenapa Volume Rendah Menjadi Masalah?

Volume rendah berarti jumlah transaksi yang terjadi di pasar sangat sedikit. Hal ini menyebabkan dua efek besar:

  1. Likuiditas Turun
    Dengan sedikitnya transaksi yang terjadi, spread antara harga bid dan ask bisa melebar. Ini membuat trader harus “membayar lebih mahal” untuk membuka posisi. Bahkan, dalam beberapa pair tertentu, spread bisa menjadi dua kali lipat dari biasanya.

  2. Volatilitas Tak Terduga
    Walau jam sepi identik dengan pergerakan lambat, bukan berarti harga tidak bisa bergerak liar. Justru karena likuiditas rendah, satu transaksi besar dari institusi atau bank bisa menyebabkan lonjakan harga yang tidak masuk akal.


Faktor Psikologis yang Mengintai

Trader yang tetap aktif di jam sepi biasanya bertindak bukan karena sinyal teknikal kuat, melainkan karena faktor-faktor berikut:

  • Kejenuhan atau Keinginan untuk Balas Dendam (Revenge Trading): Setelah mengalami loss di sesi sebelumnya, trader mencoba “balas dendam” dengan membuka posisi tanpa analisa yang matang.

  • Overtrading: Terlalu banyak membuka posisi karena merasa “sayang” jika tidak terus trading, padahal kondisi pasar tidak mendukung.

  • Kurang Fokus: Jam sepi biasanya terjadi di luar jam biologis aktif manusia (subuh atau tengah malam). Kurangnya fokus karena mengantuk bisa mengganggu pengambilan keputusan yang rasional.


Ilusi Aman di Jam Sepi

Banyak pemula berpikir bahwa karena harga tidak banyak bergerak, maka jam sepi aman untuk scalping atau entry jangka pendek. Padahal, ini justru jebakan. Dalam kondisi sideways tipis, trader sering kali masuk dengan harapan harga akan breakout, padahal yang terjadi hanyalah fake breakout karena kekuatan buyer/seller tidak cukup besar.

Pergerakan kecil yang berulang justru memperbesar kemungkinan terkena stop loss hunting, yaitu situasi di mana harga secara singkat menyentuh level stop loss sebelum kembali ke arah sebelumnya. Ini umum terjadi ketika likuiditas rendah dan market maker memainkan spread untuk mendapatkan keuntungan dari trader kecil.


Studi Kasus: Trader A dan Trader B

Misalnya, Trader A membuka posisi buy pada XAUUSD pukul 04.30 WIB karena melihat pola reversal. Ia hanya mengandalkan candlestick dan merasa yakin harga akan naik karena tidak ada berita besar malam itu. Namun, tanpa disadari, spread melebar dari 20 ke 60 pips. Saat harga naik sedikit, posisinya belum impas karena terkena spread tinggi, dan akhirnya dia panik cut loss saat harga turun tipis.

Sebaliknya, Trader B memilih untuk tidak entry di jam sepi. Ia menunggu hingga pukul 08.00 WIB ketika sesi Asia mulai aktif dan pasar mulai terbentuk dengan volume nyata. Trader B melihat sinyal yang sama, tetapi kali ini harga bergerak lebih konsisten dan likuiditas cukup mendukung, sehingga profit bisa tercapai lebih cepat dan stabil.


Data Nyata: Korelasi Jam Sepi dan Kerugian

Dalam berbagai studi perilaku trader ritel yang dilakukan oleh broker besar, ditemukan bahwa:

  • Sebanyak 72% posisi yang dibuka antara pukul 03.00-06.00 WIB berakhir dengan kerugian, dibandingkan hanya 48% posisi yang dibuka di sesi overlap Eropa-Amerika.

  • Tingkat stop-out lebih tinggi 1,7 kali lipat di jam sepi dibandingkan jam aktif.

  • Trader pemula cenderung mengalami penurunan modal 2 kali lebih cepat saat memaksakan diri entry di jam sepi.


Bagaimana Menghindari Rugi di Jam Sepi?

  1. Kenali Jam Aktif Market:
    Fokuslah pada sesi London (14.00–22.00 WIB) dan sesi New York (19.00–03.00 WIB), di mana volume dan likuiditas lebih tinggi.

  2. Gunakan Pending Order:
    Jika ingin entry saat breakout, lebih baik gunakan pending order dengan konfirmasi kuat, dan hindari membuka posisi langsung di market saat jam sepi.

  3. Evaluasi Psikologi Trading:
    Jika merasa bosan, stres, atau ingin “balas dendam”, istirahatlah sejenak. Trading dalam kondisi emosional sangat rentan terhadap kerugian.

  4. Gunakan Strategi yang Sesuai dengan Sesi:
    Scalping bisa efektif di sesi Eropa-Amerika, tetapi sangat berisiko di jam sepi. Swing trading dan position trading lebih cocok untuk tren jangka panjang, bukan saat pasar diam.


Kesimpulan

Kerugian yang sering dialami trader di jam sepi bukan semata-mata karena “sial” atau tidak beruntung. Ada alasan logis di balik itu semua: mulai dari likuiditas rendah, spread yang melebar, volatilitas tidak menentu, hingga gangguan psikologis karena jam biologis manusia. Jika ingin menjadi trader yang konsisten, maka penting untuk mengenali karakteristik waktu trading dan menyesuaikan strategi dengan kondisi pasar.

Trading bukan soal siapa yang lebih sering buka posisi, tapi siapa yang lebih disiplin memilih waktu yang tepat. Hindari jebakan jam sepi dan jadikan setiap entry sebagai keputusan yang didasarkan pada analisa, bukan sekadar kebiasaan atau iseng semata.


Jika Anda ingin memperdalam pemahaman tentang waktu trading terbaik, analisa teknikal dan fundamental, serta cara menghindari kesalahan umum dalam jam sepi, bergabunglah dalam program edukasi trading dari Didimax. Di sana, Anda akan dibimbing langsung oleh mentor berpengalaman, dengan pendekatan yang interaktif dan berbasis praktik nyata.

Jangan sia-siakan peluang untuk memperbaiki performa trading Anda. Kunjungi www.didimax.co.id sekarang dan daftarkan diri Anda dalam kelas edukasi gratis! Jadilah trader cerdas yang tahu kapan harus masuk pasar, dan kapan harus menunggu dengan sabar.