
U.S. Dollar to Stay Under Pressure from Tariff, Debt and Rate Cut Expectations
Dalam dunia keuangan global, dolar Amerika Serikat (USD) adalah salah satu mata uang yang paling banyak diperdagangkan dan paling berpengaruh. Namun, belakangan ini, USD menunjukkan tanda-tanda tekanan yang signifikan. Sejumlah faktor fundamental menjadi penyebab utama dari lemahnya performa dolar, antara lain kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif yang agresif, tingginya utang pemerintah AS, dan ekspektasi kuat akan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga dan Dampaknya pada Dolar
Salah satu faktor utama yang melemahkan USD adalah ekspektasi pemangkasan suku bunga. The Fed telah mengindikasikan kemungkinan penurunan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, seiring dengan melambatnya inflasi dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi. Dalam situasi seperti ini, investor cenderung mengalihkan dana mereka dari aset berdenominasi dolar ke instrumen lain yang lebih menguntungkan.
Suku bunga yang lebih rendah berarti return dari obligasi pemerintah AS juga lebih rendah, sehingga mengurangi daya tarik USD sebagai safe haven. Selain itu, suku bunga yang lebih rendah juga berarti bahwa daya tarik carry trade terhadap dolar ikut menurun, sehingga menyebabkan tekanan tambahan pada nilai tukarnya.
Pasar saat ini memprediksi setidaknya satu kali pemangkasan suku bunga pada akhir kuartal ketiga 2025. Langkah ini diperkirakan akan diambil guna menjaga stabilitas pasar tenaga kerja dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang mulai melambat. Namun, dampak langsungnya terhadap nilai tukar USD tidak bisa diabaikan — pelaku pasar dan trader besar sudah mulai mengurangi eksposur mereka terhadap greenback.
Ancaman Tarif dan Perang Dagang Baru
Isu tarif dan potensi terjadinya perang dagang baru juga turut memberi tekanan pada dolar. Pemerintahan AS baru-baru ini memberikan sinyal akan memberlakukan tarif baru terhadap berbagai produk dari negara-negara seperti Tiongkok dan Meksiko. Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk melindungi sektor domestik, namun menimbulkan kekhawatiran bahwa kebijakan ini justru akan menurunkan volume perdagangan global dan menekan pertumbuhan ekonomi dunia.
Dampak dari tarif tersebut menciptakan ketidakpastian yang signifikan di pasar. Investor global menjadi lebih berhati-hati, dan sebagian memilih untuk mengalihkan portofolio mereka ke mata uang lain seperti euro, yen Jepang, atau bahkan aset kripto. Ketika arus modal keluar dari dolar meningkat, maka nilai tukar USD secara alami akan melemah.
Tidak hanya itu, negara-negara mitra dagang AS kemungkinan besar akan melakukan pembalasan atas tarif yang dikenakan. Situasi ini bisa menciptakan siklus balas-membalas yang berisiko memperburuk hubungan ekonomi antarnegara, dan akhirnya membebani outlook ekonomi AS secara keseluruhan.
Krisis Utang AS dan Kesenjangan Fiskal
Faktor ketiga yang turut menekan dolar adalah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap besarnya utang pemerintah AS. Dengan rasio utang terhadap PDB yang terus meningkat dan defisit anggaran yang tetap tinggi, investor semakin mempertanyakan keberlanjutan fiskal jangka panjang dari pemerintah AS.
Peningkatan pengeluaran pemerintah, tanpa adanya kenaikan pendapatan yang sepadan, menciptakan tekanan besar terhadap neraca anggaran. Jika kepercayaan investor terhadap kemampuan AS dalam membayar utangnya mulai terganggu, maka permintaan terhadap dolar AS sebagai aset cadangan akan menurun. Hal ini akan mempercepat tekanan depresiasi terhadap mata uang tersebut.
Kondisi ini menjadi semakin rumit karena banyaknya obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Untuk membayar utang-utang ini, pemerintah AS kemungkinan akan menerbitkan lebih banyak obligasi baru — yang berarti peningkatan suplai instrumen keuangan berdenominasi dolar, tetapi tanpa jaminan adanya permintaan yang kuat dari pasar internasional.
Respon Pasar Global

Pasar global telah mulai menyesuaikan diri dengan prospek pelemahan dolar. Indeks DXY (U.S. Dollar Index) yang mengukur kekuatan USD terhadap enam mata uang utama dunia, mencatatkan penurunan dalam beberapa pekan terakhir. Banyak hedge fund dan manajer portofolio global mengalihkan investasi mereka ke mata uang negara-negara yang dianggap lebih stabil atau memiliki prospek suku bunga yang lebih tinggi.
Misalnya, euro mendapatkan momentum dari kebijakan moneter yang relatif lebih ketat dari European Central Bank (ECB). Begitu juga dengan poundsterling yang mulai menunjukkan pemulihan, meski tetap diliputi ketidakpastian politik. Di sisi lain, mata uang-mata uang pasar berkembang (emerging markets) seperti rupiah, real Brasil, atau peso Meksiko mendapatkan dukungan dari arus modal yang beralih dari AS.
Perubahan arus investasi ini mencerminkan pergeseran sentimen global terhadap dolar. Dalam jangka pendek, USD mungkin akan mengalami fluktuasi yang tajam, terutama menjelang pengumuman resmi dari The Fed atau jika terjadi ketegangan perdagangan baru. Namun, tren jangka menengah menunjukkan potensi pelemahan yang konsisten, terutama jika ketiga faktor utama — suku bunga, tarif, dan utang — tidak ditangani secara komprehensif.
Implikasi untuk Trader dan Investor
Bagi para trader, kondisi ini merupakan peluang sekaligus tantangan. Pelemahan USD dapat dimanfaatkan dengan mengambil posisi long pada mata uang lain yang lebih kuat, atau melakukan hedging terhadap eksposur dolar. Namun, volatilitas tinggi yang menyertai kondisi makroekonomi seperti ini menuntut strategi yang disiplin dan pendekatan manajemen risiko yang matang.
Investor institusional juga perlu mempertimbangkan diversifikasi portofolio untuk menghindari terlalu banyak eksposur terhadap aset berbasis dolar. Dengan memahami dinamika global yang sedang berlangsung, investor dapat mengurangi potensi kerugian dan bahkan meraih keuntungan dari pergerakan pasar yang tidak menentu ini.
Kondisi ini juga menjadi ajakan terbuka bagi trader pemula untuk lebih mendalami fundamental ekonomi global. Mengetahui bagaimana faktor-faktor makro mempengaruhi nilai tukar bisa menjadi senjata utama untuk menciptakan strategi yang adaptif terhadap perubahan pasar.
Jika Anda ingin memahami lebih dalam bagaimana pergerakan dolar AS bisa dimanfaatkan untuk meraih keuntungan dalam trading forex, kini saatnya Anda mempelajari analisa fundamental dan teknikal dari ahlinya. Didimax hadir dengan program edukasi trading gratis yang terbuka untuk siapa saja yang ingin serius belajar dan meningkatkan kemampuan di pasar forex.
Melalui bimbingan langsung dari mentor berpengalaman dan akses ke materi edukasi eksklusif, Anda akan dibekali strategi dan wawasan terkini untuk menghadapi tantangan pasar global. Kunjungi www.didimax.co.id dan mulai perjalanan trading Anda bersama komunitas trader profesional di seluruh Indonesia.