Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Aksi Jual Terjadi, Minyak Mentah Langsung Rebound

Aksi Jual Terjadi, Minyak Mentah Langsung Rebound

by Didimax Team

Harga minyak terlihat dalam kondisi stabil. Ini terjadi menyusul aktivitas jual besar-besaran yang terjadi dalam tiga hari terakhir. Aktivitas jual itu sendiri bukan terjadi tanpa alasan. Ketika itu, ada kekhawatiran yang muncul di kalangan pelaku pasar.

Kekhawatiran ini berkaitan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi baru-baru ini. Perlambatan itu sendiri tidak terjadi di sembarang tempat. Nampak jelas kalau negara-negara yang berperan sebagai konsumen utama adalah korbannya.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi tersebut tentu bukan tanpa efek. Ada banyak hal yang menjadi efek dan salah satunya berhubungan dengan permintaan bahan baku. Sekarang permintaan tersebut nampak tertekan hingga penurunan terus terjadi.

Minyak mentah berjangka AS sendiri nampak mengalami peningkatan harga. Peningkatannya mencapai 0,1 persen dari harga sebelumnya. Peningkatan itu sendiri membuat harga minyak mentah berjangka berada di angka 68,67 dollar per barel.

Hal serupa terjadi ketika melihat pada minyak mentah brent. Terlihat jelas kalau kenaikan serupa terjadi. Presentase kenaikannya bahkan lebih tinggi karena mencapai 0,4 persen. Hal tersebut tentu membuat efeknya terhadap harga membesar.

Sekarang harga minyak mentah brent ini berada di 72,62 dollar per barel. Banyak pihak memprediksi kalau peningkatan harganya akan terus berlanjut.

 

Kebijakan dari Bank Sentral Eropa

Bank sentral eropa sebelumnya sudah memutuskan kebijakan yang diambil. Sesuai prediksi yang dikeluarkan banyak pihak, keputusan yang diambil akhirnya sama dengan Federal Reserve. Pihak bank sentral menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

Dengan adanya kebijakan tersebut, ini memperpanjang kebijakan moneter terkait pengetatan. Ini juga menjadi tanda kalau aktivitas ini masih akan dilakukan secara berkelanjutan. 

Sebenarnya sebelum perilisan kebijakan terbaru dilakukan, pasar terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang mendominasi memang memprediksi kalau kenaikan suku bunganya adalah 25 basis poin.

Tetapi ada juga beberapa pihak yang memprediksi kalau kenaikan suku bunganya akan mencapai 50 basis poin. Ada argumen yang sangat logis terkait kenaikan bunga di angka tersebut. Dengan kenaikan suku bunga di angka tersebut, laju inflasi akan semakin tertekan.

Namun kenaikan suku bunga di angka 25 basis poin yang akhirnya terjadi memperlihatkan perlambatan terkait hal tersebut. Ini juga memunculkan kemungkinan kalau inflasi masih akan muncul dalam waktu lama.

Pengetatan memang satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Namun pengetatan yang tidak sesuai dengan kondisi pasar juga akan berefek buruk. Itu karena kondisi yang terlalu ketat bisa menyebabkan investor mundur.

Belum lagi ada isu terkait pertumbuhan ekonomi AS yang melambat. Tanda-tanda nya terus bermunculan dan sama sekali tidak ada informasi mengenai perbaikan yang terjadi. Gejolak perbankan AS sendiri hingga hari ini memang masih belum selesai.

Oleh karena itu, aktivitas ekonomi di hari ini masih sangat terancam. Gejolak itu sendiri nampaknya masih akan bertahan dalam waktu lama.

Rilis Data Ekonomi dari China

China sudah merilis data ekonomi terbaru. Perlu diingat, China merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia. Dengan peran tersebut, banyak pihak berkeinginan kalau kondisi ekonomi China akan semakin membaik.

Itu karena perbaikan bisa membuat pasokan minyak kembali ke kondisi semula. Namun pada perilisan data yang sudah dilakukan, hal tersebut sepertinya tidak akan terjadi. Itu karena perilisan justru memperlihatkan situasi sebaliknya.

Ada data aktivitas manufaktur yang mengecewakan dari China. Ini menjadi bukti kalau pemulihan China dari dampak Covid masih belum maksimal. Terlebih lagi ada rumor yang mengatakan kalau pemulihan dari dampak Covid di China tidak merata.

Sebenarnya ada juga rencana dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak. Rencana tersebut memberikan dukungan terhadap penurunan produksi dari minyak. Penurunannya sendiri sangat besar karena mencapai 1 juta barel per hari.

Rencananya penurunan tersebut dimulai pada awal Mei. Nantinya ada harapan penurunan yang dilakukan akan membuat harga semakin membaik. Sebenarnya pemerintah AS masih melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan situasi kembali seperti semula.

Tetapi intinya, dibutuhkan kerjasama dari banyak pihak untuk bisa membuat hal tersebut sukses besar. Itu karena, tanda-tanda perbaikannya belum terlihat hingga hari ini.

Bahkan ada beberapa pihak yang memprediksi kalau kondisi tersebut sudah tidak mungkin lagi untuk dibenahi. Walaupun nampak berlebihan, pernyataan tersebut harus segera dibuktikan letak kesalahannya dengan kondisi yang mendukung.