Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Analisis Perkembangan Harga Batu Bara Pada Tahun 2021

Analisis Perkembangan Harga Batu Bara Pada Tahun 2021

by Didimax Team

Salah satu produk tambang yang mampu menghasilkan keuntungan adalah Batu Bara. Sepanjang tahun 2020, harga Batu Bara memang cukup tinggi, pada bursa ICE Newcastle berada di titik 81,75 Dolar per ton. Angka tersebut menjadi penutupan terakhir, pada hari kamis 31 Desember lalu.

Memulai awal tahun 2021, pada perdagangan hari Senin, 4 Januari. Diketahui, tambang Newcastle berada di poin 81,4 Dolar per tom. Angka tersebut memang sedikit terkoreksi, hanya saja pencapaian di atas 80 merupakan harga paling besar. Produk Unggulan Indonesia dan Australia ini tercatat terus naik keatas.

Para pengamat menilai, penurunan tersebut tidak ada artinya. Sudah hampir 2 bulan Batu legam tersebut menunjukkan progres positif di perdagangan. Pergerakannya memang dipengaruhi oleh  kondisi perekonomian sejumlah negara yang terus turun mengingat Virus Corona belum dapat teratasi dengan baik.

 

Analisis Harga di Tahun 2021

Banyak pengamat percaya, bahwa tambang tersebut tidak akan pernah turun. Angkanya diyakini akan bertahan pada posisi saat ini bahkan, bisa menembus angka 100 Dolar. Hal ini tidak lepas dari pemulihan perekonomian yang sedang dilakukan oleh Tiongkok. Badai Covid 19 membuat mereka jatuh dalam resesi.

Defisit stock terhadap produk batu legam tersebut membuat China harus mengupayakan keseimbangan. Jumlah permintaan yang sangat besar dibandingkan dengan ketersediaan membuat negeri Panda tersebut harus menyediakan sejak sekarang. Sayangnya, hubungan mereka dengan Australia kurang baik. Akhirnya, Indonesia dan India menjadi tujuan lainnya.

Peningkatan impor akan terus dijalankan. Di sisi lain, pemintaan batu bara di India juga semakin baik. Pembatasan sosial yang mulai dilonggarkan membuat aktivitas pertambangan mulai berjalan baik.  Beberapa manufaktur mulai berjalan, hal ini cukup positif karena meningkatkan produksi listrik.

Pengaruh lainnya adalah, kebijakan Negeri Panda yang mengimpor batu legam untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Hal ini memicu perbedaan harga di kemudian hari. Tetapi, para pengamat menyakini pemintaannya masih tetap tinggi. Terutama di negara Asia tenggara serta Selatan.

Hubungan Dagang Antara China dan Australia

Australia merupakan negara penghasil batu bara terbesar sama seperti, Indonesia. Perang dagang dengan China, membuat mereka sedikit kesulitan dalam menjual produknya. Selama ini, Beijing merupakan mitra utama negeri kanguru dalam meraih Dolar Aussie. Tidak hanya soal Batu bara saja, beberapa produk juga diboikot.

Pengaruh tersebut juga dapat mempengaruhi harga tambang tersebut ke depan. Hanya saja, pangsa pasar Australia ini masih lebih bagus. Karena, mereka mendapatkan mitra dagang baru yaitu India. Impor Batu bara termal sepanjangan tahun 2020 tampak terjadi peningkatan hampir 3,6%.

Hal ini disebabkan pada tahun 2020, pasokan dari Indonesia mulai berkurang. Penurunan pangsa pasar tersebut cukup tajam yaitu 5%. Hal ini dipicu karena, harga batu bara termal dari Indonesia terlalu rendah sehingga, produksinya kurang begitu baik. Bila dibandingkan dengan Australia, sebenarnya Indonesia lebih unggul.

Pergerakan Laju Pertumbuhan Batu Bara Indonesia

Faktor cuaca memang mempengaruhi produksi dalam negeri. Faktor La nina yang begitu kencang membuat produksi dalam negeri semakin ketat. Apalagi pemulihan ekonomi secara global diperkirakan berjalan cepat. Walaupun,  varian Virus Corona baru dilaporkan terjadi diberbagai kawasan. Seperti, Amerika, Inggris, dan Australia.

Hanya saja permintaan dinilai tetap akan tumbuh, karena dalam proses pemulihan ekonomi ini. Batu bara jadi faktor paling penting. kemampuannya dalam meningkatkan energi listrik sangat tinggi. Hal tersebut memang saling berhubungan satu sama lain. Permintaan masih terjadi dikawasan Asia terutama China.

Hanya saja, nilai permintaan tahun 2021 masih lebih rendah dibandingkan 2019. Hal ini dipicu masih maraknya Covid-19 dan aksi lockdown sejumlah negara. Pemulihan perekonomian menjadi semakin melambat. Permintaan gas alam hingga energi perbantukan lainnya dinilai belum menunjukkan peningkatan tajam.

tetapi, patut berbangga karena, Harga batu bara cuan RI mengalami peningkatan cukup tajam. Dari 59,65 Dolar per ton pada Bulan Desember. Menjadi 75,84 Dolar per ton. Kenaikan tersebut memang cukup menggembirakan karena, rentang waktu mereka hanya dari Desember sampai pembukaan perdagangan Januari.

Banyak pengamat optimis mengenai tambang unggulan RI tersebut akan berjaya. bertahan di angka 80 Dolar per ton adalah pencapaian luar biasa. Apalagi, beberapa negara sudah memulai proses vaksinasi. Diharapkan, obat ini berhasil mengatasi laju virus yang semakin tidak terkendali.