Data inflasi minggu ini amat dinantikan oleh pelaku pasar yang merasa membutuhkan kepastian untuk investasi aman. Di samping itu, penantian pelaku pasar terhadap data inflasi minggu ini memberikan dampak baik bagi Dolar AS.
Di minggu lalu, Dolar AS mulai bangkit secara perlahan-lahan menguatkan nilainya pada perdagangan internasional. Penguatan itu tidak cukup besar, akan tetapi dibuktikan terhadap berbagai mata uang mayor di tengah antisipasi pasar terhadap rilis data inflasi tersebut.
Faktor lainnya juga disebabkan oleh sentiment penghindaran resiko yang ikut membantu posisi Dolar saat ini. Pergerakan Dolar AS yang disebut relatif stabil ini dicatat pada perdagangan awal pekan ini.
Sebagaimana bahwa sempat beberapa kali Dolar AS dilibas habis-habisan oleh berbagai faktor baik dari negara Amerika Serikat sendiri, maupun karena kasus penyebaran Covid-19. Berbeda dengan hal tersebut, saat ini kekhawatiran pasar menjadi faktor utama Dolar menguat.
Dolar AS Menguat Terhadap Berbagai Mata Uang Mayor
Membuka awal pekan ini dengan sangat baik, mata uang Amerika Serikat bergerak cukup relatif stabil dengan pasangan mata uang mayor pada perdagangan 13 September 2021. Adapun penguatan tersebut sebesar 0.04 persen dari level pembukaan hariannya.
Dimana saat ini, indeks dolar yaitu DXY menduduki posisi di kisaran 92.67 angka yang cukup bisa membandingi berbagai mata uang mayor lainnya. Nilai Dolar AS terhadap Euro juga mencatat kenaikan mingguan yang paling besar selama tiga pekan di hari Jumat lalu.
Pasangan mata uang EUR/USD mengalami pelemahan sebesar 0.05 persen yang berada pada kisaran harga 1.1802 di pagi ini. Meski berbagai mata uang mayor mampu disaingi, tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi Dolar Australia.
Dolar AS belum mampu melawan mata uang Australia tersebut dengan penguatan Dolar Australis terhadap Dolar AS sebesar 0.05 persen. Dari penguatan tersebut harga Dolar Australia mencapai 0.7359 sampai berita dikeluarkan.
Aktivitas pergerakan dari Dolar Amerika Serikat ini merupakan cerminan dari sikap dan rasa waspada para pelaku pasar menjelang rilisnya data inflasi Amerika Serikat minggu ini. Disebutkan bahwa kelanjutan peningkatan inflasi akan mendukung outlook pemulihan ekonomi serta tapering dari The Fed yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Akan tetapi, jika pertumbuhan inflasi dirasa tidak meyakinkan, maka dapat melemahkan dolar karena adanya keraguan terhadap tapering yang kembali muncul. Para investor menyorot hal lain seperti perkembangan dari rencana The Fed.
Mengurangi pembelian obligasi bulanan atau yang disebut tapering pada tahun ini merupakan rencana awal The Fed. Keputusan bulat dari The Fed tampaknya tidak akan berubah meski perekonomian Amerika Serikat masih cukup lambat.
Hal ini disampaikan oleh Patrick Harker selaku Presiden The Fed Philadelphia yang memberi ketegasan akan keputusan dari bank sentral Amerika Serikat untuk segera melakukan tapering baik dalam kondisi pasca pandemi.
Kekhawatiran Pasar Mempengaruhi Minat Risiko Pasar
Penegasan akan tetap dilakukannya tapering pada tahun ini didasarkan pada lonjakan inflasi yang tampak cukup signifikan bagi The Fed. Patrick Harker juga mengatakan bahwa perkiraan inflasi AS akan meningkat sebesar 4 persen hingga akhir tahun.
Kemudian untuk tahun 2022 dan 2023 akan terjadi penurunan sampai di level 2 persen. Namun, disamping itu Patrick Harker menyebutkan pada Nikkei bahwa ia masih melihat adanya kemungkinan untuk inflasi bergerak lebih tinggi.
Sebagai salah satu mata uang safe haven, Dolar AS merasa diuntungkan akan kecemasan para investor terhadap kasus virus corona. Dimana hal yang terjadi baru-baru ini sebagai sebuah dinamika tampak mendukung Dolar Amerika Serikat.
Akan tetapi adanya kekhawatiran pandemi tersebut dapat menjadi penghambat dari pemulihan ekonomi secara berkelanjutan karena masih harus menghadapi tantangan akan sikap konsumen yang berhati-hati.
Hal tersebut disebutkan oleh Rodrigo Catril sebagai ahli strategi mata uang National Australia Bank di Sydney. Tidak hanya itu, ia juga menambahkan menyusul laporan dari beberapa negara yang sudah divaksinasi seperti dari Singapura dan Inggris akan peningkatan kasus Covid-19 akan membuat penghindaran risiko kian mencuat.
Oleh karena itu, sampai saat ini posisi Dolar As yang relatif stabil dan menguat sedikit masih belum bisa dipastikan dengan sangat baik pada beberapa waktu kedepan.