Dunia, terutama negara di Asia akhir-akhir ini memang sedang dilanda oleh cuaca panas yang cukup ekstrem. Sejumlah wilayah di Asia yang terkena udara panas mendidih.
Beberapa diantara lainnya ialah Thailand, China, Laos, Bangladesh, Myanmar, serta India. Bahkan Indonesia juga termasuk salah satunya. Di Bangladesh sempat sampai melebihi suhu panas paling tinggi di 51 derajat celsius.
Apabila diamati lebih mendalam lagi, kenyataannya memang panas ekstrim ini bukan hanya membawa hal-hal buruk saja. Melainkan ada berkah yang datang di dalamnya, terutama untuk produsen pemilik batu bara.
Salah satunya ialah Indonesia yang mempunyai harta karun tambang tersebut. Bahkan Indonesia juga masih berpeluang menikmati pesta durian runtuh dari barang tambang hitam ini setelah adanya imbang perang Rusia Ukraina.
Kebutuhan Batu Bara Meningkat
Kebutuhan batu bara sebagai bahan baku untuk pembangkit listrik sendiri memang diperkirakan terjadi peningkatan. Sebab permintaan listrik yang dipakai mendinginkan ruangan di negara dengan cuaca panas ekstrim juga naik.
Seperti di negara Cina dan India yang kini sedang mengandalkan PLTA (pembangkit listrik tenaga air). Akan tetai sekarang justru terpaksa harus menurun sebab adanya cuaca panas mendidih ini.
Jadi membuat negara-negara tersebut diharuskan untuk kembali menaikkan lagi porsi dari pembangkit listrik batu bara. Singgih Eidagdo, Ketua IMEF (Indonesian Mining & Energy Forum) menyampaikan RI bisa memanfaatkan cuaca ini.
Sehingga bisa dijadikan sebagai momentum untuk menjual serta memproduksi batu bara. Apabila Anda sadar, hal ini cukup menguntungkan, apalagi target produksi nasional di 2023 ini ialah 694 juta ton.
Tentunya Anda juga pasti sadar jika kebutuhan dalam negeri mengenai kelistrikan nasional paling penting kurang lebih sekitar 165 juta ton. Tentu saja itu termasuk stok, pemakaiannya sendiri kisaran 137 juta ton.
Anda bisa membayangkan jika 165 juta ton tersebut sudah mencakup kebutuhan listrik nasional beserta industri. Jadi dapat dilihat apabila ada peluang lebih besar yakni mengekspor batu bara.
Selain itu Singgih juga memberikan penilaian mengenai kondisi dari panas ekstrim ini dapat mempengaruhi naiknya energi. Jadi hal tersebut juga dapat berpengaruh dalam peningkatan keperluan energi di sejumlah negara.
Suhu panas yang sangat ekstrim ini memang dapat memberikan pengaruh pada naiknya energi. Terutama pada kekurangan energi air. Jadi dapat dilihat jika pada dasarnya naiknya harga tersebut bukan karena India Cina.
Melainkan Anda harus melihat bagaimana permasalahan mengenai bauran energi dari negara itu. Sehingga kenaikan harga batu bara ini juga dikarenakan cuaca ektrim yang terjadi beberapa waktu belakangan.
Keuntungan Naiknya Harga Batu Bara
Indonesia dapat menikmati keuntungan dari meningkatnya harga barang tambang hitam ini pada bulan Maret lalu hingga pertengahan April. Di mana jumlahnya terus mengalami peningkatan sehingga memberikan profit menjanjikan.
Jika diperhatikan sekitar Maret di angka 179 sampai 180 dolar AS per ton dan sekarang ini hanya 198 dolar AS. Jadi apabila dilihat tren pada Januari lalu justru masih mengalami penurunan.
Namun selama 3 bulan terakhir 182 sampai 198 dollar AS dan terakhir dipertengahan April masih dibawah 200 USD. Akan tetapi memang naiknya harga batu bara sekarang masih belum di puncak tertinggi.
Seperti pada akhir 2022 lalu yang merupakan puncak kejayaan dari batu bara RI yakni hingga di angka 400 dollar AS per ton. Menurut Singgih hal itu terjadi sebab adanya inflasi Rusia.
Karena adanya konflik geopolitik antara Ukraina dan Rusia. Jadi hal tersebut tentunya beda dengan keadaan sekarang ini. Kenaikan harga saat ini juga tidak akan melebihi seperti ketika konflik Rusia Ukraina.
Jadi apabila dilihat, memang kenaikan harga batubara saat ini terjadi lebih pada naiknya real saja. BPS melaporkan jika Cina India masih jadi pasar utama untuk batu bara Indonesia.
Berdasarkan data BPS, ekspor batubara ke India hingga 23,97 juta ton di angka 1,91 miliar USD Q1 2023. Sementara ekspor ke Cina hingga 20,94 juta ton yakni 2,06 miliar USD Q1 2023.
India sudah mengimpor batubara sekitar 2,2 juta ton dan naik 25% bulan Februari. Bahkan produksinya dinaikkan sampai 892 juta ton April 2022 sampai Februari 2023 dan jumlah tahunan naik 14,7%.
Berdasarkan laporan, Cina mengimpor batubara Q1 2023 sampai 101,8 juta dan naik 96%. Selama Maret, Impor Cina sampai 41,17 juta ton naik sampai 151% dan merupakan angka tertinggi sejak Januari 2020.