Perekonomian Rusia terus menurun sejak perang dengan Ukraina. Hal tersebut mempengaruhi pergerakan Rubel. Dengan demikian, pelaku bisnis forex tidak menggunakan Rubel sebagai komoditinya karena khawatir nilainya akan turun.
Tidak hanya itu, Rusia juga memangkas suku bunga acuannya. Pemangkasan tersebut dilakukan sebelum ada deklarasi pertemuan dewan pada bulan Mei mendatang. Hal ini membuat perekonomian Rusia semakin menantang.
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga Acuan Rubel Rusia
Di tengah konflik politik yang belum reda, suku bunga acuan Rubel Rusia termasuk tinggi sehingga membuat bank sentral Rusia memutuskan untuk melakukan pemangkasan.
Pemangkasan tersebut bertujuan agar Rubel lebih stabil dan juga bisa menyeimbangkan laju inflasi yang meningkat. Maka dari itu, Rusia melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebelum pertemuan dewan.
Naiknya suku bunga acuan Rusia merupakan hal yang wajar. Mengingat, negara tersebut sedang berada pada masa kritis sejak terjadinya perang. Kenaikan tersebut dipicu oleh beberapa faktor,yaitu:
1. Penekanan Dampak Sanksi Barat Akibat Perang
Faktor pertama yang membuat suku bunga acuan Rubel sangat tinggi yaitu dampak sanksi Barat. Rusia mencoba untuk meminimalisir hal itu.
Namun, upaya untuk meminimalisir dampak sanksi tersebut membuat suku bunganya meningkat. Hal tersebut membuat Rusia harus melakukan pemangkasan. Kini, nilai suku bunga acuan tersebut menjadi 17%.
Sanksi barat bisa langsung mempengaruhi nilai Rubel karena perekonomian negara tersebut tidak stabil. Salah satu sanksinya adalah penutupan aktivitas ekspor impor antara Rusia dengan beberapa negara.
Maka dari itu, semua pihak terkait harus andil untuk mencari solusi atas pergerakan Rubel tersebut, karena bisa saja pelaku bisnis valas menemukan banyak risiko, yang mungkin terjadi.
2. Laju Inflasi Rusia yang Melonjak
Inflasi di Rusia sangat cepat karena adanya konflik tersebut. Hal ini merupakan salah satu faktor lain yang menyebabkan suku bunga acuan di Rusia naik. Dengan demikian perlu adanya pemangkasan.
Tingginya suku bunga tersebut memicu penekanan likuiditas pada sektor keuangan dan riil. Hal ini juga bisa membuat laju inflasi tidak terkendali. Sebelumnya kenaikan suku bunga tersebut dapat menstabilkan laju inflasi.
Meskipun suku bunga tinggi dapat menstabilkan inflasi di Rusia, tetapi penurunan nilainya bisa berpengaruh pada besarnya profit yang akan didapatkan di pasar valuta asing, sehingga harga Rubel terus turun.
Banyak para ahli ekonomi menyebutkan bahwa Rubel akan terus merosot karena kondisi perekonomian yang tidak stabil. Namun, kesempatan untuk naik akan selalu ada meskipun tipis. Itulah mengapa, Rubel harus segera dibenahi oleh pihak terkait.
Pergerakan Rubel Rusia pada Saat Ini
Perekonomian di Rusia terus menurun hingga mencapai 9%. Hal tersebut membuat Rubel kehilangan peranannya. Terlebih laju inflasi yang semakin cepat membuat mata uang ini tidak bisa menyeimbangkannya.
Hal ini memicu lonjakan suku bunga utama yang turut meningkat. Nilai suku bunga tersebut berada pada level 47%. Nilai tersebut membuat Rubel menjadi mata uang dengan suku bunga tertinggi ke-dua di dunia.
Rubel akan kehilangan peranannya apabila suku bunga tersebut tidak diatasi dari sejak dini. Terlebih, nilainya tidak terkontrol di pasar Valas. Dengan demikian, bank Sentral Rusia harus segera turun tangan.
Terlebih, nilai tukar Rubel akan menyimpang bila dibiarkan berlarut-larut. Hal tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Rusia. Selain itu,Rubel akan kehilangan investornya, sehingga membuat nilainya terus melemah.
Maka dari itu, perlu adanya kerjasama di pihak Rusia sendiri agar perekonomian Rusia lebih stabil sehingga geopolitik yang tidak stabil tidak terlalu mempengaruhi Rubel Rusia.
Laju inflasi di Rusia lebih cepat. Berdasarkan catatan pada bulan Maret lalu, inflasi di Rusia mencapai 17%. Selain itu, ada kemungkinan akan naik hingga 22%.
Hal ini memicu pertumbuhan suku bunga lebih tinggi. Bunga tinggi membuat nilai inflasi lebih stabil. Namun, adanya perang membuat Rusia semakin terpuruk dari segala sisi.
Bila dilihat dari kacamata ekonomi, posisi Rusia saat ini ibarat makan buah simalakama. Dengan kata lain, naiknya suku bunga bisa menyeimbangkan inflasi yang terjadi pada saat ini.
Kemelut geopolitik di Rusia semakin tidak terkendali, sehingga membuat posisi Rubel tidak aman. Maka dari itu, harus segera dibenahi sebelum berdampak pada bidang lainnya karena akan merugikan negara tersebut.