Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Corona Kembali Merebak, Belanja Masyarakat Jepang Menurun

Corona Kembali Merebak, Belanja Masyarakat Jepang Menurun

by Didimax Team

Selasa, 06 Juli 2021, Biro Statistik Jepang telah merilis data Household Spending yang menunjukkan penurunan sebesar 2.1 persen secara bulanan di bulan Mei. Data angka belanja ini sebenarnya lebih baik dari ekspektasi penurunan hingga 3.7 persen. Meskipun demikian hasil ini masih merosot dari perolehan bulan sebelumnya yang naik 0.1 persen.

Secara basis tahunan, household spending Jepang naik 11.6 persen pada bulan Mei. Hasil ini lebih baik dari forecast kenaikan 10.9 persen akan tetapi lebih rendah dari laju pertumbuhan 13.0 persen yang tercapai di bulan April. Kenaikan ini dipengaruhi oleh pemulihan teknis pasca penurunan tajam yang terjadi pada tahun lalu.

Pengeluaran konsumen Jepang paling dominan berasal untuk barang otomotif dan teknologi dalam perhitungan aktivitas belanja masyarakat kali ini. Meskipun demikian, laju pertumbuhan pengeluaran justru semakin melambat dalam beberapa bulan terakhir yang disebabkan oleh gelombang virus corona baru uang membebani optimisme.

Untuk prospek bulan household spending Juni, ekonom senior Shinkin Central Bank Research Institute mengatakan bahwa laju pertumbuhan kemungkinan tetap melambat di tengah kondisi penjualan mobil yang juga melambat. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan pasokan bahan semi konduktor.

Tsunoda juga menambahkan jika akan sulit bagi aktivitas belanja Jepang untuk pulih jika pembatasan aktivitas ekonomi tidak dicabut sepenuhnya. Sementara distribusi vaksin berjalan lebih lambat dari dampak positif bagi ekonomi belum akan terlihat sampai bulan September atau lebih lama.

 

Aktivitas Jasa Jepang Juga Masih Kontraksi

Laju pertumbuhan perekonomian Jepang tidak hanya terhambat karena belanja masyarakat yang melemah saja. Akan tetapi kondisi ini juga terbebani dengan aktivitas jasa Jepang yang masih kontraksi berdasarkan rilis data PMI Jasa Jepang dari Jibun Bank yang berada di level 48.0 persen pada bulan Juni.

Angka tersebut masih berada di bawah ambang ekspektasi dan kontraksi sebesar 50.0 persen. Hasil ini membuat aktivitas jasa Jepang telah terjebak di Zona kontraksi selama 17 bulan berturut-turut. 

Jibun Bank melakukan survey terhadap beberapa sektor meliputi sektor transportasi, real estate, komunikasi, informasi, layanan bisnis dan konsumen. Dari semua sektor yang disurvei, hampir semuanya mengalami tekanan karena sebagian besar masyarakat masih menahan pengeluaran di tengah ketidakpastian akibat virus Corona.

Meningkatnya kasus virus corona varian baru dalam beberapa waktu terakhir memang menekan permintaan di Jepang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kondisi ini menjadi tantangan bagi perekonomian Jepang untuk pulih dari kontraksi ekonomi pada kuartal pertama lalu.

Meskipun angkat aktivitas jasa melemah, akan tetapi Bank Sentral Jepang (BoJ) telah menyatakan pandangan yang optimis terhadap prospek ekonomi Jepang di masa mendatang. Hal ini karena perusahaan tetap membangun kapasitas untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan permintaan di masa mendatang.

USD/JPY Menjadi Semakin Terperosok

Setelah sebelumnya USD/JPY ditekan habis oleh data PMI Jasa Jepang yang berada di bawah ekspektasi, rilis data household spending yang juga mengalami menurunan membuat USD/JPY semakin terpuruk. 

Data household spending Jepang yang cukup mengecewakan memberikan dampak terhadap pergerakan pair mata uang Yen terhadap Dollar AS. Pair USD/JPY bergerak di kisaran 110.83 atau melemah 0.1 persen dari harga open harian.

Melemahnya Dollar AS disebabkan oleh mencuatnya pandangan bahwa The Fed akan menunda tapering dan rate hike selama tingkat pengangguran AS masih tinggi. Kondisi ini juga berimbas terhadap pair mata uang major lainnya termasuk Yen yang semakin terperosok di tengah kondisi ekonomi Jepang semakin lesu.

Infeksi virus Corona varian baru yang terjadi beberapa bulan terakhir memang membuat laju perekonomian di bebeberapa negara menjadi tidak stabil kembali. Hal ini juga terjadi di Jepang sehingga membuat sektor Jasa dan minat belanja konsumen semakin menurun. 

Hal ini berimbas pada USD/JPY yang juga semakin terperosok. Di tengah kondisi pandemic yang kian mengkhawatirkan ini pemerintah seharusnya mulai memberikan stimulus kembali agar daya beli masyarakat meningkat kembali. 

Dengan cara tersebut, laju perekonomian akan secara berangsur-angsur bisa pulih kembali seperti pasca pandemic Covid-19. Akan tetapi saat ini pemerintah Jepang memang tengah fokus untuk menghentikan gelombang virus Corona yang kian menggila.