Menjelang penutupan pasar minggu ini, indeks dolar AS kembali menguat. Penguatan ini terjadi tidak hanya pada satu jenis mata uang, tetapi menguat pada beberapa mata uang utama lainnya.
Penguatan mata uang dolar AS ini terjadi ketika adanya laporan ketenagakerjaan dari AS. Dimana, laporan tersebut menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan perkiraan pasar tenaga kerja.
Perkiraan awal dilakukan untuk menjaga Federal Reserve atau the Fed pada kenaikan suku bunga. Kondisi ini menjadikan dolar AS semakin menguat karena memang data menunjukkan sinyal positif.
Data pertama terlihat dari data penggajian non-pertanian yang mengalami peningkatan sebesar 390.000. Peningkatan ini terjadi pada pekerjaan bulan lalu dan memberikan timbal balik pada bulan ini.
Hal tersebut dilaporkan langsung oleh Departemen Tenaga Kerja dalam laporan ketenagakerjaan yang diawasi. Selain itu, terdapat beberapa faktor lainnya yang juga mendukung penguatan indeks dolar AS.
Penguatan Indeks Dolar AS
Terkait peningkatan indeks dolar AS juga mendapatkan reaksi dari para ekonom. Para ekonom melakukan survei yang diadakan oleh Reuters dan memberikan data peningkatan pekerjaan di bulan Mei.
Para ekonom diperkirakan mendapatkan penggajian yang meningkat mencapai 325.000 pekerjaan. Indeks dolar AS memberikan dampak penguatan pada enam mata uang utama di dunia menurut pelacakan greenback.
Peningkatan terjadi sebesar 0,4 persen mencapai titik 102,16. Angka tersebut mengalami peningkatan setelah terjadi penguatan sebesar 102,22 menyusul laporan pekerjaan dan pada minggu ini meningkat 0,5 persen.
Hal ini juga dikomentari oleh Pialang Mata Uang Senior Silicon Valley Bank Minh Trang yang terletak di Santa Clara, California. Menurutnya, mereka memiliki angka nonfarm payrolls yang cukup solid.
Selain itu, beberapa hal lain juga disampaikan oleh Trang mendukung pernyataan tersebut. Adanya data pekerjaan yang kuat memberikan dukungan terkait ekspektasi kenaikan suku bunga tambahan di tahun ini.
The Fed juga memberikan kabar seputar kenaikan suku bunga yang mencapai tiga perempat poin persentase tahun ini. Hal ini mendukung indeks dolar AS untuk terus naik ke level atas.
Sedangkan, kebanyakan para pembuat kebijakan the Fed mengharapkan kenaikan suku bunga mencapai setengah poin persentase. Kenaikan ini diharapkan untuk masing-masing pertemuan berikutnya yang diadakan di bulan selanjutnya.
Kondisi Dolar AS
Terkait kondisi ini, Presiden Federal Reserve Bank Cleveland Loretta Mester juga ikut berkomentar. Ia menyebutkan sedang mencari bukti menarik terkait kondisi inflasi yang sedang terjadi.
Kondisi inflasi sudah mencapai puncak sebelum adanya pengurangan laju kenaikan suku bunga Fed. Hal ini diprediksi berdasarkan pendapat dari pembuat kebijakan yang mendukung kenaikan indeks dolar AS.
Bukti menarik tersebut terkait hal yang membuat dan kemungkinan menjadikan kenaikan setengah poin di bulan berikutnya. Bulan berikutnya yang dimaksud adalah kenaikan di bulan Juni dan Juli.
Para investor memiliki perbedaan pandangan pada greenback. Tentunya hal ini yang berkaitan dengan masih dekatnya dengan tertinggi dua decade terhadap beberapa rekan-rekannya yang serupa pada perdagangan forex.
Pernyataan lain juga disampaikan oleh Kepala Penelitian Valas Global Deutsche Bank bernama George Saravelos. Menurutnya, dolar sedang memiliki kondisi sebagai penentu presmi risiko safe-haven sehingga sangat penting.
Hal ini terkait safe-haven yang sangat ekstrem dan jarang bertahan dari waktu ke waktu. Hal tersebut membuat saat ini terjadi proses bersantau untuk melepas lelah pada risiko safe-haven yang tinggi.
Tidak hanya itu, para analis bullish juga ikut berpendapat terkait kondisi ini. Mereka berpendapat terkait siklus pengetatan Fed didasarkan pada pertumbuhan yang lebih kuat terjadi di Eropa.
Kondisi ini terjadi terutama usai adanya embargo minyak dari Rusia. Menurut para analis hal tersebut memungkinkan merugikan ekonomi yang berada di zona Euro dan berdampak buruk pada hal tersebut.
Posisi dolar AS meningkat sebesar 0,8 persen menuju level yang lebih tinggi dari minggu ketiga. Kenaikan ini membuat dolar berada di posisi 130,85 yen pada perdagangan tersebut.
Kondisi ini juga membuat mata uang Jepang tidak jauh dari level terendah kedua pada bulan Mei. Hal ini dikarenakan bank sentral Jepang sudah menetapkan kebijakan suku bunga yang sangat rendah.