Dolar AS mampu kembali kokohkan posisinya terhadap berbagai mata uang utama pada penutupan perdagangan, Kamis (11/5/2023) Jumat pagi WIB. Walaupun inflasi mulai melandai, indeks dolar ternyata mampu melesat.
Terjadi setelah investor mencerna data inflasi produsen AS yang baru diluncurkan. Termasuk juga dari proposal FDIC, dimana akan mengambil berbagai bank besar untuk mengisi lagi dana asuransi simpanan.
Mengukur greenback terhadap 6 mata uang yang jadi saingan, indeks dolar tunjukkan peningkatan sampai 0,56%. Dimana peningkatannya menjadikan mata uang tersebut tutup di perdagangan pada level $102,0525.
Euro Hingga Yen, Berikut adalah Besarnya Penguatan Dolar AS
Akhir perdagangan New York ditutup dengan harga euro yang turun dari 1,0976 menjadi 1,0918 dolar dari sesi sebelumnya. Sedangkan pound Inggris mengalami penurunan dari 1,2622 menjadi 1,2512 pada sesi sebelumnya.
Selain itu penguatan mata uang AS juga terjadi pada yen, dimana sebelumnya 134,2610 yen, dolar AS naik menjadi 134,5150 yen. Franc Swiss sendiri harganya menjadi 0,8943 dimana sebelumnya 0,8895.
Masih naik terhadap mata uang utama lainnya yaitu dolar Kanada, sebelumnya 1,3489 menjadi 1,3382 dolar Kanada. Sedangkan krona Swedia sebelumnya 10,2336 menjadi 10,3322 krona Swedia.
Indeks harga produsen (IHP) sendiri dilaporkan alami pertumbuhan 0,2% di April dibandingkan bulan sebelumnya. Hasil tersebut nyatanya lebih rendah dibandingkan ekspektasi sebesar 0,3% dari Dow Jones.
IHP Amerika Serikat naik sebesar 2,3% bulan April dari tahun ke tahun, turun dari pertumbuhan 2,7% pada bulan sebelumnya. Nilai tersebut adalah pembacaan terendah sejak bulan Januari 2021.
Hal tersebut belum termasuk energi dan makanan, dimana IHP intinya meningkat 0,2% bulan ke bulan. Hal ini sesuai perkiraan ekonom, tetapi berkebalikan dengan penurunan 0,1% di bulan Maret.
IHP inti meningkat 3,2% tahun ke tahun, tetapi mengalami penurunan dari pertumbuhan 3,4% bulan Maret. Persen IHP datang terbilang lebih sedikit dari perkiraan, pengembalian ke sisi positif membuat pasar suram.
Perkembangan krisis perbankan regional AS ini dorong pedagang untuk hindari risiko pada hari Kamis (11/5/2023). Pada waktu berdekatan, FDIC usulkan untuk adakan penilaian khusus ke berbagai bank besar.
Laporan meningkatnya pengangguran baru juga menjadi faktor pasar hindari risiko. Menjadikan peningkatan suku bunga terjadi di beberapa negara mata uang utama, termasuk Inggris yang tingkatkan menjadi 4,5%.
Rupiah Juga Tidak Mampu Melawan Dominasi Dolar
Rupiah termasuk maya uang yang menutup pekan ini dengan kekalahan lawan dolar AS. Pada pembukaan perdagangan Jumat (12/5/2023), melemahnya rupiah langsung terjadi sebesar 0,2% menjadi Rp14.750/US$.
Melansir Refinitiv, setelah pelemahan itu rupiah bergerak pada kisaran Rp14.730/US$ sampai Rp14.764/US$ selama perdagangan. Sedangkan penutupan pasar spot, rupiah juga alami pelemahan sebesar 0,17% menjadi level Rp14.745/US$.
Ekspektasi meningkatnya suku bunga The Fed bulan depan memang cukup rendah. Namun hal tersebut tidak memperlambat penguatan dolar, dikarenakan peluang pemangkasan suku bunga akhir tahun melemah.
Melangsir CNBC International, Joe Manimbo menyebutkan, “Saya berpikir pasar akan mulai pikirkan lagi outlook dari pemangkasan suku bunga. Khususnya setelah data inflasi dirilis, sehingga meskipun turun, tetapi level masih tinggi.”
Manimbo yang merupakan analis pasar senior di Convera Washington memberi pernyataan tersebut hari Kamis (11/5/2023). Menurutnya, dolar AS mampu menguat apabila pasar melihat peluang suku bunga yang dikurangi mengecil.
Ed Moya, analis senior dari Oanda menyebutkan ke depannya inflasi Amerika Serikat masih akan kembali menurun. Namun untuk bisa mencapai 2% memang terbilang cukup sulit.
Melansir dari CNBC International pada Rabu(11/5/2023), Moya menyebutkan, “Inflasi memang harusnya terus menurun di beberapa bulan ke depannya. Namun supaya capai 2% lagi, cukup sulit, apalagi pasar tenaga kerja kuat”.
Data inflasi memang tidak menghentikan dolar AS untuk menguat pada sejumlah mata uang utama. Termasuk di antaranya pada yen Jepang, franc Swiss, dolar Kanada, hingga krona Swedia.
Termasuk juga kurs rupiah yang melemah sejalan dengan pergerakan sebagian besar mata uang Asia. Misalnya won Korea yang melemah 0,62%, disusul pelemahan pada bah Thailand, dolar Hongkong, dan beberapa lainnya.
Rupiah sendiri mencapai pelemahan mingguan paling besar dalam tiga minggu terakhir ini. Namun Bank Indonesia menyatakan tidak memiliki rencana tingkatkan acuan di tengah penurunan inflasi di minggu ini.