Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dolar AS Terperosok ke Rekor Terendah dan Babak Belur

Dolar AS Terperosok ke Rekor Terendah dan Babak Belur

by Didimax Team

Sepekan berlalu, kondisi Dolar Amerika Serikat tidak tampak membaik dengan segala usaha dan aktivitas yang sudah dilakukan. Kesimpulan yang didapatkan tampak kurang mengenakkan karena selama sepekan Dolar AS tampak babak belur. 

Indeks Dolar AS (DXY) mengalami kemerosotan sampai pada rekor terendah selama sebulan dengan kisaran harga yaitu 91.82. Angka ini muncul pada perdagangan internasional hari Jumat ini. 

Keadaan Dolar Amerika Serikat tengah mengalami kondisi yang sangat tidak stabil dan cukup terguncang. Hal tersebut diakibatkan banyaknya kemunculan berita yang berhubungan dengan kondisi mata uang Amerika Serikat tersebut. 

Kilas balik selama satu pekan, Dolar AS secara bertubi-tubi dipukul oleh faktor seperti data manufaktur yang cukup besar. Bahkan kebijakan yang dikeluarkan oleh The Fed tidak membuat kondisi membaik pada mata uang tersebut. 

 

Indeks Dolar AS Alami Pukulan Selama Sebulan

Selama sepekan, Greenback mengalami masa-masa terberat dengan pukulan secara bertubi-tubi yang harus dihadapi. Sebelumnya pernyataan dari Ketua The Fed yang disampaikan pada hari Rabu cukup membuat terpukul kondisinya. 

Bahkan mata uang ini ditekan oleh rilisnya data GDP Amerika Serikat yang melesat dari ekspektasi pada hari Kamis sebelumnya. Adapun kemerosotan yang dialami mata uang AS tersebut dirilis pada perdagangan hari Jumat 30 Juli 2021. 

Nampaknya, keterpurukan Dolar Amerika Serikat dimulai karena pernyataan dari Ketua The Fed yang menyebutkan bahwa adanya kenaikan suku bunga terpantau “masih jauh”. Selain itu ia juga menilai bahwa perekonomian Amerika Serikat masih sangat membutuhkan dukungan dari stimulus moneter. 

Tujuan dukungan tersebut adalah untuk mencapai target ketenagakerjaan serta inflasi yang sudah diinginkan oleh bank sentral. Data atau laporan GDP tersebut dirilis beberapa jam setelahnya, menunjukkan seolah-olah bahwa adanya konfirmasi sikap dovish tersebut. 

Menutup Bulan Juli dengan kurang baik, Dolar AS memang sedang dilanda permasalahan cukup besar untuk diselesaikan. Kondisi ini tidak bisa dipulihkan dalam beberapa hari saja, karena membutuhkan waktu yang lebih dari satu dua hari. 

Meski perekonomian dari negeri Paman Sam tersebut tampak bertumbuh 6.5 persen di kuartal II/2021 atau pada Quarter-over-Quarter karena dorongan secara fiskal masif yang dibagikan oleh pemerintah federal. 

Akan tetapi, laporan GDP tersebut tetap masih gagal memenuhi ekspektasi para pelaku ekonom, dimana sebelumnya sudah melakukan patokan sebesar 8.5 persen. Apalagi ditambah berita bahwa The Fed terus menyatakan akan mengurangi program pencetakan uangnya. 

Prediksi Masa Depan Dolar Amerika Serikat

Kegiatan yang dilakukan oleh The Fed tersebut juga dirasa belum cukup bisa memperbaiki ekspektasi pasar tersebut. Terlihat bahwa langkah tersebut malah lebih lambat jika dibandingkan dengan antisipasi pasar sebelumnya. 

Hal tersebut disampaikan oleh Steven Dooley selaku pakar strategi mata uang di Western Union Business Solution. Adapun sikap kehati-hatian dari The Fed disebabkan oleh perlambatan dalam pertumbuhan AS, kekhawatiran dari varian virus Delta, serta adanya pelonggaran inflasi. 

Meski perjalanan panjang yang harus dialami oleh Dolar Amerika Serikat tersebut selama sepekan atau bahkan sebulan ini, namun para ekonom tidak merasa sangat kecewa dengan hasil tersebut. 

Alasannya adalah karena angka-angka tersebut masih dirasa dapat membuat pertumbuhan AS memiliki masa depan yang cukup baik. Dimana adanya bakal terakselerasi dalam kuartal III/2021 pasca melewati badai dari gelombang Covid-19 varian Delta tersebut. 

Akan tetapi, adapun bias dari tren bearish yang muncul dalam jangka pendek ini masih lebih menonjol atas USD. Jelas bahwa sebenarnya hal tersebut bukan disengaja oleh beberapa pihak, namun guna mengurangi penyebaran virus corona yang tengah tinggi. 

Pasangan mata uang EUR terhadap USD juga melambung sampai rekor tertinggi selama sebulan di ambang harga 1.1900. Angka ini terlihat menjelang adanya rilis data inflasi dari Zona Euro pada hari Jumat lalu. 

Selain itu, seperti sebelumnya bahwa USD memang terpuruk di beberapa mata uang lainnya, maka pasangan GBP terhadap USD juga berada di posisi penguatan terkuatnya selama lebih dari sebulan. 

Adapun angka penguatan tersebut berada di kisaran 1.3980-an dan terbilang cukup jauh dibandingkan angka pada bulan sebelumnya. Hal ini diharapkan menjadi akhir setelah Pemerintah AS dapat menekan angka penyebaran Covid-19 kali ini.