Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dolar Melemah Akibat Sentimen Suku Bunga

Dolar Melemah Akibat Sentimen Suku Bunga

by Didimax Team

Pada Jum’at pagi dolar mengalami penurunan, hal ini dikarenakan investor mengira bahwa Federal Reserve akan mengurangi pembelian asset mulai bulan depan dan menaikkan suku bunga. Setelah Federal reserve mengatakan akan mulai menurunkan pembelian obligasi mulai bulan November ketika ada momentum setelah pandemi. 

Ini didorong oleh pandangan bahwa pasar tenaga kerja di Amerika Serikat telah cukup kuat sehingga The Fed dapat mulai menurunkan pembelian obligasi bulanannya. Namun pembuat kebijakan terbagi atas inflasi dan kebijakan apa yang seharusnya dilakukan

Total warga Amerika yang meminta klaim tunjangan pengangguran turun menjadi di bawah 300.000 pada minggu lalu. Ini adalah kondisi pertama kalinya dalam 19 bulan terakhir. Indeks harga produsen terkait permintaan naik 0,5 % pada bulan September. Ini adalah kenaikan terkecil dalam 9 bulan terakhir.

Pertumbuhan ekonomi Amerika yang mulai membaik dan pasar tenaga kerja yang semakin kuat membuat The Fed mulai membatasi program pelonggaran.

Pembuat kebijakan didesak oleh Komite Pengarah IMF untuk melihat dinamika harga secara cermat dan melihat tekanan inflasi yang bersifat sementara akan memudar saat ekonomi normal kembali.

 

Cobaan Ekonomi Amerika Serikat

Ujian ekonomi Amerika selanjutnya datang dari data hasil rilis penjualan ritel pada hari Jum’at. Setelah sampai pada angka $ 1,1624 di hari Kamis untuk pertama kalinya dari tanggal 4 September, Euro kembali jatuh 0,09 % menjadi $ 1,1588.

Dolar Sterling sampai pada angka $1,3734 yang merupakan angka tertinggi sejak tanggal 24 September sedikit turun di angka $1,36705. Dolar Ausie setelah mencapai titik tertinggi dalam satu bulan di angka $ 0,74265 turun sedikit yakni 0,07% menjadi $ 0,74105.

Dolar Kiwi Selandia Baru setelah mencapai titik tertinggi sejak tanggal 24 September di angka $ 0,70415 turun sedikit yakni 0,06% menjadi $ 0,7033. Menahan kenaikan 1%-nya pada hari Kamis.

Pantauan The Indeks Dolar Amerika menunjukkan greenback terhadap mata uang lainnya cenderung turun 0,02% pada 00:54 ET (04:54 GMT). Pasangan USD/JP menjadi 113,97 naik 0,27%.

Pasangan AUD/USD menjadi 0,7420 naik tipis 0,07%. Pasangan NZD/USD menjadi 0,7055 naik 0,28%. Pasangan USD/CNY menjadi 6,4356 turun tipis 0,04%. Pasangan GBP/USD menjadi 1,387 naik tipis 0,10%.

Dolar Melemah, Rupiah Perkasa

Penurunan nilai dolar yang dipengaruhi oleh turunnya imbal hasil surat utang negara Amerika membuat nilai tukar rupiah menguat pada hari Kamis. Rupiah dibuka dengan naik ke titik 14.190 per US$ pada hari Kamis pagi.

Angka itu menguat 0,19 % atau 28 poin bila dibandingkan saat penutupan perdagangan sebelumnya dengan nilai rupiah 14.218 per US$.

Sentimen pasar yang membaik terhadap resiko yang ada sebab laporan pendapatan yang dirilis dari perusahaan di Amerika dan Eropa lebih bagus dari ekspektasi mendorong penguatan rupiah.

Selain itu, harga komoditi yang meningkat juga menyumbang secara positif neraca perdagangan Indonesia sehingga membantu rupiah semakin kuat.

Cara The Fed Agar Dolar Menguat

Bila mekanisme tapering belum dijelaskan mekanismenya secara tegas oleh the Fed maka mata uang dollar AS masih diproyeksi melemah. Jika the Fed mengumumkan mekanisme timeline serta perkembangan tapering, maka ada kemungkinan dollar menguat.

Tapering adalah stimulus moneter yang dikurangi oleh bank sentral bila perekonomian negara sedang terancam sehingga membutuhkan tambahan atau suntikan dana likuiditas. Yaitu dengan pengurangan pembelian obligasi atau pelonggaran kuantitatif (Quantitative Easing atau QE).

Pemberian quantitative easing (QE) artinya memberikan stimulus pasar sehingga membuat uang yang beredar semakin banyak, mengakibatkan dolar menjadi lemah. Ketika stimulus dihentikan maka uang yang beredar di pasar berkurang sehingga dollar menguat.

Tapering kemungkinan akan dilakukan pada bulan November atau Desember tahun ini. Pasar juga percaya bahwa suku bunga Amerika akan mulai dinaikkan pada bulan September 2022. Masih terbuka kebijakan moneter Amerika, penguatan rupiah mungkin tidak terlalu dalam.

Bila dollar mengalami penguatan maka akan memberi efek positif pada produk berbasis ekspor. Sebaliknya bila rupiah menguat maka akan memberikan efek positif terhadap emiten berbasis impor.

Dolar telah mengalami pergerakan sejak September 2021 saat pasar mengira The Fed akan mengurangi aset lebih awal karena pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid dan harga energi yang terus meningkat.

Terlepas dari pemikiran bahwa pasar tenaga kerja Amerika telah menguat sehingga memungkinkan the Fed mengurangi pembelian obligasi, pembuat kebijakan menjadi terbagi karena adanya inflasi.