Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dolar Melemah Lagi Pasca Kebijakan Moneter Dipertahankan

Dolar Melemah Lagi Pasca Kebijakan Moneter Dipertahankan

by Didimax Team

Dolar menjadi salah satu mata uang yang sering diperbincangan di tengah perdagangan forex dunia. Pada hari pertama minggu ini, dolar mengalami kenaikan cukup tinggi pada awal perdagangan Eropa.

Kenaikan ini didukung oleh adanya safe haven akibat kekhawatiran terhadap wabah baru dan lanjutan dari Covid-19. Hal ini diperkirakan terjadi pada beberapa negara Asia, kenaikannya tidak terlalu signifikan.

Pada kenaikan yang terjadi ini, EUR/USD diperdagangkan mencapai angka 0,1 persen lebih rendah pada 1,2130. Sedangkan, GBP/USD diperdagangkan pada penurunan harga sebesar 0,1 persen di angka 1,4090.

Kenaikan juga terjadi pada USD/JPY mencapai 0,1 persen pada 109,30. Tidak hanya itu, harga sensitif turun juga terjadi pada AUD/USD pada angka 0,3 persen beralih ke angka 0,7753.

Kenaikan dipicu terpukulnya India karena jenis virus baru dari Covid-19. Lonjakan virus membuat peningkatan lebih dari 400.000 setiap harinya. Tentunya harga ini tidak bertahan lama, sehari setelahnya dolar mengalami penurunan.

 

Penurunan Harga Dolar yang Signifikan

Setelah kenaikannya pada hari pertama perdagangan minggu ini, dolar tidak mampu bertahan lama di harga tinggi. Pada awal perdagangan Eropa kemarin, dolar mengalami pelemahan harga akibat komentar pejabat Federal Reserve.

Fed menyebutkan melakukan penunjukkan pada bank sentral yang akan menetapkan kebijakan moneter. Kebijakan moneter ultra-mudah ini direncanakan oleh Fed akan dilakukan untuk beberapa waktu ke depan.

Pada pukul 02.55 ET, Indeks Dolar melakukan pelacakan terhadap greenback pada enam mata uang lainnya. Penurunan mata uang lainnya mencapai 0,2 persen pada angka 89,955, mencapai level terendah sejak Februari.

Penurunan harga dolar memang terjadi pada hari Selasa kemarin. Misalkan saja, EUR/USD diperdagangkan pada angka 0,3 persen lebih tinggi dari 1,2183. Harga ini naik ke level tertinggi sejak 26 Februari.

Sementara itu, USD/JPY mengalami penurunan ke angka 0,1 persen mencapai angka 109,08. Hal ini terjadi setelah ekonomi Jepang menunjukkan kontraksi lebih dari harapan akibat adanya virus corona.

Tidak hanya itu, risiko penurunan juga terjadi pada AUD yang memang sensitif terhadap kenaikan harga dolar. Pasalnya, AUD/USD mengalami kenaikan sebesar 0,5 persen mencapai angka 0,7802.

Padahal, pekan lalu dolar menunjukkan kenaikan lebih tinggi setelah terjadinya pelonjakan harga konsumen yang cukup tajam. Hal ini membuat Federal Reserve terlihat merasakan tekanan untuk mengekang kebijakan akomodatif.

Presiden Federal Reserve, Dallas Robert Kaplan pada Senin kemarin menyampaikan pendapatnya dengan tegas. Ia menegaskan pandangannya yang tidak mengharapkan nilai suku bunga naik sampai tahun berikutnya.

Kebijakan Moneter Sebabkan Dolar Turun

Tidak hanya itu, Wakil Ketua Federal Reserve, Richard Clarida juga melakukan penunjukan terhadap laporan pekerjaan yang mengecewakan. Hal ini menurutnya bisa menjadi bukti ekonomi masih memerlukan bantuan.

Terjadinya hal ini dianggap semakin meyakinkan akan kenaikan dan meningkatnya bank sentral akan mentolerir yang dilihatnya sebagai percepatan inflasi. Meskipun berlaku untuk beberapa waktu, dianggap merugikan greenback.

Beberapa pejabat Fed juga akan berkomentar sepanjang minggu, serta investor juga ikut mempelajari permasalahan ini. Pendapat ini akan dirilis pada Rabu ini sebagai petunjuk kebijakan moneter Fed.

Hal serupa juga terjadi pada beberapa tempat, GBP/USD mengalami kenaikan mencapai 0,4 persen pada angka 1,4183. Angka ini mengalami kenaikan terkuat sejak akhir Februari lalu.

Hal ini dikarenakan dukungan investor terhadap pencabutan bertahap pembatasan virus corona. Selain itu, optimisme seputar sterling bertambah setelah terjadi peningkatan angka pengangguran di Inggris secara mengejutkan.

Penurunan tidak terduga terjadi mencapai angka 4,8 persen berkisar bulan Januari dan Maret. Periode ini terjadi akibat adanya penguncian Covid-19 yang sangat ketat dari angka 4,9 persen.

Analis di ING juga ikut berpendapat terkait hal yang disampaikan oleh Fed. Ia menyebutkan terjadinya kenyamanan pada cable yang di atas 1.4100 yang membuat harga dolar mengalami penurunan.

Tidak hanya itu, menurut analis ING jika Fed tidak memberikan komentar mengejutkan pada hawkish yang cukup mengejutkan, maka kemungkinan cable dapat diuji pada area 1.4200.

Adanya berbagai penyebab kenaikan harga dolar memang sering memicu perdagangan dunia mengalami perubahan harga. Kebijakan moneter dari Fed dianggap menyebabkan penurunan harga dolar setelah Senin kemarin mengalami kenaikan.