Perdagangan 8 Januari waktu Indonesia Dolar Amerika menunjukkan hasil positif dengan mencetak rebound. Poin itu menunjukkan pergerakan paling tinggi selama dua minggu terakhir. Pergerakan indeks mata uang menunjukkan kenaikan menuju ke arah 89,79 atau naik sekitar 0,3%. Pergerakan bullish berada pada poin 89,86.
Pada sesi awal perdagangan di New York menunjukkan mata uang terlihat menurun dan melemah. gejolak politik yang sedang terjadi tidak mempengaruhi pergerakan tersebut. Walaupun, kondisinya partai Demokrat akan memimpin sepenuhnya pemerintahan AS selama 4 tahun ke depan. Kebijakan Joe Biden dipercaya mampu meningkatkan ekonomi.
Banyak stimulus sudah direncanakan membuat nilai tukar Dolar menjadi lebih baik. Perlemahan tersebut sempat terjadi lantaran Donald Trump masih belum menerima kekalahan tersebut. Aksi serang ke gedung capitol memunculkan spekulasi pasar bahwa, persaingan sebenarnya masih belum selesai. Tuduhan kecurangan pemilu masih saja dihembuskan.
Donald Trump Masih Terus Menebar Ancaman
Tindakan anarki yang dilakukan oleh pendukung Donald Trump memang tidak terpuji. Berbagai media berkomentar cukup pedas mengenai hal ini. Perilaku tersebut dipercaya untuk menghalangi keputusan Senat dalam mengesahkan Joe Biden sebagai presiden. Sayangnya, aparat berhasil meredamnya sekaligus menggagalkan keinginan tersebut.
Sejak awal, pemilu Georgia memang sangat penting bagi Partai Republik. Posisi mereka di Senat memang lebih unggul 2 kursi. Dengan kemenangan tersebut, harapannya mampu andil dalam seluruh pemerintahan serta menjalakannya sesuai keinginan mereka. Hanya saja, kesempatan tersebut tidak dapat dilakukan.
Pemilu Georgia sudah selesai, kemenangan dari Partai Demokrat membuat kepemimpinan Joe Biden semakin mudah dalam pemerintahannya. Hal yang membuat pasar semakin sungkan adalah pendukung Trump mengatakan penyerangan tersebut adalah yang terbaik dan menyebut mereka sebagai pahlawan.
Tetapi, kebijakan Joe Biden membuat pelaku pasar mulai berpikir untuk berinvestasi. Tetapi, satu hal yang membuat harganya melambung adalah aksi profit taking terhadap posisi long yang dilakukan oleh para pelaku pasar terhadap Euro. Sementara, mata uang Eropa cukup merosot jatuh ke 0,46%.
Profit Taking Loss Terhadap Euro
Catatan perdagangan menunjukkan Euro reli dalam tempo tiga hari berturut-turut. Berhentinya Euro membuat pergerakan mata uang Dolar cukup membanggakan. Saat ini posisinya ada di 1,226. Hasil itu juga berujung pada Tresury dengan obligasi US, dari pergerakan tahunan menunjukkan angka kenaikan sebesar 1%.
Cukup membanggakan karena, sejak bulan Maret tahun lalu kenaikannya cukup tinggi untuk pertama kalinya. Petinggi bank sentral sangat optimis dengan kenaikan yang terjadi ini. Hanya saja penguatan tersebut masih harus teruji dengan baik. Karena, ujian terbesar dalam laju perekonomian itu adalah Covid 19.
Analisis dari para pengamat menunjukkan bahwa penguatan tersebut tidak akan berlangsung lama. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pembuktian dari vaksin yang sedang dikembangkan. Apakah berhasil ataukah hanya sekedar pembuktian semata. Hal ini bisa terjadi karena, perkembangan jenis virus sudah lebih banyak.
Pembatasan juga mulai diikuti oleh Indonesia dengan melakukan PSBB Jawa dan Bali mulai tanggal 11 Januari. Vaksinasi di Amerika memang masih belum diketahui kapan. Oleh karena itu, investor juga belum mampu memberikan kepercayaan penuh terhadap Dolar untuk lebih perkasa lagi.
Analisis Tentang Dolar
Beberapa negara terkonfirmasi menunjukkan perkembangan penderita penyakit ini sangat banyak dan begitu pesat. Hal ini terbukti dengan kebijakan pemerintahan Inggris melakukan pembatasan kembali, melakukan lockdown babak ke tiga. Spekulasi yang membuat pelaku pasar merasa bimbang. Apalagi, Amerika menunjukkan kasus positif cukup pesat,
Alasan lain para pengamat memperkirakan kenaikan ini tidak bertahan lama karena, rencana Biden dianggap mampu menyelamatkan perekonomian. Cenderung membuat stimulus fiskal jauh lebih tinggi. Mereka takut bila safe haven terhadap Dolar lambat laun akan luntur dan terganti dengan mata uang lainnya.
Paket stimulus fiskal memang segera terjadi lebih progresif dan agresif dibandingkan sebelumnya. Kebijakan ini sudah direncanakan sejak lama. Hanya saja, tokoh ekonomi Amerika menyarankan untuk tidak melakukannya. Kondisi ini memang seperti buah simalakama bagi perekonomian US. Karena, keadaan tersebut memang tidak mudah.
Para pengamat serta petinggi bank sentral masih berharap lebih dengan kebijakan stimulus oleh Biden ini. Pengangguran di Amerika sudah berlebihan, perkembangan ekonomi dunia juga perlu kepastian terutama hubungan mereka dengan China. Sebagai pusat perekonomian dunia, Dolar jadi tolak ukur paling sentral.