Sejak pemilu presiden di awal bulan November ini, nilai tukar Dollar AS semakin merosot tajam. Sebab, isu-isu politik yang diangkat oleh Donald Trump ini menyebabkan kekacauan publik. Banyak kekerasan di beberapa Negara bagian serta tidak terkendalinya virus corona di Amerika Serikat.
Nilai tukar Dollar AS sempat menguat sejak terpilihnya Joe Biden sebagai pemenang Pilpres ke-59. Akan tetapi, “Joe Biden Effect” tidak cukup kuat untuk mengangkat nilai tukar Dollar AS yang hingga kini terus merosot tajam. Tentu saja, kabar ini menjadi sebuah kabar buruk bagi pemilik valas Dollar AS. Sebab, ia harus menanggung rugi dengan merosotnya nilai tukar Dollar AS.
Penyebab Utama Nilai Tukar Dollar AS Semakin Merosot Tajam
Selain faktor isu politik dan wabah virus corona yang semakin tidak terkendali, ada beberapa penyebab utama mengapa nilai tukar Dollar AS semakin terpuruk. Pertama, ada faktor optimisme vaksin virus corona yang dikembangkan oleh ilmuwan.
Faktor optimisme vaksin virus corona ini menyebabkan nilai tukar Dollar AS semakin anjlok, khususnya di pasar saham Asia. Tak tanggung-tanggung, nilai tukar Dollar AS yang baru dibuka hari senin ini telah turun sekitar 0,15% menjadi 91,688 atau telah turun sekitar 2,4% sejak bulan November 2020.
Selain itu, pada investor justru mengalokasikan dana kembali ke portofolio guna mengembalikan stabilitas perdagangan dunia. Lalu, adanya pembatasan serta penguncian pasar dunia yang menyebabkan terhalangnya pasar ekuitas AS. Untuk itu, The Fed harus menambah likuiditas guna membatasi kenaikan nilai tukar Dollar AS.
Penurunan ini tentu menjadi titik lemah nilai tukar Dollar AS sejak bulan Juli 2020 lalu. Hal ini tentu saja mengkhawatirkan. Sebab, Dollar AS menjadi mata uang resmi dunia, sehingga dapat menyebabkan melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok dunia.
Berbeda dengan Dollar AS, Nilai Tukar Mata Uang Asing Lainnya Mengalami Penguatan
Memang, faktor ditemukannya vaksin virus corona ini menjadi salah satu penyebab mengapa nilai tukar mata uang Dollar AS mengalami penurunan tajam. Akan tetapi, tidak semua mata uang mengalami penurunan nilai tukar. Salah satunya adalah Great Britain Poundsterling (GBP) yang justru semakin berjaya di tengah pandemi virus corona.
Nilai tukar GBP terhadap Dollar AS (GBP/USD) ini mengalami peningkatan cukup tipis, yakni di angka 0,19% di angka 1,3340. Diprediksi, awal bulan Desember nilai tukar GBP/USD juga semakin naik di angka 1,3400. Ada beberapa faktor mengapa nilai tukar GBP hingga akhir bulan November 2020 tetap stabil.
Salah satunya adalah pertaruhan investor dalam kesepakatan Inggris Raya dengan Uni Eropa terkait kebijakan Brexit. Sejak nilai tukar GBP semakin naik, maka tak heran jika banyak orang berbondong-bondong untuk menjual nilai kurs mata uang GBP yang selalu naik setiap minggunya.
Selain GBP, nilai tukar Australian Dollar (AUD) terhadap Dollar AS (USD) juga mengalami peningkatan cukup tajam sekitar 0,24% di angka 0,7401. Lalu, New Zealand Dollar (NZD) terhadap Dollar AS (USD) juga mengalami kenaikan sekitar 0,30% di angka 0,7044.
Kenaikan ini menjadi persentase peningkatan bulanan terbaik dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Maka dari itu, banyak orang enggan berinvestasi Dollar AS sejak dikabarkan mengalami penurunan nilai tukar di pertengahan bulan November 2020 ini.
Adakah Nilai Tukar Mata Uang Asing yang Juga Mengalami Penurunan di Akhir Bulan November 2020 ?
Nyatanya, penurunan nilai tukar tidak dialami oleh Dollar AS saja. Ada beberapa nilai tukar mata uang asing yang juga mengalami penurunan di akhir bulan November 2020 ini. Salah satunya adalah nilai tukar Dollar AS (USD) terhadap Yen Jepang (JPY). Penurunan nilai tukar USD/JPY ini cukup tipis, yakni di kisaran 0,19% atau di angka 103,88.
Untuk menanggulangi pelemahan nilai tukar Dollar AS, The Fed akan menganalisis untuk mencari solusi agar nilai tukar Dollar AS kembali stabil. Hingga kini, The Fed masih menganalisis kebijakan-kebijakan untuk menyelamatkan nilai tukar Dollar AS.
Sejak awal bulan November, nilai tukar Dollar AS semakin terpuruk. Di akhir minggu ini saja, Dollar AS mengalami penurunan tipis sekitar 0,15% di angka 91,688. Bahkan, beberapa pakar ekonomi memprediksi jika nilai tukar Dollar AS semakin merosot di awal Desember 2020. Untuk itu, The Fed diminta membuat kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar Dollar AS.