Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dollar Masih Lemah, Bendera Merah Buat The Fed

Dollar Masih Lemah, Bendera Merah Buat The Fed

by Didimax Team

Percepatan penyusutan dollar AS dari tingkat yang paling tinggi 2022 mempunyai metode buat pergi, namun kecepatan penyusutannya bisa membangun alasan buat pendaratan lunaknya sendiri pada akhir tahun ini.

Pembalikan dari lonjakan nyaris 30 persen dalam indeks utama dollar, dari posisi terendah pasca pandemi di awal tahun 2021 ke puncak 20 tahun September.

Senantiasa nampak sebagai sebuah taruhan yang pasti, begitu pasar menampilkan puncak suku bunga Federal Reserve di cakrawala. Semacam berdiri, kampanye pengetatan Fed mulai panik yang supercharged dollar nyatanya nyaris selesai di tengah fakta disinflasi normal. 

 

Regu Morgan Stanley Berkata Mereka Hendak Menggandakan Bearishness Dollar Mereka

Futures memandang sebagian peningkatan suku bunga yang lebih sederhana serta‘ tingkatan halte’ pada suatu tempat kurang dari 5% pada pertengahan tahun, diiringi oleh pemotongan sekitar separuh poin di paruh kedua.

Diambil secara terpisah, nyatanya sudah memotong lebih dari 10% dari duit sepanjang 3 bulan terakhir. Tetapi lebih dari hanya cerita Fed. Bintang-bintang mulai sejajar melawan dolar di segala dunia.

Intervensi mata uang dramatis di Jepang pada bulan Oktober memantapkan Yen yang jatuh dikala itu namun memuncak bulan lalu dengan langkah bertahap. Yang menjadi awal Bank Of Japan menghindar dari kebijakan moneter ultra longgarnya. Bahkan bersiap buat pengetatan lebih lanjut. 

Yen saat ini juga sudah pulih nyaris 20% dalam waktu kurang dari 2 bulan serta pergantian kebijakan pada bulan Desember kayaknya tidak akan terkait satu kali. Sebab Bank Sentral Eropa jadi lebih hawkish pada akhir tahun lalu dalam mengalami cetakan inflasi zona Euro 2 digit, Euro tampak pulih dengan tajam. 

Ini dipercepat semenjak mencatat peningkatan 3 bulan sekitaran 14 persen sebab masa dingin yang sangat hangat serta penyimpanan gas alam yang besar kurangi setengah harga gas Eropa yang setinggi langit.

Bahkan yang banyak orang pertaruhkan hendak merangsang resesi, membuat sebagian orang memikirkan kembali penyusutan selaku pemadaman serta tampilan dari penjatahan. Tentunya hal ini buat menghindari.

Serta ketika selesai keluhan viral yang belum sempat terkait lebih dahulu, Cina seketika meninggalkan kebijakan ‘nol covid’ yang kejam serta mengganggu secara ekonomi bulan bulan yang lalu.

Bahkan dengan prospek rebound tajam dalam permintaan Cina tahun ini mengangkut Yuan pada kisaran 10% dari posisi terendah tahun yang telah lalu. Walaupun ditaksir konsensus pada awal tahun nampak berjaga-jaga tentang sepanjang mana pergerakan tersebut dapat lebih lanjut. 

Konstelasi peristiwa tersebut baru-baru ini memforsir banyak bank global buat memikirkan kembali mengenai pemikiran dolar mereka buat tahun ini.

Baru pekan ini, regu Morgan Stanley berkata mereka hendak menggandakan bearishness dolar mereka serta juga memangkas perkiraan lebih lanjut dalam melihat DXY 6% lebih rendah dari lebih dahulu.

Serta Euro/ Dolar setinggi 1, 15 versus 1, 08 lebih dahulu. Sehingga kata mereka ‘’ kekuatan makro yang sempat menghalangi pelemahan dolar saat ini memperkuatnya,’’.

‘’Perkembangan secara global menampilkan isyarat energi apung, ketidakpastian makro serta inflasi menurun, serta dolar dengan cepat kehabisan keunggulannya.’’

HSBC mulai memandang Euro meningkat kisaran 6% lagi tahun ini serta pekan lalu memangkas perkiraan dollar maupun Yen akhir tahun jadi 120 dari 130 lebih dahulu.

Perkiraan Rupiah Bergerak di Rentang Rp15.100 Hingga Rp15. 250 per Dolar As

Nilai tukar rupiah tentu berubah di tingkat Rp15.190 per dolar AS pada rabu tanggal 17 bulan Januari pagi. Mata uang pada garuda melemah 255 poin ataupun 0,17% dari perdagangan lebih dahulu.

Kebanyakan mata uang di kawasan Asia terlihat seperti bergerak mulai melemah. Tercatat dollar Singapore melemah 0,03 persen bahkan Yuan Cina minus 0,50 persen. Selain itu, Yen Jepang minus 0,42 persen, serta pada Dolar Hong Kong minus 0, 07 persen. 

Sebaliknya, Won Korea Selatan menguat sebesar 0, 12 persen. Kemudian, Peso Filipina ikut melemah 0,15 persen, serta Ringgit Malaysia melemah sebesar 0,14 persen.

Mata uang negeri maju kompak bergerak di zona merah. Euro Eropa melemah jadi 0,1 persen, dan Poundsterling Inggris minus 0,07 persen. Franc Swiss minus 0,05 persen, Dolar Australia juga minus 0,03 persen, serta Dolar Kanada minus kisaran 0,02 persen.

Analis DCFX Futures Lukman Leong berkata rupiah akan segera normal dengan investor yang cenderung wait and see menjelang pertemuan buat kebijakan BI. Hari ini, Lukman juga telah memperkirakan Rupiah bergerak di rentang Rp15.100 per Dolar AS hingga Rp15. 250 per Dolar as.