Setelah sempat melemah pasca rilis data nonfarm payroll AS yang diluar ekspektasi, saat ini dollar AS kembali berjaya. Kondisi ini membuat rupiah semakin tertekan sehingga membuka pasar pada awal pekan ini dengan menunjukkan penurunan.
Dollar AS terpantau melonjak pada awal perdagangan Eropa awal pekan ini. Hal ini terjadi setelah The Fed mengambil kebijakan untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi dari ekspektasi pelaku pasar yang menyebabkan dollar AS semakin berjaya.
Indeks dollar AS yang mengukur greenback terhadap mata uang lainnya terpantau melonjak 1.1% ke angka 112.412. Kenaikan ini menjadi level tertinggi dalam seminggu terakhir khususnya setelah sempat menurun pada akhir pekan kemarin.
Rupiah Semakin Tertekan Dollar AS
Bank Sentral Amerika Serikat sebelum telah mengumumkan kenaikan suku bunga 75 basis poin. Kenaikan ini menjadi yang keempat kalinya secara berturut-turut dan sudah diperkirakan oleh luas dari sebelumnya.
Jerome Powell, sang ketua The Fed menyatakan bahwa pertempuran untuk melawan inflasi masih akan membutuhkan biaya pinjaman agar dapat naik lebih lanjut sehingga bisa mendorong greenback lebih tinggi.
Meningkatnya nilai tukar dollar AS ini membuat mata uang negara lain menjadi kian anjlok. Salah satunya adalah rupiah yang kian merana pasca Hawkish The Fed serta rilis data nonfarm payroll Amerika Serikat.
Nilai tukar rupiah pada perdagangan akhir pekan lalu ditutup dengan pelemahan 48 poin pada level Rp15.647. Angka ini menunjukkan penurunan yang semakin parah karena sebelumnya rupiah juga sempat melemah 50 poin di level Rp15.695.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta terpantau masih menunjukkan adanya pelemahan. Hal ini terjadi karena tertekan oleh sikap bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang lebih hawkish.
Tren depresiasi nilai tukar mata uang negara berkembang masing terdorong oleh menguatnya dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Kondisi ini menyebabkan adanya pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara, khususnya Amerika Serikat.
Selain imbas sikap The Fed yang lebih hawkish, nilai rupiah yang anjolk juga disebabkan faktor internal. Deflasi yang terjadi pada bulan Oktober lalu ternyata semakin membebani rupiah. Di sisi lain ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Indonesia juga menunjukkan semakin rendah.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat adanya deflasi sebesar 0.11 persen per Oktober 2022. Data ini menunjukkan adanya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari angka 112.87 pada bulan September menjadi 112.75 bulan Oktober.
Walaupun ada angka penurunan selama beberapa terakhir ini, namun nilai tukar rupiah masih termasuk lebih baik jika dibandingkan nilai mata uang negara berkembang lainnya. Rupee India depresiasi 10.2 persen sedangkan ringgit Malaysia 11.8 persen.
Tren depresiasi nilai tukar yang dialami oleh beberapa negara berkembang termasuk Indonesia ini disebabkan oleh menguatnya dollar AS. Hal ini akibat adanya kebijakan yang dibuat oleh The Fed untuk menaikkan suku bunga yang kembali.
Emas Terangkat Naik Terdorong Dollar AS
Menutup perdagangan akhir pekan lalu, harga emas terpantau menunjukkan penguatan. Harga emas berada di atas level psikologi 1.650 dollar AS pada divisi Comex New York Exchange, kontrak harga emas berada paling aktif untuk pengiriman bulan Desember.
Harga emas menujukkan adanya kenaikan 45.70 dollar AS atau setara dengan 2.8 persen. Kenaikan ini membuat harga emas ditutup pada angka 1.676.60 dollar AS per ounce.
Kenaikan harga emas tersebut menjadi yang paling tinggi sejak 2 April 2020. Sementara itu, untuk harga emas berjangka justru menunjukkan adanya penurunan 19.10 dollar AS atau 1.6 persen menadi 1.630.90 dollar AS.
Harga emas berjangka sebelumnya sempat mengalami kenaikan 0.3 dollar AS atau 0.02 persen menjadi 1.650.00 dollar AS. Sedangkan pada hari sebelumnya, harga emas juga sempat terdongkrak 9.00 dollar AS atau setara 0.55 persen menjadi 1.649.70 dollar AS.
Tidak hanya emas, harga logam mulia lainnya juga menunjukkan adanya kenaikan. Perak naik sebesar 1.35 dollar AS atau setara 6.97 persen. Sedangkan platinum untuk pengiriman Januari juga meningkat 36.4 dollar AS atau 3.94 persen yang ditutup di angka 960.50 dollar AS per ounce.