Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dollar Menguat Meski Dikecewakan PMI Jasa, Euro Tertekan

Dollar Menguat Meski Dikecewakan PMI Jasa, Euro Tertekan

by Didimax Team

Dollar AS menguat di sesi perdagangan hari ini setelah sebelumnya sempat terpukul data Ketenagakerjaan pekan lalu. Saat ini, indeks Dollar AS naik tipis 0.42% ke level 92.62. Kenaikan ini sekaligus menghentikan penurunan dua hari sebelumnya. Kenaikan Dollar AS ini didukung oleh sikap investor untuk kemungkinan hawkish dalam notulen FOCM. 
 
Ekspektasi sinyal hawkish dari notulen FOCM juga mendukung Dollar AS meskipun data PMI Jasa ISM turun. ISM melaporkan bahwa aktivitas industri jasa AS menurun dari 64.0 ke 60.1 di bulan Juni ini. Hasil ini lebih rendah dari ekspektasi penurunan di 63.4 saja. Meskipun demikian perolehan tersebut masih terjaga di atas level 50 yang menandai ekspektasi.
 
Dollar menguat terhadap mata uang utama karena pelaku pasar memposisikan dirinya menjelang rilis dari pertemuan penting Fderal Reserve AS. Saat ini pelaku pasar tengah mencari pertunjukan kapan The Fed akan mulai untuk mengurangi pembelian obligasi akibat pandemic di tengah pemulihan ekonomi. 
 
Pada pekan sebelumnya, dollar AS terpukul berat oleh data pengangguran AS yang diluar ekspektasi. Meskpin rilis data NFP AS menentukan sikap optimis, akan tetapi tikungan data pengangguran AS yang jauh dari ekspektasi memberikan dampak signifikan terhadap melemahnya dollar AS.
 

 

 

Aktivitas Industri Jasa AS Melambat

 
Berdasarkan dari dari Institute of Supply Management menunjukkan bahwa aktivitas industri jasa AS mengalami penurunan pada bulan Juni ini. Hal ini disebabkan kemungkinan tertahan oleh kekurangan tenaga kerja dan bahan baku.
 
Rilis data tersebut mengikuti laporan Ketenagakerjaan AS yang beragam pada hari Jumat pekan lalu. Hal tersebut sempat membuat dollar AS melemah dari level tertinggi selama tiga bulan. Di sisi lain, data mengecewakan dari Eropa juga mengirim Euro menuju level terendah tiga bulan terhadap dollar.
 
Di sisi lain, NFP AS justru bertambah 850.000 di bulan Juni dan menjadi yang tertinggi selama 10 bulan terakhir. Perolehan tersebut lebih baik dari ekspektasi 700.000 dan data bulan Mesi sebelumnya. Sektor yang menyumbang penambahan pekerjaan paling banyak adalah hiburan, disusul oleh layanan public dan pendidikan.
 
Tingkat pengangguran AS yang masih cukup tinggi atau lebih buruk dari ekspektasi menjadi salah satu perhatian pasar yang membuat dollar AS menjadi tidak stabil. Kondisi ini harus segera disikapi dengan baik oleh pemerintah demi pemulihan ekonomi yang segara terwujud. 
 

EUR/USD Dikecewakan ZEW Jerman

 
Dengan menguatnya dollar AS pada malam hari ini, EURO merupakan salah satu mata uang yang paling tertekan. EUR/USD anjlok 0.39% ke $1.1816 atau dan menjadi level terendah sejak 6 April lalu. 
 
Melemahnya EUR tidak hanya disebabkan oleh menguatnya dollar AS saja. Akan tetapi mata uang ini juga tertekan oleh data ekonomi Jerman yang dirilis pada sore kemarin. Meskipun masih berada di level tinggi, akan tetapi tingkat kepercayaan investor Jerman versi ZEW merosot dari 79.8 ke 63.3 pada bulan Juli.
 
Meskipun demikian, para pakar ekonomi masih optimistis terhadap ekonomi Jerman ke depan. Menurut Achim Wambach selaku presiden ZEW, situasi ekonomi Jerman akan luar biasa positif dalam enam bulan ke depan.
 
Kebijakan moneter ECB dan The Fed yang jomplang juga turut menambah beban Euro. Ketika the Fed sudah menghembuskan wacana kenaikan suku bunga, EB justru masih berkutat dengan inflasi moderat. 
 
Menurut ahli strategi Commerzbank, You-Na Park-Heger, tekanan inflasi di zona EUR masih relative turun sehingga ECB akan perlu waktu lebih lama untuk melakukan pengurangan pembelian asset. Ia juga menambahkan bahwa kenaikan suku bunga pertama ECB masih jauh.
 
Tidak hanya dikecewakan ZEW Jerman saja, EUR juga melemah akibat dampak pembatasan sosial dalam rangka pencegahan penularan Covid-19. Seperti diketahui, beberapa bulan terakhir ini virus Corona varian baru menebak kembali yang membuat aktivitas perekonomian melambat.
 
Kondisi pandemi virus Corona yang belum juga usai memang membuat gejolak perekonomian global. USD sebagai mata uang utama juga mengalami imbas akibat infeksi virus Corona terbaru yang terjadi di Asia dan Australia. Akan tetapi dollar berhasil menguat meskipun dikecewakan data PMI jasa yang diluar ekspektasi.