Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dollar Semakin Terdesak, Rupiah Terus Merangkak Naik

Dollar Semakin Terdesak, Rupiah Terus Merangkak Naik

by Didimax Team

Selama sepekan terakhir ini, Dollar AS sedang berada di posisi tidak aman. Sejak presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengambil keputusan untuk mengakhiri negosiasi stimulus COVID-19, Dollar AS terus bergejolak. Hal ini membuat indeks Dollar AS semakin terdesak sehingga berisiko downswing.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memang terkenal akan keputusannya yang kerap kontroversional. Terakhir adalah keputusannya untuk mundur dan mengakhiri negosiasi stimulus di tengah pandemic COVID-19 yang justru membuat ketidakjelasan. Hal ini memicu aksi risk-off dari para investor sehingga membuat Dollar AS melemah bahkan sempat anjlok di posisi terendah.

Saat ini investor lebih mempertimbangkan untuk meningkatkan taruhan pada Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat. Hal ini berdasarkan opini masyarakat Amerika Serikat yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap Trump. Dengan hasil tersebut, tidak heran jika Dollar AS kini terus anjlok bahkan terancam dan berisiko downswing.

Melemahnya Dollar AS tidak hanya karena keputusan kontroversional Trump saja. Akan tetapi beberapa negara di Asia juga ikut andil dalam hal ini. Saat ini hampir semua mata uang di Asia telah menguat termasuk juga rupiah. Hal ini membuat Dollar AS semakin babak belur sehingga akan sulit untuk bisa bangkit dengan mudah jika kondisi politik masih belum stabil.

 

Rupiah Menguat di Tengah Isu Omnibus Law

Saat ini masyarakat Indonesia tengah heboh dengan berita Omnibus Law atau undang-undang Cipta Kerja. Sebelumnya DPR telah menetapkan RUU Cipta Kerja menjadi undang-undang sehingga menimbulkan gejolak di masyarakat. Sebagian besar masyarakat Indonesia menolak keputusan tersebut sehingga terjadi penolakan dan unjuk rasa di berbagai tempat.

Di tengah kekacauan negara tersebut, siapa sangka justru membuat Rupiah semakin menguat. Pada pekan ini, rupiah ditutup dengan menguat 10 poin di level 14.700 per Dollar AS. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot naik tipis 0.07 persen. Dengan pencapaian tersebut, rupiah tercatat telah menguat 1,11 persen dalam sepekan kemarin.

Selama lima hari berturut-turut, rupiah terus menguat bahkan sempat berada di posisi teratas untuk Asia. Undang-undang Cipta Kerja yang baru disahkan beberapa hari lalu ternyata di sambut baik oleh pelaku pasar dalam dan luar negeri. Keputusan tersebut di anggap mampu memperbaiki iklim investasi di dalam negeri sehingga membuat rupiah menguat mencapai 0.54 persen.

Pada akhir pekan ini, rupiah dibuka dengan angka 14.660/US$. Selanjutnya rupiah terus menguat hingga berhasil berada di posisi Rp 14.710/US$. Walaupun memicu banyak penolakan, nyatanya Undang-Undang Cipta Kerja mampu mendongkrak rupiah ke level tertinggi di Asia sehingga membuatnya terus menguat selama sepekan ini.

Dollar AS Berisiko Downswing Karena Terus Anjlok

Sudah dua pekan terakhir ini Dollar AS terus melemah bahkan sempat anjlok sampai posisi terendah. Kondisi ini tidak lain karena keputusan Donald Trump untuk mundur dan mengakhiri negosiasi stimulus COVID-19 yang belum usai. Saat ini indeks Dollar telah tersungkur 0.05 persen pada level 93.06 pada penutupan perdagangan akhir pekan ini.

Grafik daily menunjukkan data bahwa DXY telah kehilangan momentum bullish ketika berusaha mematahkan lintasan Descending Channel yang diperlukan untuk membuka jalan agar bisa sampai di zona resistance 94.65/95.72. Meningkatnya risk appetite juga membuat DXY semakin tertekan. Penurunan ini juga membuka risiko downswing pada lintasan Descending Channel.

Pada bulan September kemaren, Dollar juga mengalami penurunan dari level 92.00 hingga 91.75 sehingga menjadi fokus utama pada scenario downswing. Perjalanan Dollar menuju area support bisa menjadi semakin sulit mengingat pilpres Amerika Serikat yang masih terus berlangsung. Hal ini juga bisa memicu Dollar AS semakin melemah mengingat peluang kemenangan Joe Biden lebih besar dibandingkan dengan Donald Trump.

Selama dua pekan terakhir Dollar AS memang terus anjlok dan melemah. Di sisi lain, hal ini membuat rupiah justru semakin menguat bahkan di tengah kondisi negara yang kurang kondusuf akibat pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja. Walaupun banyak penolakan, nyatanya UU Cipta Kerja justru mampu menguatkan rupiah yang akhir-akhir ini juga sempat melemah.