Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Ekonomi Kuat, Dolar Perkasa, Emas Melemah

Ekonomi Kuat, Dolar Perkasa, Emas Melemah

by Didimax Team

Tren penguatan nilai kurs mata uang dolar Amerika Serikat akan selalu menghantui tekanan terhadap harga emas. Hal tersebut terjadi karena dua aset di atas memiliki hubungan yang berbanding terbalik.

Saat emas menguat maka dolar melemah, dan begitu juga sebaliknya. Karena emas merupakan aset yang dibanderol dalam dolar Amerika Serikat. Adapun apresiasi terhadap mata uang AS ini akan membuat emas lebih mahal bagi investor pemegang mata uang lain.

Pada dasarnya, emas dunia ditransaksikan menggunakan dolar Amerika Serikat. Sehingga, penurunan mata uang AS akan membuat minat beli logam mulia ini menjadi naik. Hal tersebut lah yang kemudian menyebabkan harga emas naik.

 

Emas Sedang Melemah

Harga emas kembali turun pada di akhir perdagangan pada Kamis (25/05/2023) dan menyebabkan kerugian memanjang selama tiga hari berturut-turut. Yang dimana penyebabnya seperti penjelasan di atas, yaitu karena mata uang Amerika Serikat menguat.

Penguatan mata uang Amerika Serikat ini sebelumnya telah memiliki tanda-tanda dari ketangguhan ekonomi AS. Meskipun pada lain sisi memang terdapat kegelisahan para investor atas pembicaraan plafon utang Amerika Serikat.

Kegelisahan terkiat plafon utang ini menyebabkan investor berpindah kepada mata uang yang dianggap aman, yaitu dolar Amerika Serikat. Sedangkan, kontrak emas paling aktif pada pengiriman Juni di divisi Comex New York merosot 9,90 dolar AS.

Dengan kata lain tergelincir sampai 0,50 persen dan ditutup pada 1.964 dolar per ounce. Hal ini terjadi setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi di angkat 1.987,90 dan terendah di angka 1.958,40.

Emas berjangka jatuh sebesar 0,14 persen atau 2,70 dolar menjadi 1.974,50 pada hari Selasa (23/052023) lalu. Kondisi demikian terjadi setelah sebelumnya juga terpangkas 0,22 persen menjadi 1.977,20 dolar AS pada hari Senin (22/02/2023).

Sedangkan pada Jumat (19/05/2023) sempat mengalami kenaikan sebesar 1,11 persen menjadi 1.981,60 dolar AS. Untuk posisi dolar tertinggi, terjadi dua bulan terhadap sekeranjang mata uang lain. 

Tentu saja dengan indeks dolar yang melacak mata uang AS terhadap enam mata uang utama lain. Kenaikannya sendiri mencapai 0,38 persen menjadi 103,8847 pada 19.00 GMT atau 15.00 waktu setempat.

Selain itu, buntunya negosiasi plafon utang Amerika Serikat di Washington juga menyebabkan dorongan akan permintaan safe-haven. Permintaan safe-haven ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk emas agar menahan penurunan lebih lanjut.

Sejauh ini, negosiasi anggota parlemen Demokrat dengan Republik bisa dikatakan gagal karena menghasilkan kesepakatan kenaikan batas pengeluaran Amerika Serikat. Selain itu kesepakatan juga menghindari gagal bayar.

Kabar tersebut ada saat mendekati Juni yang mana menjadi batas ketentuan gagal bayar Amerika Serikat. Apabila hal demikian terjadi, konsekuensi mengerikan ekonomi global dapat ditimbulkan.

Federal Reserve memutuskan untuk merilis risalah pertemuan 2 – 3 Mei tidak lama setelah lantai perdagangan emas ditutup. Diskusi terkait prospek kebijakan ini menjelaskan bahwa beberapa pejabat mengatakan suatu pendapat.

Beberapa pejabat ini mengatakan bahwa apabila ekonomi berkembang sesuai yang diharapkan sehingga penguatan kebijakan lebih lanjut tidak lagi diperlukan. Ada juga pejabat yang mengatakan pengetatan kebijakan tambahan adalah ‘kemungkinan besar’.

Sebagian pejabat Fed mengatakan bahwa Federal Reserve perlu mengomunikasikan terkait pemotongan suku bunga yang tidak mungkin terjadi tahun ini. Selain itu, kenaikan suku bunga lebih lanjut yang tidak bisa dikesampingkan juga harus dikomunikasikan.

Adapun logam mulia yang juga mengalami penurunan adalah perak dan platinum. Perak turun sebesar 1,63 persen 38,40 sen untuk pengiriman dan ditutup pada 23,24 dolar AS. Sedangkan Platinum turun 2,66 persen menjadi 1.029,50 dolar AS per ounce.

Seberapa Besar Pengaruh Dolar Amerika Serikat pada Harga Emas

Harga logam mulia ini sebenarnya bergantung pada beberapa faktor seperti penawaran dan permintaan, kebijakan moneter, inflasi, atau bahkan nilai kurs dolar AS. Untuk mengetahui pengaruh mata uang AS terhadap emas maka dapat dilihat dari kebijakan moneter dan kurs.

Kebijakan moneter di sini merupakan kebijakan untuk menurunkan atau menaikkan suku bunga. Apabila Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga maka harga emas berpotensi naik karena mata uang AS akan menjadi tidak menarik.

Adapun harga emas dalam negeri berpatokan pada harga internasionalnya setelah dikonversi dalam mata uang AS ini ke dalam rupiah. Sehingga, harga emas memang sangat dipengaruhi oleh pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.