Pergejolakan harga emas berjangka dunia masih terjadi, kini terjadi pasca laporan inflasi AS muncul. Harganya turun pada akhir perdagangan, Rabu (10/5/2023) setelah sebelumnya berhasil menguat selama dua hari berturut-turut.
Emas pengiriman bulan Juni merosot sebanyak 0,28% atau $5,80 dolar menjadi $2.037,10 per ounce pada Rabu (10/5/2023). Setelah sebelumnya berhasil sentuh level tertinggi seharga $2.056,00 per ounce.
Seperti penyebab penurunan harga minyak, data inflasi memunculkan spekulasi bahwa Fed akan pertahankan suku bunga AS lebih tinggi. Penurunan terjadi pada dua hari berturut-turut diakibatkan menguatnya dolar AS.
Emas Turun Selama Dua Hari Berturut-Turut, Disebabkan Ketidakpastian Suku Bunga dan Penguatan Dolar
Harga emas merosot pada akhir perdagangan diakibatkan oleh aksi ambil untung investor setelah kemunculan data inflasi AS. Dimana data tersebut menyurutkan optimisme pemotongan suku bunga oleh The Fed.
Namun ternyata setelah turun 0,28% pada akhir perdagangan, tekanan terhadap harga emas masih terjadi pada sesi kedua tepatnya Kamis (11/5/2023). Kini diakibatkan oleh penguatan dolar AS.
Emas divisi comex NY Exchange untuk pengiriman bulan Juni sendiri kembali turun untuk kedua kalinya, tepatnya sebesar 0,81%. Merosot sebesar $16,60 dolar dan ditutup pada level $2.020,50 per ounce.
Emas Comex ini sebelumnya pernah sentuh level tertinggi pada level $2.047,60 dan terendah di $2.016,70 per ounce. Melansir Reuters, emas spot juga alami penurunan 0,4% menjadi level $2.022,19 per ounce.
Kenaikan dolar pada hari Kamis kemarin diakibatkan yuan China yang mereset ke level terendah dalam dua bulan. Terjadi karena banyak bukti pemulihan China pasca Covid-19 yang justru lemah.
Sehingga meskipun dolar serta emas merupakan aset safe-haven untuk saingan, tetapi penguatan dolar justru membuat emas lebih mahal. Khususnya peningkatan harga logam mulia ini memengaruhi pembeli di luar negeri.
Sedikit informasi, kenaikan tahunan untuk harga konsumen AS sendiri melambat sampai di bawah 5% untuk bulan April. Terjadi pertama kalinya setelah dua tahun, walaupun CPI bulan ke bulan naik 0,4%.
Giovanni Staunovo, Analis UBS menyebutkan apabila laporan inflasi AS tersebut masih jauh di atas zona nyaman Fed. Sehingga bank sentral kemungkinan juga tidak segera ubah arah kenaikan suku bunganya.
The Fed Minneapolis Sebut Periode Suku Bunga Dilanjutkan Apabila Inflasi Tetap Tinggi
Dua hari sebelum munculnya data inflasi AS, harga emas sempat meningkat. Tepatnya pada Senin (8/5/2023) dan Selasa (9/5/2023) yang hampir menyentuh level tertinggi sebelum turun akibat spekulasi suku bunga The Fed.
Neel Kashkari, Presiden Federal Reserve Minneapolis sebutkan periode suku bunga tinggi apabila diperlukan akan diperpanjang, kalau inflasi masih tinggi. Pernyataan ini diberikan saat acara di Nothern Michigan University, Kamis (11/5/2023)
Kashkari tambahkan apabila ada beberapa bukti inflasi tersebut bisa turun, tetapi hingga sekarang masih terjadi. Kemungkinan perlambatan ekonomi AS dan gagal bayar negara tersebut buat harga emas di atas $2.000.
Sementara itu harga logam mulia lain, yaitu platinum justru alami kenaikan. Dimana untuk pengiriman bulan Juli, harga platinum naik 0,28% atau $3,10 menjadi level $1.119,10 dolar per ounce.
Sama seperti emas, perak juga alami penurunan untuk pengiriman bulan Juli ini. Penurunannya tipis, yaitu 0,93% atau 24 sen dan harganya ditutup pada level $25,658 per ounce.
Angka IHK yang muncul sesuai ekspektasi, dimana lebih rendah dari perkiraan tunjukkan pelonggaran inflasi. Tetapi pedagang kecewa karena tidak dapat memperoleh gambaran pasti kapan penurunan suku bunganya.
Tidak adanya kepastian mengenai jeda suku bunga juga menjadi alasan kekecewaan pedagang. Belum lagi Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat laporkan pengangguran yang meningkat 22 ribu ke penyesuaian musiman.
Para analis pasar berpendapat bahwa The Fed kemungkinan kembali mengulur waktu serta kejelasan perilisan data ekonomi beberapa bulan ke depan. Tetapi banyak analis menyebutkan kemungkinan emas bisa capai rekor tertinggi.
Prediksi analis ini khususnya karena kekhawatiran mengenai ekonomi yang berkelanjutan. Belum lagi akan potensi gagal bayar di negara tersebut, apabila plafon utang AS tidak segera dinaikkan.
Rhona O’Connell, analis dari StoneX sebutkan bahwa perlu lebih banyak perhatian ke keadaan sistem perbankan. “Termasuk juga perhatikan kecerobohan dalam diskusi plafon utang” tambah O’Connell.
Saat ini fokus pasar telah berpindah ke indeks harga produsen bulan April. Data yang akan dirilis tersebut akan menjadi petunjuk lebih lanjut mengenai pergerakan harga pasar.