Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri atau Kemenlu RI bersamaan dengan kementerian dan instansi yang saling berkaitan, terus melakukan langkah dan upaya guna meningkatkan kembali nilai kerja sama dalam bidang ekonomi di kawasan Eropa Timur hingga Eropa Barat, terutama ekspor.
Berbagai macam terobosan terbaru sudah dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Salah satu dari upaya yang tengah diberlakukan sekarang ini ialah dengan inisiatif pelaksanaan Indonesia Central and Eastern Europe Business Forum atau dikenal dengan istilah INACCE Business Forum, pada hari Kamis, 7 Oktober 2021 lalu.
Upaya Untuk Meningkatkan Investasi
Sade Bimantara selaku Direktur Eropa I Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menjelaskan bahwa tujuan utama dari diselenggarakannya forum bisnis tersebut yaitu guna meningkatkan nilai perdagangan produk – produk yang telah dimiliki oleh Indonesia.
Selain itu juga, ada harapan untuk lebih meluaskan akses setiap pasar yang bersifat non tradisional dan juga mulai memperkenalkan potensi pasar, serta peningkatan investasi dan wisatawan dari kawasan benua Eropa, khususnya di Eropa Timur dan Tengah.
‘’Potensi untuk menjalani kerja sama yang begitu besar dari Indonesia dengan kawasan Eropa Timur dan juga Tengah, dan kami pula mengharapkan salah satu langkah upaya tersebut dapat dijadikan sebagai pendorong dan terus membangun momentum yang berguna sebagai peningkatan kerja sama Indonesia yang saling menguntungkan dengan kawasan Eropa Timur dan Tengah,’’ jelas Sade Bimantara dalam sebuah webinar di hari Rabu, 6 Oktober 2021 kemarin.
Dalam kegiatan forum bisnis Indonesia di Eropa Timuar dan Tengah sudah dilakukan secara hybrid. Forum tersebut juga dapat membangun interaksi bisnis guna menjadi penghubung antara Eropa Timur dan Tengah, serta sebagai langkah untuk ajang promosi Indonesia di Trade Expo Indonesia.
Nilai Ekspor Mengalami Kenaikan yang Signifikan
Di sisi lainnya, Hari Widodo selaku Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag) menjelaskan bahwa ekspor produk dalam negeri ke kawasan Eropa Tengah untuk periode bulan Januari hingga Juli 2022 telah mencapai sebesar 2,6 miliar US dollar.
Angka ekspor tersebut tercatat sudah mengalami kenaikan yang begitu signifikan, yaitu sebesar 23,6 persen. Hal ini bisa dilihat pada tahun sebelumnya yang hanya tercatat sekitar 2,04 miliar US dollar saja.
Sedangkan pada periode Bulan Januari hingga Juli 2021 untuk nilai ekspor ke kawasan Eropa Timur pun terlihat mengalami kenaikan sekitar 58,1 persen. Dari periode yang sebelumnya hanya 910 juta US dollar mencapai 1,44 miliar US dollar saja.
‘’Total ada sebanyak lima jenis komoditas ekspor paling tinggi di kawasan Eropa Timur dan Tengah, yakni biji tambang, karet, baja, serat dan juga palm oil,’’ ungkap Hari Widodo.
Hari pun menjelaskan bahwa kelima negara tujuan ekspor dengan pertumbuhan positif sejak bulan Juli 2021 jika dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun sebelumnya.
Di antaranya adalah Armenia mengalami kenaikan sekitar 139,9 persen, Georgia tumbuh hingga 369,02 persen, Rusia sebanyak 66,73 persen, Polandia sekitar 56,64 persen, dan Ukraina tercatat sebanyak 71,88 persen.
Sedangkan pertumbuhan negatif terlihat di lima negara tujuan ekspor dalam periode yang sama, yaitu Belarus minus 70,69 persen, Bosnia minus 22,33 persen, Bulgaria minus 76,65 persen, Moldova minus 54,97 persen dan juga Kroasia minus 15,43 persen.
‘’Dengan jumlah populasi penduduk yang begitu besar sekitar 177 jiwa menjadi peluang Indonesia untuk melakukan kegiatan ekspor produk ke Eropa Timur dan Tengah, dengan produk domestik bruto atau PDB sekitar 4,08 triliun US dollar atau rata – rata mengalami pertumbuhan sebanyak 3,85 persen,’’ jelas Hari.
Ia juga menjelaskan bahwa potensi ekspor Indonesia ke kawasan tersebut sebesar 7,2 miliar US dollar atau pun baru terwujud sekitar 3,1 miliar US dollar. Sistem perdagangan yang masih cenderung tertutup dengan menerapkan tarif begitu tinggi menjadi tantangan tersendiri yang bakalan dihadapi.
Selain itu pun, proses pendistribusian barang masih diberlakukan oleh para pelaku usaha atau pun pihak tertentu saja.
Dengan permasalah tersebut, ini pun juga akan menimbulkan hambatan untuk akses pasar dan juga salah satu strategi yang mesti dilakukan. Di antaranya adalah melakukan perjanjian dagang dengan negara – negara di sekitar kawasan tersebut.