Sejak sesi perdagangan kemarin, harga emas semakin turun akibat imbal hasil dan nilai inflasi di Amerika Serikat yang semakin meninggi. Sebelumnya, harga emas berada di dekat level terendah tiga bulan pada Jumat (13/5/2022) sore, dan menghadapi penurunan berturut-turut.
Hal ini disebabkan karena nilai Dolar semakin kuat dalam dua dekade mengurangi permintaan emas yang dihargakan dengan greenback. Sebelum perdagangan pada Sabtu pagi, harga emas spot sempat menguat sebesar 0,1% diperdagangkan menjadi 1.823,40 US Dolar per ounce.
Di awal sesi, emas mencapai level terendah sejak Februari lalu, sedangkan emas berjangka Amerika Serikat datar diperdagangkan di 1.824,50 US Dolar per ounce.
Menurut Analis Senior OANDA, Jeffrey Halley, penurunan melewati support emas di 1.835,00 US Dolar, sedangkan aksi jula logam mulia lainnya membuat emas rentan terhadap kerugian yang lebih dalam dan berpotensi pengujian support di 1.780,00 US Dolar per ounce.
Pada perdagangan Jumat (13/5/2022) harga logam mulai lainnya di pasar spot mengalami pergerakan, perak menguat sebesar 1,0% pada 20,86 USD per ounce. Platinum naik sebesar 1,7% menjadi 959,45 USD per ounce.
Sedangkan palladium juga mengalami peningkatan sebesar 2,8% menjadi 1.961,03 USD per ounce, meskipun keduanya berada di jalur kerugian mingguan. Penurunan ini tentu menghapus sebagian besar keuntungan dalam reli yang didorong oleh permintaan safe-haven.
Hal ini dlakukan untuk mengantisipasi invasi Rusia ke Ukraina yang sudah terjadi sejak lama, konflik ini sampai mendorong harga emas ke level terendah.
Imbal Hasil Nominal Naik, Berdampak ke Logam Mulia
Harga emas mengalami penurunan drastis pada perdagangan sebelumnya. Nilai logam mulia ini berada di dekat level terendah selama tiga bulan pada Jumat (13/5/2022) sore menghadapi penurunan mingguan keempat berturut-turut.
Dikarenakan nilai dolar semakin kuat dalam dua dekade mengurangi permintaan untuk emas yang dihargakan greenback.
Nilai mata uang Amerika Serikat itu cukup stabil di dekat level tertinggi baru 20-tahun pada Kamis (12/5/2022) karena kekhawatiran berlanjut bahwa tindakan The Fed untuk menurunkan tekanan inflasi akan menghambat pertumbuhan ekonomi global, serta meningkatkan daya tarik mata uang.
Pada pekan sebelumnya, bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar setengah poin persentase yang agresif. Harga emas sensitive terhadap kenaikan suku bunga jangka pendek Amerika Serikat dan imbal hasil obligasi.
Menurut Managing Partner SPI Asset Management, Stephen Innes mengatakan “imbal hasil nominal juga akan naik, menciptakan masalah imbal hasil ganda bagi investor emas karena The Fed akan tetap hawkish sampai indikator inflasi turun.”
Penurunan nilai logam mulia ini telah menghapus sebagian besar keuntungan yang dibuat dalam reli didorong oleh permintaan safe-haven untuk mengantisipasi dan setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Konflik ini sekaligus mendorong nilai emas sampai ke level rekor pada pertengahan bulan Maret.
Harga Emas Jatuh di 15,4 US Dolar
Pada perdagangan Sabtu (14/5/2022) pagi emas berjangka merosot, ini memperpanjang kerugian pada hari kedua berturut-turut dan menetap di level terendah 14 minggu.
Hal ini dikarenakan menguatnya dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat mengurangi daya tarik logam kuning.
Pada pengiriman Divisi Comex New York Exchange di bulan Juni, kontrak emas paling aktif jatuh di 16,4 USD atau sebesar 0,9% menjadi ditutup pada 1.808,20 USD per ounce setelah mencapai terendah sesi 1.797,45 USD.
Dalam minggu ini emas Juni anjlok sebesar 3,9%. Perdagangan pada hari Kamis (12/5/2022) emas berjangka anjlok sebesar 29,10 USD atau 1,57% menjadi 1.824,60 USD.
Setelah sebelumnya terangkat pada hari Rabu (11/5/2022) 12,7 USD atau 0,69% menjadi 1.853,70 USD. Nilai logam mulia ini juga tergelincir 17,6 USD atau sebesar 0,95% menjadi 1,841,00 USD pada perdagangan Selasa (10/5/2022).
Nilai logam mulia yang terus mengalami penurunan ini tidak lepas dari biaya hidup yang tinggi atau nilai inflasi tinggi serta kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS untuk menjinakkan inflasi telah mendorong permintaan USD mencapai level tertinggi dalam 20 terakhir.
Logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan, perak naik sebesar 22,8 sen atau sekitar 1,1% menjadi 21,00 USD per ounce. Platinum turun sebesar 0,7 USD atau sebesar 0,08% menjadi 930,70 USD per ounce.
Harga logam mulia ini jatuh dibawah rata-rata pergerakan 200-hari. Analis pasar berpendapat bahwa konsolidasi dalam minggu depan di bawah 1.830 USD akan memperkuat sinyal bearish, yang akan membuka jalan bagi penurunan 25% lagi menuju area 1.350 USD.