Harga emas berjangka kembali naik di hari Kamis, 04 Desember 2020 ini. Kenaikan harga emas ini dipengaruhi oleh kebijakan stimulus yang diambil oleh pemerintah AS. Kebijakan pemerintah AS ini ternyata berdampak pada pergerakan harga emas berjangka. Kenaikan harga emas ini terjadi di bursa pasar asia.
Tercatat, harga emas berjangka kini mencapai $ 1,485.80 atau naik sekitar 0,26% dari hari sebelumnya. Namun, harga emas diprediksi terus naik hingga mencapai $ 1,4850 di minggu-minggu berikutnya.
Faktor-Faktor Penyebab Harga Emas Berjangka Diprediksi Terus Naik
Ada berbagai penyebab mengapa harga emas berjangka ini merangkak naik di awal bulan Desember 2020 ini. Selain adanya kebijakan stimulus AS, ada beberapa faktor penyebab lainnya yang diprediksi membuat harga emas berjangka terus naik hingga kuartal minggu kedua.
Pertama, para investor masih harus berpikir dua kali untuk berinvestasi emas. Hal ini disebabkan karena investor masih menganalisis kebijakan stimulus AS yang baru saja disahkan. Mereka ingin melihat efek dari kebijakan stimulus AS. Oleh sebab itu, investor mengambil langkah hati-hati dalam mengucurkan dana investasi berjangka.
Kedua, adanya pembatasan pengelolaan vaksin virus corona yang dikembangkan oleh Pfizer dengan BioNTech. Vaksin yang diproduksi oleh Pfizer dan BioNTech ini diperkirakan hanya untuk 50 juta dosis saja.
Oleh sebab itu, investor tentu membaca hal ini sebagai langkah antisipatif. Oleh sebab itu, optimasi vaksin virus corona juga menyebabkan harga emas melambung tinggi di akhir pekan kuartal pertama Desember 2020.
Kemudian, lonjakan pasien virus corona di beberapa Negara bagian AS juga menjadi pemicu nilai emas berjangka naik hingga 0,26%. Hingga kini, 100.000 orang terpaksa dirawat inap per hari di rumah sakit karena terinfeksi virus Covid-19.
Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Negara bagian kurang serius dalam menghadapi wabah virus corona. Tentu saja, wabah virus corona ini semakin melemahkan ekonomi AS dan juga menyebabkan nilai emas berjangka merangkak naik.
Semakin mahalnya harga nilai emas berjangka ini, maka para investor pun berencana untuk beralih ke jenis investasi logam kuning safe haven yang dirasa lebih menguntungkan dan aman untuk menjadi bidang bisnis investasi di tengah pandemi virus corona.
Upaya-Upaya untuk Menstabilkan Kembali Harga Emas Berjangka
Untuk menstabilkan kembali harga emas berjangka, maka ada berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah AS. Selain menerapkan kebijakan stimulus berupa pencairan dana ekonomi hingga triliunan Dollar AS, ada upaya lain yang bertujuan untuk menstabilkan harga emas.
Salah satunya adalah pertemuan antara Federal Reserve AS dengan Bank Sentral Eropa. Pertemuan tersebut diharapkan dapat menstimulasi harga emas berjangka agar tidak kembali naik di minggu kedua bulan Desember 2020 ini.
Selain itu, pemerintah AS akan mengadakan pembicaraan antara Partai Demokrat dengan Partai Republik untuk membahas kebijakan ekonomi selanjutnya. Rencananya, kongres antara Partai Demokrat dengan Partai Republik ini akan dimulai pada tanggal 11 Desember 2020.
Beberapa pengamat ekonomi dunia berharap adanya kebijakan khusus dari hasil pertemuan Federal Reserve AS dengan Bank Sentral Eropa agar harga emas kembali normal. Selain itu, harapan juga tertuju pada hasil pertemuan antara Partai Demokrat dan Partai Republik AS guna mencapai kesepakatan stimulus AS yang dapat mengatrol nilai emas berjangka agar turun di kuartal kedua bulan Desember 2020 ini.
Selain Nilai Emas Berjangka Mengalami Kenaikan, Harga Minyak Mentah juga Mengalami Kenaikan
Harga minyak mentah pun juga mengalami kenaikan. Harga minyak brent berjangka ini hampir mencapai $ 50 per barel. Hal ini tentu saja mengganggu pasokan OPEC + untuk memasok minyak mentah ke Negara-Negara pembeli.
Kenaikan harga minyak mentah ini tentu semakin melemahkan daya beli Negara untuk membeli minyak mentah. Jadi, stimulus kebijakan dari pemerintah AS ini tidak hanya membuat harga emas berjangka naik. Namun juga menyebabkan harga minyak mentah meningkat hingga di angka $ 50 per barel.
Harga emas berjangka ini kini mengalami kenaikan sekitar 0,26%. Hal ini disebabkan adanya kebijakan stimulus pemerintah AS yang dirasa belum optimal. Kenaikan ini tentu saja membuat para investor beralih memilih logam kuning safe haven yang dirasa lebih menguntungkan dan aman.