Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Harga Minyak Kembali Merangkak Naik, Proyeksi Tinggi Goldman

Harga Minyak Kembali Merangkak Naik, Proyeksi Tinggi Goldman

by Didimax Team

Harga minyak merangkak naik pada perdagangan Senin (22/2). Sebelumnya nilai energi tersebut sempat menurun karena adanya rencana Texas memulai kembali aktivitas produksi. Hal tersebut membuat investor beranggapan bahwa pasokan energi akan segera meningkat. Akibatnya, nilai energi tersebut menurun.
 
Kemudian, harga minyak mentah kembali menuju angka tinggi setelah Goldman Sachs memprediksi nilai energi tersebut akan meningkat hingga mencapai rentang angka US$10 pada jenis Brent. Goldman menganalisis harga akan meningkat karena persediaan akan jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan biaya operasional.
 
Cuaca dingin ekstrem di daerah Texas menyebabkan banyak sumur minyak ditutup. Diperkirakan terdapat penutupan produksi sampai 4 juta barel minyak setiap hari. Usai suhu di daerah Texas membaik, kini muncul wacana pemulaian kembali aktivitas produksi energi tersebut. 
 

Harga Minyak Merosot Tajam, Turun 2%

 
Dalam perdagangan hari Jumat (19/2) harga minyak mengalami penurunan sebesar 2%. Sebelumnya, nilai energi tersebut sempat meroket akibat penutupan produksi di daerah Texas. Cuaca ekstrem Texas telah membuat banyak sumur minyak ditutup sehingga menghentikan aktivitas produksi.
 
Pada hari Jumat (19/2), harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) dalam kontrak pengiriman Maret 2021 melemah sebanyak US$ 1,14 atau 1,9% mencapai angka US$ 59,38 per barel. Di hari Kamis (18/2), harga energi tersebut telah turun sebesar 1%.
 
Sedangkan harga minyak mentah berjangka jenis Brent merosot sebanyak US$ 1,03 atau 1,6% menuju angka US$ 62,90 per barel. Di hari Kamis (18/2), nilai energi tersebut telah turun sebesar 0,6%. Angka tersebut semakin memperdalam kejatuhan harga.
 
Setelah harga minyak mentah menguat karena penutupan sumur Texas akibat cuaca ekstrem, perhatian pasar berganti pada dimulainya kembali aktivitas produksi energi tersebut oleh Texas. Pasar memperkiraan kemungkinan adanya penumpukan pasokan energi untuk beberapa waktu mendatang.
 
Analis menyebutkan bahwa terdapat kemungkinan Texas akan mampu menghasilkan 500.000 bpd pekerjaan. Hal tersebut menunjukkan prediksi Texas akan memulihkan aktivitas produksi dengan lebih cepat dan lebih banyak daripada jumlah stok yang gagal diproduksi selama penutupan sumur dan penyulingan.
 
Setelah suhu ekstrem mereda, pasar melihat Texas berencana menjalankan aktivitas produksi minyak secara normal. Bahkan, mungkin dapat melebihi batas permintaan yang tersedia. Di samping itu, terdapat prediksi OPEC+ akan menambah jumlah pasokan. Sehingga, harga merosot menjauhi titik puncak.
 

Harga Minyak Kembali Meroket Setelah Proyeksi Tinggi Goldman

 
Pada hari Senin (22/2) harga minyak mentah Brent dalam kontrak pengiriman April 2021 mengalami meningkat sebanyak 76 sen atau 1,2% sehingga mencapai angka 61,67 per barel. Nilai energi tersebut kembali merangkak menuju posisi tinggi.
 
Sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) dalam kontrak pengiriman Maret 2021 meningkat sebanyak 74 sen atau 1,3% menuju angka US$ 59,98 per barel. Sebelumnya, nilai energi tersebut harus menurun karena munculnya wacana mengenai rencana pelaksanaan aktivitas produksi di Texas.
 
Harga minyak mentah semakin meningkat usai Goldman Sachs meninggikan prediksi atas Brent. Ia memiliki ekspektasi kenaikan harga sebanyak US$ 10. Apabila prediksinya tepat sasaran, harga akan melambung ke angka US$ 70 dalam kuartal kedua dan US$ 75 pada kuartal ketiga yang akan datang.
 
Prediksi Goldman didasarkan atas kemungkinan stok lebih rendah dibandingkan dengan biaya operasional yang lebih tinggi. Oleh karena itu, harga akan meningkat karena permintaan melampaui jumlah pasokan energi yang ada. Namun, hal tersebut mungkin hanya terjadi dalam waktu pendek.
 
Cuaca ekstrem di daerah Texas Amerika Serikat telah menyebabkan banyak sumur minyak ditutup. Diperkirakan terdapat penutupan produksi sampai 4 juta barel minyak setiap hari. Usai kejadian merugikan itu, kini aktivitas penyulingan energi tersebut akan dimulai kembali.
 
Sebelum menjalankan aktivitas produksi, pekerja memerlukan waktu untuk menyingkirkan sisa-sisa es dalam perlengkapan pabrik. Para analis memprediksi pihak pabrik membutuhkan waktu sampai 3 minggu untuk memperbaiki perlengkapan yang rusak oleh cuaca ekstrem. Setelah itu, pabrik dapat memulihkan aktivitas produksi energi.
 
Selain itu, dengan kemunduran para kru fracking dari pekerjaan akan turut memperlambat proses pemulihan produksi minyak. Terdapat kemungkinan aktivitas produksi dalam beberapa waktu ke depan akan berlangsung dengan lebih lambat daripada sebelumnya. Sehingga belum bisa memenuhi permintaan akan energi tersebut.
 
Perubahan situasi di sumur minyak Texas telah membuat pasar banyak berspekulasi. Nilai menurun dan kembali merangkak naik. Goldman Sachs memperkirakan harga energi tersebut akan kembali meningkat seiring dengan produksi Texas yang melambat. Hal tersebut terjadi sebab semakin tingginya permintaan namun stok berada dalam jumlah rendah.