Beberapa waktu yang lalu telah terjadi gempa besar di wilayah Turki dan Syria. Hal tersebut juga menjadi salah satu dampak harga minyak di perdagangan Asia pada hari Rabu tanggal 8 Februari 2023 mengalami sedikit penurunan dari minyak Brent dan WTI.
Keduanya mengalami penurunan yang cukup tipis dimana minyak Brent mengalami pelemahan menjadi 0.30 persen pada kisaran $83.81 per barelnya, sedangkan untuk minyak WTI turun sekitar 0.17 dan menjadi $77.35 untuk perbarel minyak tersebut.
Penurunan yang terjadi terhadap kedua jenis minyak tersebut juga ikut mempengaruhi profit taking yang ada dalam forex. Dimana sebelumnya terjadi sebuah kenaikan yang disebabkan oleh beberapa faktor dan kini sedikit mengalami penurunan nilai profitnya.
Sejak awal pekan yang lalu sudah ada tanda-tanda harga minyak akan memiliki sentimen bullish karena salah satu faktor. Yaitu dikarenakan pada beberapa pekan yang lalu China mengirimkan prospek kenaikan permintaan minyak yang cukup tinggi.
Harga minyak tersebut kemudian menjadi meningkat menyusul terjadinya sebuah bencana gempa yang terjadi di Turki beberapa hari yang lalu. Sehingga ikut mempengaruhi harga minyak di pasaran saat ini yang melemahkan Brent dan WTI ini.
Harga minyak menjadi terpengaruhi karena gempa berkekuatan 7.8 SR yang menimpa wilayah Turki tersebut mengakibatkan banyak kerusakan yang terjadi disana. Salah satu kerusakan yang paling vital adalah kerusakan pelabuhan yang menjadi tempat ekspor.
Pelabuhan adalah terminal utama negara Turki untuk melakukan ekspor ke berbagai negara di dunia. Dengan adanya penutupan terminal ekspor di Turki maka hal tersebut juga berdampak pada terhambatnya pengiriman minyak sebanyak 1 juta barel per hari.
Hal ini menandakan bahwa pasokan minyak mentah di dunia saat ini sangatlah ketat. Hal ini juga semakin diperkuat ditengah spekulasi naiknya permintaan minyak dari China yang merupakan salah satu negara yang membutuhkan pasokan banyak minyak.
Pernyataan Powell yang Lemahkan Dolar AS
Pergerakan harga minyak yang terjadi pada saat ini juga tidak lepas karena adanya dukungan yang dilontarkan oleh dovish ketua Federal Reserve bernama Jerome Powell ikut mengomentari pergerakan harga minyak saat ini yang juga mempengaruhi Dolar AS.
Sebelumnya Powell telah mengumumkan sebuah kenaikan suku bunga terbaru yang sesuai dengan ekspektasi pasar beberapa pekan yang lalu. Kini Jerome Powell kembali hadir dengan pernyataan sensasionalnya yang menanggapi pergerakan harga minyak.
Belum lama ini Jerome Powell menyampaikan pernyataan terbarunya yang disampaikan pada sebuah sesi tanya jawab yang diadakan oleh program yang bernama The Economic Club of Washington DC yang kebetulan Powell diundang dalam acara ini.
Powell mengungkapkan bahwa The Fed lebih memilih untuk bersabar selagi mereka terus memantau inflasi yang akan terjadi ke depannya. Daripada terburu-buru untuk segera menaikkan suku bunga yang akan terjadi pada pertemuan yang akan datang.
Pernyataan yang dibuat oleh Powell ini tentu saja cukup mengecewakan bagi para investor Dolar yang sudah sangat berharap bahwa The Fed akan langsung bergerak secara agresif dalam menaikkan suku bunga seperti yang sebelumnya pernah terjadi.
Apalagi setelah rilis yang dikeluarkan oleh NFP yang menyatakan bahwa jumlah pengangguran yang ada di Amerika Serikat terus mengalami peningkatan. Hal ini tentu saja mengindikasikan bahwa inflasi yang terjadi berpotensi meningkat kembali.
Kekecewaan yang Merugikan Dolar Melemah
Kekecewaan tersebut merugikan karena Dolar mengalami pelemahan, sedangkan sebaliknya menguntungkan untuk minyak karena mengalami peningkatan. Hal yang sama juga dirasakan oleh komoditas lainnya yang juga ikut mengalami peningkatan.
Meskipun pada saat ini harga minyak cukup terkoreksi karena adanya taking profit, tetapi analisis masih cukup optimis dengan prospek minyak dalam waktu dekat yang bisa kembali stabil seperti yang terjadi di waktu yang sebelumnya.
James Hyerczyk menjelaskan dari FXEmpire bahwa kondisi fundamental yang terjadi seperti saat ini telah mempengaruhi beberapa hal seperti supply dan juga demand minyak yang lebih mendukung sebuah reli yang berlangsung selama jangka pendek saja.
Lebih jauh hal ini merupakan salah satu yang paling disukai dan juga dimanfaatkan oleh Hedge Funds dan juga spekulator yang memunculkan terjadinya volitalitas price action yang bergerak ke arah atas.