Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Harga Minyak Merangkak Naik ditopang Cuaca Dingin Texas AS

Harga Minyak Merangkak Naik ditopang Cuaca Dingin Texas AS

by Didimax Team

Harga minyak semakin merangkak naik. Berdasarkan Bloomberg dalam perdagangan Rabu (17/2), harga minyak west texas intermediate (WTI) mencapai nilai US$ 60,28 per barel. Sementara brent crude (ICE) mencapai angka US$ 63,76 per barel. Selama hampir 13 bulan terakhir, nilai bahan mentah tersebut berada di level atas. 
 
Harga energi ini mengalami kenaikan akibat berbagai faktor. Diantaranya adalah pelaksanaan vaksinasi covid-19 di berbagai negara. Pembatasan produksi bahan mentah tersebut oleh pihak Arab Saudi juga turut menyumbang kenaikan harga. Tidak hanya itu, cuaca dingin di Texas telah menghentikan aktivitas produksi bahan mentah tersebut. 
 
Berdasarkan beragam faktor di atas, kebutuhan akan energi ini diprediksi akan lebih banyak bila dibandingkan dengan stok yang tersedia. Hasilnya, harga energi tersebut diprediksi akan terus mengalami peningkatan dalam waktu depan. Namun, potensi kenaikan ini tetap harus dipantau sepanjang waktu.
 

Cuaca Dingin Ekstrem Texas Membuat Kilang Minyak Tutup

 
Cuaca dingin ekstrem yang melanda Texas (Amerika Serikat), membuat darah tersebut harus menutup sumur dan kilang minyak. Cuaca ekstrem ini membahayakan stok energi bagi negara AS. Selain itu, permintaan yang melebihi pasokan mempengaruhi harga energi tersebut.
 
Badai salju di AS menyebabkan banyak sumur minyak tertutup. Hal ini terjadi karena air dihasilkan bersama minyak. Oleh sebab itu, air dapat membekukan fasilitas. Udara dingin juga telah mengganggu produksi energi itu di Kanada, North Dakota, Oklahoma, Texas dan daerah lain.
 
Akibat dari cuaca dingin adalah membekunya sumur dan menyebabkan gangguan kilang sebab ditutupnya beragam fasilitas. Beberapa tempat penyulingan di Amerika Serikat telah mengalami penutupan akibat suhu ekstrem tersebut. Padahal, tempat-tempat ini merupakan daerah penghasil minyak mentah terbesar di negara adidaya.  
 
Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), Texas memproduksi sebanyak 4,6 juta barel minyak setiap harinya dan merupakan rumah bagi 31 kilang. Texas merupakan daerah penghasil minyak paling besar di negara adidaya. Bahkan, Texas merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan negara bagian.
 
Cuaca dingin di Texas telah mengakibatkan pasokan listrik dan produksi minyak terhenti pada angka 1 juta barel setiap hari. Tidak hanya itu, cuaca ekstrem ini mengakibatkan operasional jaringan memburuk. Begitu pula dengan sarana transportasi lainnya.
 
Berhentinya produksi di Texas menyebabkan pembatasan operator pipa gas alam dan minyak mentah. Pembekuan dalam yang melanda negara tersebut mengakibatkan pemadaman secara bergilir. Akibatnya, sejumlah 3 juta rumah dan bisnis harus melalui beberapa hari tanpa listrik.
 

Faktor Lain yang Turut Serta Mempengaruhi Harga Minyak

 
Pasca pembatasan produksi di Amerika Serikat, terdapat rencana Arab Saudi untuk meningkatkan produksi dalam beberapa bulan ke depan. Harga tinggi minyak telah dipengaruhi oleh pembatasan stok OPEC+, pemotongan tambahan Arab Saudi dan vaksinasi yang diselenggarakan oleh berbagai negara.
 
Pemotongan produksi Arab Saudi sekitar 1 juta barel per hari akan berakhir bulan depan. Negara tersebut belum mengumumkan langkah ke depan. Dalam pertemuan OPEC+ bulan depan. Terdapat kemungkinan Arab Saudi akan menambah jumlah produksi energi di negaranya mulai April secara bertahap. 
 
Meski terdapat peluang positif, Menteri Energi negara tersebut, yakni Abdulaziz Bin Salman menyatakan bahwa masih terlalu awal untuk merasa menang atas pandemi covid-19. Seluruh produsen energi tersebut diharapkan tetap waspada dan tidak gegabah meski kondisi tahun ini lebih baik daripada tahun lalu.
 
OPEC+ akan menyelenggarakan pertemuan pada 4 Maret untuk menanggapi kenaikan harga minyak dunia. Pada pertemuan tersebut akan dibuat kebijakan untuk memulihkan harga dan menyeimbangkan pasar global. Terdapat kemungkinan pengurangan pembatasan stok untuk mencapai tujuan tersebut.  
 
Berdasarkan laman CNBC, Kamis (18/2), harga benchmark minyak mentah Brent untuk pengiriman April naik sebesar 99 sen, atau 1,56% sehingga mencapai angka S$64,34 per barel. Sedangkan, harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman maret naik US$1,09 atau 1,82% sehingga menyentuh angka US$61,14 per barel.
 
Hal tersebut berbeda dengan sebelumnya dimana harga minyak Bent naik sebesar 58 sen atau 1% sehingga menyentuh angka US$60,05 per barel. Sedangkan harga minyak WTI naik sebesar 5 sen atau 0,1% menuju angka US$63,35 per barel. 
 
Berbagai faktor telah mempengaruhi harga minyak dunia. Badai musim dingin yang melanda Texas membuat negara AS harus menutup beberapa sumur dan kilang energi tersebut. Terbatasnya jumlah produksi menyebabkan berbagai dampak buruk di negara terkait. Arab Saudi akan melakukan pertemuan dengan OPEC+ untuk menyikapi harga energi tersebut.