Kekhawatiran terus – menerus mengenai pandemik yang tidak kunjung usai membuat pemerintah AS menarik stok minyak besar – besaran. Mengakibatkan harga melambung tinggi, kekhawatiran ini dipicu akibat sedikitnya permintaan minyak dunia. Semenjak Maret 2020 permintaan mulai menurun dan mengakibatkan penurunan permintaan hingga sekarang.
Penurunan sekitar 10 juta barel tercatat menjadi angka paling rendah terhitung semenjak Maret 2020. Berdasarkan laporan dari Administrasi Informasi Energi menyatakan bahwa harga minyak mentah Brent USD 56,25 per barel mengalami kenaikan 34 sen. Sedangkan WTI West Texas Intermediate USD 52, 85 per barel, naik sebesar 0,5 persen dari harga sebelumnya.
Penurunan permintaan minyak mentah yang signifikan mengawali pasar perdagangan dunia, dimana harga tersebut nantinya juga akan memengaruhi banyak hal. Organisasi pengekspor minyak mentah dan sekutunya mematuhi aturan bahwa pembatasan produksi oil sekitar 85 persen. Pengurangan produksi tersebut memperlihatkan lesunya permintaan dunia.
Hal tersebut juga mengantisipasi terjadinya ledakan stok di masa pendemik sejak Januari tahun lalu. Sedangkan pemicu ketegangan pengekspor minyak karena Indonesia menyita kapal tanker berbendera Iran di Teluk, diduga sedang mengadakan praktek transfer bahan bakar illegal. Sementara itu di Negara – Negara Eropa memperketat pembatasan sosial mencegah covid-19.
Produksi Minyak Amerika Serikat
Semenjak Biden menjabat sebagai Presiden di Amerika Serikat, semakin ketatnya aturan mengenai industri tambang dan minyak. Penekanan produksi adalah buah dari aturan tersebut, dan kini pemerintah sedang mengejar kebijakan energi hijau. Dimana kebijakan tersebut menghentikan sewa minyak dan gas di lahan federal serta memotong subsidi.
Analis senior Phill Flynn akan terus mengawasi produksi ini dan melihat apakah Amerika Serikat dapat mengatasi kebutuhan lingkungan berdasarkan aturan lebih ketat serta lingkungan pendanaan lebih keras. Keadaan seperti itu juga dipicu stimulus dana AS terhadap korban covid-19 beberapa waktu lalu dimana belum deal karena partai republic tidak setuju.
Sementara itu jumlah positif penderita corona virus secara global menginjak angka 100 juta jiwa. Peningkatan wabah virus di benua Eropa dan Amerika, sedangkan di Asia sedang menahan menyebarnya virus jenis baru dari corona. Keadaan tersebut membebani permintaan hasil bumi dan harga minyak. Di China merupakan menghadapi kebangkitan virus baru sedang berjuang.
China merupakan konsumen minyak mentah terbanyak nomer 2, kasusnya bertambah setiap harinya terhitung semenjak 11 januari 2021. Hal menunjukkan bahwa akar dari kenaikan minyak dunia adalah wabah corona. Untuk antisipasi penyebaran kini sedang dilakukan pendistribusian vaksin, dan rencananya akan diselesaikan selama 15 bulan.
Agar keadaan semakin membaik, memperkecil perkembangan corona virus di dunia. Saat ini memang terjadi permasalahan kompleks. Dan dunia sedang menyikapinya agar tidak terjadi penurunan perekonomian global. Semenjak diadakannya lockdown, PSBB dan beberapa istilah lainnya membuat permintaan minyak menurun sehingga produksi dibatasi, harga melambung.
Indonesia Tembus 1 Juta Kasus Positif Covid-19
Indonesia merupakan Negara di Asia dengan kasus lumayan besar, turut menyumbang mahalnya harga crude oil. Kenaikan kasus positif tersebut di mulai sejak Desember 2020 lalu, dimana semua orang terlihat mengabaikan banyak protokol kesehatan. Besarnya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan uang terhambat dengan beberapa pembatasan sosial.
Hal ini menyebabkan efek yang tidak main – main dan mengakibatkan terjadinya lonjakan jumlah kasus. Namun di sisi lain Indonesia juga membutuhkan suntikan kenaikan perekonomian, dimana diprediksi mengalami kenaikan. Menteri keuangan Ibu Sri optimis pada tahun 2021 ini perekonomian Indonesia dapat mengalami kenaikan yang baik.
Dampaknya juga akan dirasakan oleh masyarakat. Oleh sebab itu permasalahan global ini sebaiknya segera diselesakan. Harga crude oil saat ini juga merupakan hasil dari adanya pendemik, selain itu ditopang oleh optimism stimulus Amerika Serikat yang kini masih terkendala. Biden tetap akan mempercepat persetujuan uang 1,9 triliun tersebut.
Stimulus tersebut diharapkan dapat membangkitkan konsumsi masyarakat atas pembelian beberapa bahan kebutuhan pokok. Cara tersebut telah diaplikasikan di Indonesia, dengan harapan yang sama yakni meningkatkan jual beli di tengah pandemic seperti ini. Kami kira juga hampir sama dengan Negara – Negara lainnya.
Namun tetap saja yang menjadi acuan dari perdagangan dunia adalah nilai dollar Amerika Serikat. Hal tersebut telah menjadi banyak perbincangan, Joe Biden berharap jika nominal tersebut disetujui maka akan mengakibatkan tingginya daya beli masyarakat berimbas pada kenaikan perekonomian dunia.