Harga minyak pekan ini benar-benar mengalami peningkatan yang cukup besar sampai pada posisi atau level tinggi. Berbagai prediksi yang menyebutkan bahwa ada kemungkinan bahwa minyak akan mengalami pelemahan secara cepat dipatahkan dengan rilisnya kabar ini.
Tidak mengalami penurunan atau pelemahan, malah harga minyak tampak bertahan dan solid di level tinggi. Banyak spekulasi yang menyebutkan terjadinya hal tersebut karena berbagai faktor dan parameter sebagai katalis atau penyebab utamanya.
Ketika berita ditulis, ada salah satu faktor yang menjadi pemeran utama dalam pertahanan harga minyak tersebut. Adapun faktornya adalah permintaan bahan bakar di Amerika Serikat yang meningkat dan akan lebih dijelaskan pada berita ini.
Kelanjutan dari pertahanan harga minyak akan dibuktikan sampai beberapa hari kedepan dengan pergerakan aktivitas yang terjadi di Amerika Serikat. Dimana sempat sebelumnya dikatakan akan terjadi pengurangan impor minyak dari negara pengimpor akibat kasus penyebaran virus corona varian terbaru yaitu varian Delta.
Pertahanan Harga Minyak di Level Tinggi Terbilang Solid
Sudah selama tiga hari berturut-turut berita mengenai pertahanan harga minyak di level tinggi ini menjadi berita terfokus. Bahkan kaitan dari kesolidan harga minyak bersamaan dengan pelemahan Dolar yang menjadi fokus utama berita perdagangan.
Dimana disebutkan bahwa pelemahan Dolar AS menjadi salah satu faktor atau penyebab utama dari peningkatan harga minyak pekan ini. Selain itu ada juga minat resiko pasar yang tampak memulih menjadi faktor pendukungnya.
Pada tanggal 26 Agustus 2021, disebutkan bahwa adanya data dari pemerintah negara AS menunjukkan bahwa peningkatan pada permintaan bahan bakar naik sampai pada level tertinggi dari dimulainya pandemic Covid-19 hingga saat ini.
Bahkan terpantau bahwa harga minyak Brent sedikit terkoreksi pada kisaran harga $72.05 per barelnya. Tidak hanya minyak Brent, minyak WTI yang diperdagangkan pada area $68.11 per barelnya menjadi bukti dari peningkatan harga minyak dunia.
Jika dilihat dari grafik bahwa terjadi kenaikan lebih dari 10 persen pada harga minyak secara umum sejak awal pekan ini. Sehingga berita ini masih akan terus dipantau mengingat adanya keterkaitan dengan pelemahan mata uang Amerika Serikat.
Pasar akan terus dibuat bingung untuk memilih menginvestasi jangka panjang ke parameter yang mana. Karena pada hari yang sama muncul dua kabar peningkatan meski pada Dolar AS mengalami pergerakan cukup terbatas.
Faktor Permintaan Bahan Bakar di AS Meningkat
Ada beberapa faktor yang menyebabkan harga minyak tetap bertahan di level tertinggi sampai saat ini. Adanya kenaikan dari permintaan bahan bakar di Amerika Serikat cukup signifikan bahkan tidak dipengaruhi oleh kemunculan rasa khawatir baru dari pelaku pasar.
Kekhawatiran tersebut masih berhubungan dengan kasus virus Corona varian Delta yang masih membayangi berbagai negara di belahan dunia bahkan perekonomian secara global. Pada minggu lalu terdapat laporan dari Data Energy Information (EIA) yang menyatakan bahwa rerata dari produksi minyak AS melonjak sampai 21 juta barel per harinya.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa angka 21 juta barel per harinya menjadi level tertinggi sejak awal mula pandemi Covid-19 yang dilakukan pada Maret 2020 lalu. Bahkan data produksi ini merupakan proxy sebagai pengukur permintaan bahan bakar di AS.
Persedian minyak mentah di negara Amerika Serikat pada pekan lalu turun sebanyak 3 juta barel sehingga menjadi 432.6 juta. Angka ini menjadi angka terendah yang dialami oleh harga minyak sejak Januari 2020.
Tentu data ini sudah dikonfirmasi oleh EIA, dan meskipun pabrik penyulingan minyak di AS telah meningkat sebanyak 92.4 persen namun ternyata tidak membuat pasokan atau stok meningkat terlalu banyak.
Dicatat bahwa terjadi pemerosotan stok bensin AS sebesar 2.2 juta barel bahkan lebih banyak dari proyeksi analis sebesar 1.6 juta barel untuk angka penurunannya. Penyusutan pada persediaan bahan bakar ini menjadi bukti adanya peningkatan permintaan minyak di negara Amerika Serikat sampai saat ini.
Ada kemungkinan bahwa banyak masyarakat AS melakukan perjalanan pada momen terakhir musim panas yang menjadi konsumen dari minyak saat menghabiskan waktu. Pernyataan ini disampaikan oleh Matt Smith sebagai direktur dari penelitian komoditas di ClipperData.