Setelah sebelumnya nampak normal-normal saja, harga minyak akhirnya terkoreksi. Ini terjadi setelah aksi jual yang dilakukan pada dua sesi sebelumnya. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh banyak faktor.
Tetapi jika dilihat secara keseluruhan, pelemahan yang nampak pada data ekonomi China menjadi penyebab utama dari kondisi tersebut. Pelemahan yang terjadi sendiri cukup mengejutkan banyak pihak.
Di beberapa sesi sebelumnya China seperti memperlihatkan kondisi kalau keuangannya sudah cukup stabil. Ini menyusul kebijakan pelemahan pada pembatasan aktivitas ekonomi yang sebelumnya dilakukan sebagai akibat dari pandemi.
Dengan adanya pelemahan pada pembatasan aktivitas ekonomi tersebut, banyak pihak memprediksi kalau China cepat atau lambat akan kembali stabil seperti sedia kala. Selain karena data ekonomi China, koreksi ini terjadi sebagai akibat dari komentar Hawkish.
Sebelumnya komentar ini dikeluarkan oleh Ketua Fed Jerome Powell. Komentarnya sendiri sempat memicu kekhawatiran banyak pihak. Itu karena komentarnya sangat memengaruhi konsumsi minyak mentah di masa depan.
Minyak mentah berjangka sendiri sebenarnya diperdagangkan lebih tinggi. Peningkatannya sekitar 0,5 persen dan membuat harganya menjadi 77,17 dollar per barel. Ini berbeda dengan kontrak Brent yang mengalami kenaikan sebesar 0,6 persen.
Pada kontrak Brent tersebut, harganya berada di angka 83,29 dollar per barel. Dengan kenaikan tersebut, ada selisih yang cukup signifikan antara harga minyak mentah berjangka dan kontrak Brent yang dilakukan.
Selisihnya sendiri memang tidak besar karena berada di kisaran 6 dollar per barel. Namun banyak pihak memprediksi kalau selisih tersebut lama kelamaan akan membesar.
Ada Data Inflasi yang Dirilis di China
Pada Kamis pagi, terdapat berita mengejutkan yang datang dari China. Pada berita tersebut, China merilis data inflasi yang isinya memperlihatkan situasi mengejutkan. Perlu diingat kalau China sendiri berperan sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia.
Dengan labelnya sebagai importir minyak mentah terbesar, segala informasi ekonomi yang datang dari China akan langsung memengaruhi harga minyak mentah. Pada data tersebut, terlihat jelas kalau pelemahan terjadi secara signifikan.
Memang banyak pihak sudah memprediksi kalau pelemahan ini akan terjadi cepat atau lambat. Namun tidak banyak yang percaya kalau pelemahannya akan selemah ini dan akan terjadi secepat ini. Terlebih lagi ini adalah data yang dirilis pada bulan Februari.
Penurunan harga produsen yang sangat tajam ini mengkondisikan banyak hal sedang terjadi di China. Namun ini membuktikan kalau sektor manufaktur sekarang sedang barada pada situasi tidak stabil. Kondisinya berjalan jauh di bawah kapasitas penuh.
Sebenarnya ada target PDB yang dikeluarkan oleh pemerintah China. Namun target PDB ini jauh lebih rendah dari perkiraan. Tentu kondisi ini cukup mengejutkan karena biasanya target PDB ini selalu mengikuti perilisan yang dilakukan pemerintah China.
Sebelumnya data perkiraan ini akan dikeluarkan untuk akhir pekan. Hal tersebut terjadi pada tahun 2023 lalu. Ini sebenarnya meningkatkan keraguan terhadap kekuatan kemungkinan pemulihan ekonomi yang dilakukan China.
Sebelumnya banyak orang yakin kalau tahun 2023 akan menjadi titik balik pemulihan ekonomi yang dilakukan China. Namun setelah semua ini, data pemulihan ekonomi tersebut dipercaya akan menjadi lebih sulit.
Data Lengkap Mengenai Impor Minyak Mentah China
Ada data menarik yang dikeluarkan awal pekan ini mengenai impor minyak mentah China. Pada data tersebut, terlihat jelas kalau impor minyak mentah China turun sekitar 1,3 persen. Ini berbeda jauh dari kondisi di tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, data yang keluar pada dua bulan pertama ini sebenarnya sukses membuat prediksi para ahli tidak tepat sasaran. Ada juga komentar hawkish yang dikeluarkan oleh Ketua Fed Jerome Powell.
Powel sempat memberikan kesaksiannya saat kongres yang sebelumnya terjadi. Pada komentar tersebut, Powell menginformasikan kalau suku bunga kemungkinan akan dinaikkan. Kenaikkannya sendiri besar kemungkinan akan lebih besar dari perkiraan.
Sebelumnya kebanyakan orang memprediksi kalau kenaikan tersebut akan berada di angka 50 basis poin. Namun banyak pihak yakin kalau angka kenaikan suku bunga ini masih dikaji. Itu karena, angka kenaikan suku bunga tersebut pasti ditujukan untuk memerangi inflasi.
Jika ini memang dibutuhkan untuk memerangi inflasi, besar kemungkinan angka lebih dari 50 basis poin akan dipilih. Namun bisa juga angkanya lebih rendah dari itu.