Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Imbal Hasil Turun, Nilai Emas Pulih dan Rupiah Menguat

Imbal Hasil Turun, Nilai Emas Pulih dan Rupiah Menguat

by Didimax Team

Imbal hasil obligasi Amerika Serikat 10 tahun yang dijadikan sebagai acuan turun untuk sesi ketiga berturut-turut, mengangkat permintaan emas dengan imbal hasil nol. Hal ini mempengaruhi berbagai aspek mulai dari kebijakan moneter Federal hingga permintaan emas. 

Sebelumnya, harga emas berada di level terenda tiga bulan dalam perdagangan Asia, hal ini dikarenakan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat melemah menjelang data inflasi bulanan AS. 

Pada perdagangan Rabu (11/5/2022) emas spot menguat 0,6% menjadi diperdagangkan di 1.849,24 US Dolar per ounce. 

Setelah sebelumnya mencapai level terendah sejak 11 Februari di awal sesi. Logam mulia berjangka Amerika Serikat terangkat 0,2% menjadi diperdagangkan di 1.846,40 USD per ounce. 

Dolar melemah meskipun berada di level tertinggi, ini membuatnya yang dihargakan greenback lebih menarik bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya. Imbal hasil obligasi AS 10 tahun yang dijadikan acuan turun untuk sesi ketiga berturut-turut, mengangkat permintaan. 

Sebelumnya pejabat bank sentral Amerika Serikat memperkuat argument mereka untuk rangkaian kenaikan suku bunga tercepat setidaknya sejak 1990 an untuk memerangi inflasi yang tinggi. 

Emas berada di support harga kritis di sekitar 1.830 US Dolar dan jika inflasi lebih rendah dari yang diharapkan, harga mungkin akan melambung dengan investor memprioritaskan dampak data pada Fed daripada peran emas sebagai lindung nilai. 

 

Emas Terangkat 12,7 US Dolar

Pada perdagangan Kamis (12/5/2022) pagi, nilainya lebih tinggi. Ini berbalik menguat dari penurunan dua haru beruntun karena nilai Dolar AS tergelincir. 

Untuk pengiriman Juni kontrak emas teraktif terangkat sebesar 12,7 USD atau sebesar 0,69% menjadi tutup pada 1,853,70 USD per ounce. 

Sebelumnya, nilai emas berjangka tergelincir sebanyak 17,6 USD atau 0,95% menjadi 1.841,00 US Dolar. Setelah sebelumnya anjlok 24,2 USD atau sebesar 1,29% menjadi 1.858,60 USD, dan menguat 7,1 USD atau sebesar 0,38% menjadi 1.882,80 Dolar AS. 

Pertumbuhan harga konsumen Amerika Serikat melambat pada April karena harga bensin turun dari rekor tertingginya. Ini menunjukkan inflasi mungkin telah mencapai puncaknya. 

Meskipun kemungkinan akan tetap panas untuk sementara dan menjaga Federal Reserve menaikkan suku bunga. 

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat melaporkan bahwa indeks harga konsumen AS naik sebesar 8,3% setiap tahun. Sedikit lebih tinggi dari 8,1% yang diperkirakan para ekonom. 

Indeks dolar yang awalnya menguat ditengah data Indeks Harga Konsumen (IHK), turun tipis sebesar 0,1%. Emas juga mendapat dukungan tambahan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS dan diindeks saham AS melemah. 

Menurut kepala strategi pasar di Blue Line Futures Chicago, Philip Streible mengatakan, “secara keseluruhan emas bukanlah investasi yang buruk. Emas berada di kisaran yang cukup ketat. Saya lebih suka memiliki emas daripada Nasdaq atau Bitcoin.”

Meskipun dianggap sebagai tempat berlindung yang aman dari inflasi, namun kenaikan suku bunga Amerika Serikat meningkatkan peluang kerugian memegang logam mulia ini, sementara meningkatkan dolar, mata uang dimana emas dihargai. Perak naik sebesar 0,7% menjadi 21,575 USD per ounce, Platinum sebesar 4,5% menjadi 989,8 USD per ounce. 

Rupiah Menguat Tipis di Tengah Sentimen AS

Nilai tukar rupiah ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (11/5/2022) sore ditutup menguat tipis 1 poin ke posisi Rp. 14.554 per US Dolar. 

Menurut analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan “Dolar AS outlooknya menguat dibalik pesan yang cenderung hawkish dari beberapa pejabat bank sentral AS. Ketegangan geopolitik di Eropa, dan memburuknya kasus Covid-19 di Tiongkok.”

Pemerintah Tiongkok masih melangsungkan kebijakan “Zero Covid Tolerance”, dimana penguncian di Sanghai dan Beijing yang merupakan wilayah industry salah satu terbesar di dunia. 

Dinilai dapat menimbulkan ancaman serius bagi pertumbuhan global, terutama pada saat inflasi. 

Selain itu, kekhawatiran lain diakibatkan masih berlangsungnya perang antara Rusia dengan Ukraina membuat Eropa harus mengalihkan aliran gasnya dari Rusia yang sebelumnya dating melalui Ukraina. 

Rupiah dibuka menguat ke posisi Rp. 14.530 per US Dolar. Sepanjang hari rupiah bergerak dikisaran Rp, 14.508 per US Dolar AS hingga Rp. 14.561 per US Dolar. Sedangkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI stagnan di posisi Rp. 14.546 per US Dolar. 

Inflasi yang terjadi jelas mempengaruhi nilai emas dan mata uang lainnya. Jika inflasi sedikit lebih panas, emas mungkin menembus lebih rendah dan menimbulkan kerugian lainnya.