Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Inggris Kembali Menerapkan Lockdown Lebih Ketat, Bagaimana Nasib Poundsterling

Inggris Kembali Menerapkan Lockdown Lebih Ketat, Bagaimana Nasib Poundsterling

by Didimax Team

Pemerintah Inggris kembali menerapkan kebijakan Lockdown hal ini yang jadi pemicu Poundsterling melemah pada perdagangan awal tahun. Tetapi, menurut para pengamat, penurunan mata uang tersebut juga ikut berdampak akibat pengalihan perhatian pelaku pasar. Dari kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa menjadi tingkat ekonomi domestik.

Pemberlakuan pengetatan tersebut semakin melemahkan GDP negara tersebut, Dalam pembukaannya kemarin GBP/USD sudah jatuh cukup dalam dari 1.3665 ke arah 1.3572. Walaupun, saat penutupan bisa naik sedikit pada perdagangan awal di Eropa menuju angka 1.3586. Pemberlakuan lockdown kali ini lebih ketat dari sebelumnya.

Beberapa kawasan di England, Iralndia bagian utara, Wales, serta Skotlandia mendapatkan pengawasan sangat ketat. Sekolah harus ditutup dan dimaksimalkan untuk daring. Hal ini sedikit berbeda dengan kebijakan pada tahap 2. Di mana, belajar mengajar masih diperbolehkan untuk tatap muka.

Himbauan untuk masyarakat masih terus dikumandangkan, agar tidak bepergian atau keluar rumah untuk sementara waktu. Kecuali, kebutuhan mendesak, seperti memeriksakan kondisi ke Rumah sakit atau dokter. Atau untuk olahraga kecil setiap hari agar kadar imun dalam tubuh meningkat.

 

Pertumbuhan Ekonomi Kembali Negatif

Babak pertama dan kedua penerapan Lockdown di  negeri ini membubukan hasil negatif. Sejumlah sektor mengalami perlambatan sampai kesulitan biaya. Hal tersebut di prediksi juga akan terjadi pada babak ketiga tersebut. Banyak orang mengeluh karena, cadangan dana mereka sudah terkuras habis.

Harapan untuk memulihkan ekonomi setelah pembatasan dicabut oleh pemerintah harus mundur kembali. Tetapi, sejumlah langkah sudah disiapkan pemerintah menghadapi kondisi seperti ini. Salah satunya adalah BOE (Bank Of England) akan menurunkan suku bunga acuan. Kemungkinan, dilakukan tangga; 4 Februari mendatang.

Harapannya, sistem ekonomi bisa tertopang serta keuangan setidaknya sedikit membaik. Sayangnya, para pengamat tidak melihatnya demikian. Babak ke tiga tersebut membuat Poundsterling akan sanga lemah. Di tambah keluarnya pemerintahan Ratu Elizabeth dari Uni Eropa. Membuat kondisi negara semakin sulit menghadapi krisis.

Menghindari Perubahan Suku Bunga

BoE paham benar dengan perubahan tersebut akan berdampak pada kondisi perekonomian mereka. Apalagi, ketidakpastian mengenai brexit masih menghantui semua pelaku pasar. Tetapi, ketidakpastian itu sudah terselesaikan dengan baik saat negeri tersebut mencapai kesepakatan final dengan Eropa sebelum natal tahun lalu.

Kesepakatan tersebut membuat BoE akan dengan mudah memangkas suku bunga serta memberikan stimulus moneter ini lebih besar lagi. kebijakan tersebut hampir dilakukan oleh berbagai bank sentral lainnya, termasuk ECB. Tetapi, keputusan ini bukan tanpa risiko. Keberadaan Poundsterling akan jadi ancaman.

Karena, nilainya diperkirakan semakin melemah terutama saat berhadapan dengan mata uang yang memiliki bunga cukup tinggi. Sayangnya para pengamat berpendapat lain. Dalam kasus seperti ini bukan Pound yang akan jatuh melainkan Dolar Amerika lebih mengalami depresi. Saat pemulihan tersebut ekonomi berlangsung.

Kebijakan Covid Lebih Membebani Poundsterling

Kebijakan penanganan Covid 19 ternyata lebih membebani perekonomian dan pelaku pasar daripada perjanjian Brexit antara Inggris dan Uni Eropa. Hal ini disebabkan pengaruh terbesar dalam penguatan perekonomian sebuah negara adalah aktivitas perdagangan ekspor dan impor. Kondisi sosial politik serta, kenyamanan dalam investasi.

Covid 19 merupakan penyakit yang mempengaruhi segela struktur serta perubahan perilaku dari masyarakat sampai perdagangan. Kerugian akan selalu dihindari oleh investor. Oleh karena itu, saat kebijakan lockdown diterapkan, ekspor impor berhenti. Pelaku pasar mulai panik dan mencari alternatif lain agar mendapatkan keuntungan.

Sayangnya, Pounsterling bukan bagian dari safe heaven. Pada kondisi seperti ini, mereka ingin bermain aman saja. Tidak heran bila pilihannya jatuh ke emas atau juga Dolar Amerika. Hanya saja, posisi Dolar juga tidak begitu aman, akibat situasi politik negara tersebut tidak terlalu kondusif. 

Mengingat pemilihan Senat sedang berjalan sengit. Depresi pada Pounsterling beberapa waktu lalu mengakibatkan resesi sangat dalam terjadi. Berbagai upaya memang sudah dilakukan. Tetapi, pengaruh Virus Corona masih sangat tajam. Apalagi, kabar munculnya gelombang kedua dengan jenis baru menjadi ancaman nyata.

Sejumlah pengamat masih menunggu, bagaimana kebijakan ini ke depan. Apakah Pundsterling mampu bertahan dari depresi atau penurunnya akan lebih jatuh ke dalam. Di tengah situasi tidak menentu, serta kondisi perekonomian dunia belum pulih. Segala kebijakan menjadi titik penting untuk menyelamatkan perekonomian negara.