Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Inggris Menolak Bitcoin Sementara Nilainya Di Rusia Mengalahkan Rubel

Inggris Menolak Bitcoin Sementara Nilainya Di Rusia Mengalahkan Rubel

by Didimax Team

Masyarakat modern tentu saja tidak asing dengan yang namanya Bitcoin, bukan? Sebutan untuk mata uang elektronik yang telah dibuat pada tahun 2009 oleh seorang berkebangsaan Jepang bernama Satoshi Nakamoto. Ada banyak pro dan kontra mengenai mata uang tersebut karena mempengaruhi juga nilai tukarnya.

Seperti yang telah diberitakan pada hari Rabu ini, bahkan mantan Anggota Parlemen dari Inggris bernama Nick Boles yang bertugas di Grantham dan Stanford dari tahun 2010 hingga 2019, baru-baru ini mengkritik mengenai penggunaan Bitcoin karena dapat berdampak negatif bagi lingkungan.

Sebelumnya, pada tahun 2020 juga Inggris telah melarang perusahaan lokal yang bergerak di dalam atau luar Inggris untuk menjual produknya sesuai dengan harga Bitcoin pada konsumennya. Hal itu dilakukan untuk menghindari penipuan terhadap warga Inggris yang tidak tahu tentang Cryptocurrency jelas Financial Conduct Authority.

Bisa disimpulkan kenapa Nick Boles melarang hal tersebut dari cuitannya di Twitter yang me-retweet koresponden dari BBC. Sementara itu, negara Rusia justru menguasai pasarnya serta menggulingkan pasar kapitalis Rusia. Penjelasan lebih lanjutnya, bisa simak detailnya berikut ini.

 

Alasan Larangan Bitcoin di Inggris Mengikuti Pernyataan Boles

Adanya pelarangan tersebut disampaikan oleh mantan anggota Parlemen Inggris lewat cuitannya me-retweet berita BBC yang ditulis olehRory Cellan-Jones. Berita tersebut mengatakan, dengan intinya bahwa Bitcoin telah mengambil alih negara Argetina pada sektor konsumsi energi tahunan.

Bukan asal berita, sumber informasi tersebut diambil dari data penelitian Universitas Cambridge yang disajikan pada Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin dari Cambridge. Setelah tahu berita tersebut, Boles akhirnya menyuarakan pendapatnya.

Ia mengatakan bahwa Bank Sentral harus menghentikan perdagangannya. Bahkan lebih baik memaksa pada pemegang Bitcoin dan bagi orang yang ingin menggunakannya sebagai transaksi, lebih baik menukarnya dengan mata uang lain yang tidak memiliki efek buruk bagi lingkungan.

Menelaah dari cuitan tersebut, berita tahun lalu menyebutkan bahwa negara Britania Raya tersebut akan melarang peredarannya per tanggal 6 Januari 2021. Pantas saja sang mantan anggota Parlemen tetap mengumandangkan pelarangan Bitcoin, karena sekarang sudah memasuki bulan Februari.

Tapi pada kenyataannya, aturan tersebut tidak kunjung disahkan sesuai rencana. Karena aturan penggunaan mata uang tersebut tidak begitu ketat hingga saat ini. Ia juga menambahkan kembali pada cuitannya bahwa ada berbagai macam mata uang digital lain yang tidak berpengaruh negatif pada dunia nyata.

Memang, penggunaan mata uang digital ini memang berpengaruh pada industri Crypto, dan sudah menjadi perdebatan internal karena lonjakan konsumsi Bitcoin tersebut. Bahkan Boles saja tidak berrkata lebih jauh lagi selain cuitan di atas pada akun Twitter pribadinya.

Pasca Pembelian Tesla, Bitcoin Lebih Unggul Dari Rubel Rusia

Nick mungkin memberikan komentar mengenai pelarangan Bitcoin, karena takut nasib negaranya seperti Rusia. Sampai hari inim terhitung Rabu, 10 Februari sudah mencapai level tertinggi pada Bitcoin di Rusia dengan 48 ribu US dolar. Kapitalisnya bahkan melebihi pasar Rubel Rusia.

Saat publikasi, berdasarkan data dari AssetDash, kapitalis Bitcoin yaitu 871 miliar melampaui suplai uang Rebel di negara tersebut. Pembalikan harga tersebut dikarenakan Tesla telah menginvestasikan uang dalam bentuk Bitcoin senilai 1,5 miliar US dolar. Hal tersebut juga telah melampaui aset crypto.

Bitcoin memang telah menguasai kapitalis mata uang fiat di seluruh dunia. Bahkan di Meksiko saja, mata uang peso hampir saja dikalahkan dengan level mencapai 731 Miliar. Berbeda dengan Korea, negara yang khas dengan gingseng ini, akan menguji distribusi pada uang digital.

Negara tersebut akan siap dengan penggunaan Bitcoin di dalam negeri agar tidak melebihi mata uangnya dan mata uang digital lainnya dengan dilakukannya pengujian di Bank Central (CBDC) pada tahun ini.

Dari ringkasan media di Korea mengatakan, bahwa perencanaan tersebut menyerukan revisi UU dan memastikan bahwa CBDC di masa depan akan beroperasi dengan baik. Serta Bank Korea telah memanfaatkan teknologi Blockchain dengan maksud mengelola alur transaksi dalam program CBDC sekama 22 bulan.

Semua negara, tidak hanya Inggris saja, bahwa kesiapan akan penggunaan Bitcoin sudah harus dilakukan mulai dari sekarang. Jangan seperti Rusia yang bahkan lebih banyak dari mata uang di negaranya sendiri. Seperti dikatakan Nick Boles, penggunaan Bitcoin berlebihan akan mempengaruhi siklus transaksi dunia nyata.