Sebelum Rupiah menjadi melemah, ternyata sebelum itu
mata uang Indonesia ini bergerak liar melawan dolar Amerika (AS), itu terjadi pada pembukaan perdagangan hari Selasa, 16 Mei 2023. Itu merupakan berita yang menggembirakan, bukan?
Begitu pasar dibuka, rupiah langsung menguat hingga ke level 0,17%. Tapi itu tidak bertahan lama, langsung berbalik melemah meski tipis ke 0,3%. Kursnya pada pukul 9:03 WIB berubah menjadi Rp 14.800 per US dolar.
Apa yang menyebabkan rupiah tiba-tiba menjadi melemah setelah mengalami penguatan di awal pembukaan perdagangan? Kemungkinan besar ini karena pertemuan Presiden AS, yaitu Joe Biden dengan ketua DPR dari Partai Republik, Kevin McCarthy.
Beberapa Kemungkinan Rupiah Menjadi Melemah
Awal pembukaan perdagangan pada Selasa pagi tadi memang terasa sangat menggembirakan karena mata uang Indonesia, menguat terhadap dolar AS. Tapi kegembiraan itu langsung surut saat jam 09:03 WIB, justru rupiah malah melemah.
Dimulai dari peningkatan 0,17%, menjadi turun tipis sebesar 0,03%. Kenapa hal tersebut bisa terjadi dalam waktu cepat? Ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Berawal dari Presiden Amerika Serikat, yaitu Joe Biden, menemui dan ngobrol dengan ketua DRP Kevin Mccanthy dari partai Republik.
Kenapa Joe Biden menemui ketua DRP tersebut? Terdengar bahwa dua pekan ke depan, Amerika Serikat mengalami gagal bayar apabila batas utang pagu tidak dinaikkan.
Kemudian setelah pertemuan tersebut, Rupiah mulai melemah pada pasar spot dan menutup perdagangannya menjadi Rp 14.815 per USD, yaitu melemah sebesar 0,17% yang dilansir dari data Refinitiv.
Karena berita pada hari Selasa ini, berarti sudah 4 hari bahwa mata uang negara Indonesia tidak mengalami penguatan. Untuk alasan lainnya, mengapa rupiah tidak menguat, kemungkinan seperti berikut :
1. Kemungkinan pertama karena Partai Republik yang merupakan bagian dari oposisi justru menguasai DPR AS. Hal itu menyulitkan Biden untuk meloloskan anggaran belanja.
2. Di sisi lain, antara partai Demokrat dan Republik sedang mencari landasan yang sama mengenai anggaran belanja dan juga regulasi energi sebelum pertemuan antara Biden dan ketua DRP, McCanthy.
3. Kemungkinan pula bahwa partai Republik sudah berulang kali menegaskan untuk tidak menaikkan pagu utang. Hal itu terjadi jika pemerintah tidak memangkas uang belanja dalam jumlah besar, dan harus berhemat.
4. Kemungkinan berikutnya kenapa rupiah sulit menguat karena masyarakat mulai wqas-was mengenai pagu utang yang tidak pasti bagaimana nanti keputusannya.
Meski begitu, ada kabar baik yang muncul di tengah kewaspadaan masyarakat mengenai kekuatan rupiah. Di mana di gedung putih masih mempertimbangkan syarat dari partai Republik itu.
Dengan begitu, kemungkinan untuk menaikkan batas pagu utang akan dilakukan. Dan Amerika Serikat nantinya bisa terbebas dari kegagalan dalam membayar, hingga mengakibatkan perekonomian AS bisa merosot.
Rupiah Melemah, Sentimen Neraca Perdagangan Positif
Meski rupiah mengalami kelemahan, tapi ada kabar bagus juga dari dalam negeri. Di mana neraca perdagangan mengalami sentimen positif pada April 2023 lalu.
Sentimen positif tersebut mengalami surplus sebesar 3,94 miliar US dolar. Badan Pusat Statistik juga melaporkan bahwa surplus perdagangan neraca ini merupakan surplus yang ke-36 bulan secara berturut-turut .
Surplus tersebut bisa dikatakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan surplus pada bulan Maret yang mencapai 2,91 miliar US dolar. Bahkan perkiraan tersebut telah dilakukan dan dihimpun dari 12 lembaga.
Pada April 2023 telah diperkirakan bahwa surplus neraca perdagangan pada bulan tersebut bisa mencapai 3,34 miliar US dolar. Sekarang justru telah melampaui dari perkiraan tersebut. Apakah surplus bisa memberikan dampak pada
kekuatan Rupiah? Ya, memang bisa.
Adanya surplus neraca perdagangan sebenarnya memberikan dampak positif ke rupiah. Hal itu disebabkan karena para eksportir sudah mulai tertarik untuk menginvestasikan dolar AS mereka ke dalam negeri.
Anda juga harus tahu juga bahwa Operasi moneter Term Deposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE) yang telah diterapkan oleh BI sejak awal Maret 2023 sudah mulai berjalan dengan baik.
Kesuksesan tersebut ditandai dengan banyaknya eksportir yang menempatkan dolar AS mereka. Tidak sampai itu saja, bahkan sudah ada yang menempatkannya di tenor 6 bulan. Jika valuta asing terus berada di dalam negeri dalam waktu lama, kemungkinan besar mata uang Indonesia, yaitu rupiah bisa kembali menguat.