Perkembangan virus corona masih terus berlanjut kabarnya sampai hari ini. Setelah sebelumnya sempat dalam kondisi mulai membaik pasca pemberian vaksin moderna di banyak negara, kini varian baru covid-19 memberi serangan baru.
WHO terus berusaha untuk mengurangi bahkan menghentikan kasus covid-19 di dunia. Namun apa daya, bahwa virus ini terus membelah dan muncul varian Omicron yang dianggap lebih cepat menularkan dibanding varian Delta sebelumnya.
Posisi pasar perdagangan belakangan kembali dikhawatirkan oleh para pelaku pasar untuk melakukan investasinya. Beberapa pasangan mata uang bergerak menurun bahkan sebagian merosot cukup jauh akibat adanya kekhawatiran terhadap virus covid-19 Omicron ini.
Selain itu, berbagai kebijakan serta pernyataan para pejabat The Fed menjadi faktor utama dari naik turunnya harga jual beli pasangan mata uang. Saat ini kabar bahwa pasangan EUR/USD yang menguat dilatarbelakangi pada sentiment The Fed.
EUR/USD Bergerak Stabil dan Menguat
Para analis membuat penilaian volatilitas terhadap pasangan EUR/USD yang cukup tinggi di tengah antisipasi pasar terhadap kebijakan dari The Fed serta merespon perkembangan dari varian baru dengan sebutan Omicron.
Saat ini mata uang Amerika Serikat tersebut mengalami penurunan dan tergelincir terhadap mata uang Euro pada sesi perdagangan di hari Rabu lalu. Tepatnya 01 Desember 2021 malam, penurunan terjadi seiring dengan peningkatan pada minat risiko.
Terkait perkembangan dari varian Omicron, maka para investor masih memusatkan perhatian pada outlook kebijakan yang dikeluarkan oleh The Fed dan risiko-risikonya. Adapun indeks Dolar Amerika Serikat pada hari Rabu lalu turun sebesar 0.1 persen.
Dari penurunan tersebut, Dolar AS diperdagangkan dengan nilai 95.8. Disamping itu, bisa dilihat bahwa pasangan mata uang Euro terhadap USD bergerak cukup stabil dengan nila 1.1341, melanjutkan reli yang sudah terbentuk sejak satu pekan terakhir.
Dolar Amerika Serikat memang menjadi sorotan yang cukup besar oleh para investor, karena banyak laporan data kemudian menjadi kekhawatiran dan akhirnya kembali melemah. Meski sebenarnya data ekonomi Amerika Serikat yang dikeluarkan tersebut tidak seburuk ekspektasi.
Pada laporan ADP Employment Change yang kemudian bertambah sebanyak 534,000 pada bulan November ini ternyata lebih tinggi dibandingkan ekspektasi sebesar 525,000. Sementara itu, data PMI Manufaktur negara Amerika Serikat dari versi ISM meningkat tipis dari 60.8 menjadi 61.1.
Fokus Utama Mengarah Pada Sinyal The Fed
Merespon segala kebijakan serta perkembangan Omicron sebagai varian baru dari virus corona, ternyata sinyal kebijakan moneter dari The Fed lah yang menjadi fokus utamanya. Sehingga hal tersebut harus diawasi.
Pasar saham secara global serta mata uang yang berprofit risiko tinggi terlihat mulai pulih perlahan dari tekanan. Seperti yang sudah sedikit dijelaskan bahwa adanya fokus utama dari para investor terlihat condong ke arah sinyal kebijakan dikeluarkan oleh The Fed.
Meski disamping itu, perkembangan varian Omicron tetap masih menjadi perhatian dan tidak luput dari perhatian para pelaku pasar atau investor. Disebutkan bahwa adanya potensi virus memang dapat kembali merusak dunia.
Guncangan terbesar masih pada kebijakan rate dari The Fed seperti yang disebutkan oleh Kerry Craig sebagai analis pasar dari JPMorgan Asset Management. Votalitas masih terpantau cukup tinggi pada pasa jual beli mata uang secara khusus.
Volatilitas juga sempat menyentuh level tertingginya tahun ini dilihat dari bulanan pasangan mata uang EUR/USD pada pekan ini. Menurut para analis yang ahli di ING, tampak bahwa volatilitas EUR terhadap USD melonjak dengan faktornya yaitu varian Omicron, dimana bisa berpeluang memperlambat gerak dari The Fed untuk memperketak kebijakan moneter.
Dan kebijakan tersebut dianggap positif bagi pergerakan mata uang Euro. Namun, pidato dari Ketua The Fed yaitu Jerome Powell, Selasa lalu, di hadapan para senat bersifat hawkish dan negatif bagi kurs mata uang EUR terhadap Dolar AS.
Ini lah sebabnya EUR/USD perlu pengamatan secara lebih lanjut dalam satu bulan ke depan. Adanya kedua isu yang saling berhubungan ini akan mendapat banyak sekali masukan baru dalam waktu empat minggu ke depan.
ING juga menuliskan komentar bahwa kondisi likuiditas yang menipis akan mengarah pada kondisi terjal di pasar FX sebagai respon dari hal tersebut.