Minyak mentah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan tersebut terjadi karena muncul kekhawatiran atas dampak ekonomi di kalangan pelaku pasar. Kekhawatiran itu sendiri muncul disebabkan oleh banyak hal.
Salah satu hal pokok yang menyebabkannya adalah karena potensi kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh Federal Reserve AS. Banyak pihak meyakini kalau Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga.
Belum lagi ada rilisan terbaru pada data manufaktur China. Pada data tersebut, terlihat ada pelemahan yang terjadi di sana. The Fed sendiri bertemu pada 2 hingga 3 Mei 2023. Angka kenaikan suku bunganya sendiri banyak diprediksi.
Banyak orang yakin kalau kenaikan suku bunga yang akan dilakukan berada di angka 25 basis poin. Penurunan pada minyak mentah brent sendiri berada di angka 1,2 persen. Hal tersebut membuat harga minyak mentah brent turun sekitar 97 sen.
Untuk sekarang, harga minyak mentah brent tersebut berada di angka 79,36 dollar per barel. Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah WTI atau West Texas Intermediate. Penurunan yang terjadi adalah sekitar 1,9 persen.
Dengan presentase tersebut, harga minyak mentah WTI turun sekitar 1,44 dollar AS. Sekarang penurunan tersebut membuat minyak mentah WTI diperdagangkan pada kisaran harga 75,34 dollar AS.
Kekhawatiran Perbankan Telah Membebani Minyak
Beban yang didapat minyak bukan suatu hal yang baru. Apa yang disebabkan oleh kekhawatiran perbankan ini sudah terjadi selama beberapa minggu ke belakang. Sebenarnya ada aspek lain yang menyebabkan penurunan tersebut.
Salah satu aspeknya adalah karena kegagalan dari lembaga besar AS ketiga. Ada kegagalan yang dilakukan dalam dua bulan terakhir. Ini sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh regulator Amerika Serikat di hari Senin.
Sekarang First Republic Bank sendiri mengalami penyitaan. Dengan adanya penyitaan tersebut, sebelumnya banyak orang yakin kalau kesepakatan untuk menjualnya akan dilakukan. Hingga akhirnya keputusan penjualan tersebut benar-benar disepakati.
Naeem Aslam dari Zaye Capital Markets sendiri mengeluarkan sebuah pernyataan menarik. Dari pernyataan tersebut, ada ketakutan dari investor akan kebijakan yang dikeluarkan The Fed. Kekhawatiran ini muncul karena The Fed berpotensi menaikkan suku bunga.
Sekarang kenaikan suku bunga sendiri memang berjalan seperti apa yang diharapkan banyak pihak. Tetapi banyak orang menjadi bingung apa yang akan terjadi dengan sistem keuangan AS lainnya.
Itu karena, kebijakan-kebijakan yang muncul berpotensi membuat sistem keuangan tersebut menjadi tidak stabil. Seperti yang sebelumnya sudah dijelaskan, angka kenaikan suku bunga sendiri banyak diprediksi akan meningkat sekitar 25 basis poin.
Tetapi sebenarnya, 25 basis poin merupakan angka minimal. Oleh karena itu, tidak heran jika pada akhirnya angka tersebut meningkat ke titik yang lebih tinggi. Ini menjadi alasan utama mengapa banyak orang sedikit khawatir dengan kondisi suku bunga ini.
Data Ekonomi yang Lemah dari China
Rilis data ekonomi China yang sebelumnya dilakukan juga menimbulkan kekhawatiran. Banyak orang yakin kalau ini juga sukses membuat penurunan harga minyak semakin parah. Ada penurunan jelas pada indeks PMI yang sebelumnya dirilis.
PMI sendiri sering disebut sebagai indeks Manajer Pembelian Manufaktur. Sekarang indeks PMI tersebut berada di angka 49,2 persen. Dengan angka tersebut, indeks PMI menurun sekitar 2,7 persen dari yang sebelumnya berada di angka 51,9 persen di bulan Maret.
Dengan kondisi tersebut, ini membuat indeks PMI mengalami penurunan hingga 50 poin. Adanya penurunan itu memunculkan pemisahan antara ekspansi dan kontraksi. Ini sangat terasa pada aktivitas bulanan yang dilakukan.
Kondisi ini terus melebar hingga ke banyak aspek. Salah satu dampaknya terlihat dengan munculnya dukungan dari banyak pihak. Dukungan tersebut mendorong pengurangan produksi yang dilakukan pada area tersebut.
Diharapkan ada penurunan hingga 1,16 juta barel per hari. Tentu dukungan ini mengarahkan penurunan tersebut untuk dilakukan oleh anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak. Ini juga berlaku untuk para sekutunya termasuk Rusia.
Beberapa pihak menyebut organisasi ini dengan sebutan OPEC+. Untuk penurunannya sendiri diharapkan akan terjadi pada bulan Mei ini.
Banyak pihak memang masih ragu kalau anggota OPEC+ dan para sekutunya akan menyetujui pengurangan produksi tersebut. Namun jika dilihat secara keseluruhan, ini memang menjadi salah satu langkah tepat untuk menstabilkan situasi.