Sejak awal tahun ini, nilai tukar Great Britain Poundsterling (GBP) sempat turun karena adanya tekanan dari Uni Eropa terkait kebijakan brexit. Kebijakan brexit ini sempat ditentang oleh petinggi Uni Eropa. Hingga akhirnya, Inggris Raya sempat terancam sanksi karena tindakan Boris Johnson yang ingin keluar dari komunitas Uni Eropa.
Di akhir bulan November 2020 ini, Inggris Raya digadang-gadang telah mencapai kesepakatan brexit dengan Uni Eropa. Pastinya, kabar ini membawa angin segar terkait pertumbuhan nilai tukar GBP terhadap Dollar AS. Untuk itu, banyak orang melepas valas GBP demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Mendekati Akhir Tahun, Nilai Tukar GBP Terhadap Dollar AS Tetap Stabil
Memang, ketegangan antara Inggris Raya dengan Komunitas Uni Eropa sempat membuat nilai tukar GBP terhadap Dollar AS melemah. Adanya ancaman sanksi ini menyebabkan investor berpikir dua kali untuk menyuntik dana investasi pada nilai tukar mata uang GBP. Sempat terpuruk, nilai tukar GBP di akhir bulan November 2020 ini kembali stabil.
Tercatat, nilai tukar mata uang GBP terhadap Dollar AS naik tipis sekitar 0,19% di angka 1,3340. Bisa saja, di awal bulan Desember 2020 ini semakin meningkat hingga di angka 1,3400. Oleh sebab itu, banyak pemegang saham valas melepas mata uang GBP demi mendapatkan keuntungan yang cukup signifikan.
Penyebab Nilai Tukar GBP Kembali Stabil Ditengah Tarik Ulur Kebijakan Brexit
Tampaknya, Komunitas Uni Eropa melunak dengan keputusan Inggris Raya untuk keluar dari UE dan kebijakan brexit yang masih tarik ulur. Menurut Menteri Keuangan Inggris Raya, Rishi Sunak menyatakan bahwa Pemerintahan Inggris Raya dibawah kepemimpinan Boris Johnson ini menyatakan bahwa akan ada perwujudan kesepakatan brexit dengan Uni Eropa.
Lalu, Komisi Uni Eropa yakni Ursula Von Der Leyen juga menyatakan bahwa Uni Eropa bersiap jika Inggris Raya benar-benar meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan perdagangan, meskipun kesepakatan brexit dalam periode “kemajuan nyata”.
Untuk itu, komisi Uni Eropa mengutus diplomat dan negosiator yaitu Michel Barnier untuk membicarakan perundingan brexit dengan Inggris Raya. Hasil perundingan akan menentukan bahwa kesepakatan brexit akan tercapai, meskipun perwujudan kesepakatan ini baru bisa diwujudkan setidaknya 5 pekan ke depan.
Berbanding Terbalik dengan GBP, Nilai Tukar Dollar AS Diprediksi Merosot Tajam di Awal Bulan Desember 2020
Jika nilai tukar GBP terhadap Dollar AS semakin stabil, maka berbanding terbalik dengan nilai tukar Dollar AS. Dollar AS merosot tajam karena beberapa faktor. Sempat naik karena adanya “Joe Biden Effect” di awal bulan November 2020 lalu. Kini, Dollar AS semakin terperosok karena optimasi vaksin virus corona.
Nilai tukar Dollar AS kini merosot sekitar sekitar 0,15% menjadi 91,688 atau telah turun sekitar 2,4%. Penurunan nilai tukar ini menjadi yang paling rendah sejak dua tahun terakhir. Selain itu, nilai tukar Dollar AS terhadap Yen Jepang (JPY) juga mengalami kemerosotan sekitar 0,19% atau di angka 103,88.
Selain isu optimasi vaksin virus corona, kemerosotan nilai tukar Dollar AS ini disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, isu-isu keamanan politik sejak Donald Trump menyatakan kecurangan pilpres AS yang berujung kerusuhan di beberapa Negara bagian.
Lalu, kebijakan The Fed yang dirasa kurang memihak pada Dollar AS. Beberapa pakar ekonomi dunia memprediksi bahwa Dollar AS akan semakin turun hingga pekan kedua bulan Desember 2020.
Efek Peningkatan Nilai Tukar GBP Terhadap Dollar dan Penurunan Nilai Tukar Dollar AS
Dengan adanya peningkatan nilai tukar GBP, beberapa masyarakat Inggris Raya tentu dapat membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga murah, terutama kebutuhan pokok yang masih mengimpor bahan pokok dari Negara lain. Berbanding terbalik dengan masyarakat AS.
Beberapa warga AS mengaku kesulitan untuk membeli kebutuhan pokok. Hal ini dikarenakan beberapa harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Sebab, nilai tukar Dollar AS semakin melemah yang menyebabkan harga barang kebutuhan, terutama barang impor semakin melonjak tajam.
Sejak adanya titik temu terkait kebijakan perdagangan brexit antara Inggris Raya dengan Uni Eropa, maka nilai tukar GBP pun semakin meningkat stabil. Para investor yakin bahwa kabar tersebut menjadi kabar baik untuk para pemilik saham valas.
Namun, nilai tukar Dollar AS semakin terpuruk karena beberapa faktor. Untuk itu, beberapa pakar ekonomi mengamati pergerakan nilai tukar Dollar AS dengan menanti kebijakan yang diambil oleh The Fed.