Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Mata Uang Asia Melemah Angka Inflasi Akan Menyusul

Mata Uang Asia Melemah Angka Inflasi Akan Menyusul

by Didimax Team

Pada hari Kamis, sejumlah mata uang dari kawasan Asia mengalami penurunan sementara mata uang Dolar tetap bergerak secara stabil ungkap hawkish dari sejumlah pejabat reserve beberapa waktu yang lalu.

Saat ini fokus utama tertuju pada angka inflasi yang akan segera datang dari China dan juga Amerika Serikat. Hal ini juga merupakan salah satu upaya agar bisa menemukan petunjuk mengenai ekonomi global yang sedang berlangsung pada saat ini.

Mata uang dari kawasan Asia Tenggara adalah salah satu yang paling terdampak mengalaminya penurunan pada hari ini. Sedangkan mata uang Thailand dan juga Indonesia yaitu Bath dan Rupiah mengalami pelemahan terhadap Dolar sekitar 0,2%.

 

Mata Uang Asia Bergerak Turun dan Dolar Tetap Stabil

Sementara itu hal berbeda dialami oleh mata uang Jepang yaitu Yen yang bergerak tipis terhadap Dolar. Untuk saat ini para investor belum terlalu mengambil banyak posisi sebelum rilis resmin yang dikeluarkan oleh Gubernur Bank of Japan diantisipasi luas.

Mata uang Asia yang lainnya juga pada saat ini bergerak turun dari mata uang Dolar. Hal ini dikarenakan ada kekhawatiran apabila suku bunga Amerika Serikat kembali dihidupkan oleh para pejabat The Fed yang bisa terjadi pada Minggu ini.

Dolar tetap bergerak secara stabil terhadap beberapa mata uang seperti mata uang di kawasan Asia. Dengan progres yang ditunjukkan indeks dola berjangka dan indeks dolar yang ada di perdagangan datar pada hari Kamis 9 Februari 2023. 

Semalam telah diserukan oleh seorang Gubernur Fed yaitu Christoper Waller dan juga Presiden Fed New York yaitu John William yang menyatakan bahwa beberapa bulan kedepan akan terjadi sebuah suku bunga lebih lanjut yang akan terjadi.

Hal ini dikarenakan inflasi akan diperkirakan terus terjadi akibat imbas dari penguatan di pasar kerja. Statement ini menyusul peringatan yang dikeluarkan oleh ketua The Fed yaitu Jerome Powell yang menyatakan bahwa meski infeksi suku bunga harus berlanjut.

Fokus yang saat ini dikejar adalah inflasi indeks harga konsumen yang terjadi di Amerika Serikat. Data ini akan keluar pada hari Minggu depan yang diharapkan bisa menjadi arah kebijakan moneter yang akan berlangsung selama beberapa bulan lagi.

Kenaikan Suku Bunga Menjadi Pertanda Buruk Bagi Mata Uang Asia

Terjadinya sebuah kenaikan suku bunga Amerika Serikat hal ini sekaligus menjadi pertanda buruk bagi mata uang di wilayah Asia. Karena dengan hal tersebut terjadi kesenjangan antara imbal berisiko dan imbal tidak berisiko menjadi menyempit.

Karena pada tahun 2022 yang lalu sejumlah mata uang regional di kawasan Asia mengalami penurunan yang cukup drastis akibat kenaikan suku bunga. Maka dari itu para trader harus tetap berwaspada terkait hal serupa yang bisa saja terjadi di 2023.

Angka inflasi yang terjadi pada mata uang lokal juga menjadi fokus yang harus diperhatikan. Mata uang Yuan China bergerak sedikit yang dimana hal tersebut sebagai langkah antisipatif inflasi IHK yang akan terjadi pada hari Jumat.

Data tersebut akan selalu diawasi dan juga dicermati sebagai bentuk upaya pemulihan ekonomi China setelah negara tersebut menggelontorkan banyak sekali dana untuk menangani pandemi Covid-19 yang terjadi di negara itu beberapa waktu yang lalu.

Sedangkan mata uang Rupee India adalah salah satu yang paling mengambil keuntungan untuk perdagangan pada hari ini. Hal ini juga menjadi salah satu yang beruntun setelah mereka juga mendapatkan keuntungan kecil di sesi sebelumnya.

Sebelumnya Reserve Bank of India telah menaikkan suku bunga mereka dan beberapa ekspektasi pasar yang terjadi untuk jeda siklus kenaikan suku bunga yang terjadi pada masa ini yang mengalami cukup banyak dampak terhadap mata uang yang lainnya.

Kemudian para investor juga akan mengamati inflasi IHK India yang akan keluar rilis resminya pada Minggu depan. Hal ini adalah upaya untuk mengukur apakah tekanan harga barang akan menjadi berkurang di bulan Januari.

Di Indonesia sendiri IHSG ditutup dan mengalami kenaikan sedikit diangka 0,13% pada sesi ke I dan Rupiah juga turun sebesar 0,20% terhadap nilai tukar Dolar Amerika Serikat yang pada saat ditutup hari ini menyentuh angka sebesar 15.125,0.