Dolar AS mengalami tren naik baru-baru ini, tetapi itu masih menjadi kejadian paling merugikan karena mengalami kerugian mingguan terbesar sejak Mei. Pada hari Jumat, US dollar bersama dengan mata uang safe haven lainnya mengalami kenaikan.
Penyebabnya karena saham jatuh dan karena data ekonomi AS terlihat mulai optimis, sehingga turut membantu membalikkan beberapa kerugian dari awal pekan, itu sejak pernyataan dovish dari The Fed untuk menghentikan reli selama sebulan di greenbacknya.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang, naik 0,32% pada 92,181 pada pukul 14:45 waktu ET. Indeks masih turun 0,77% untuk minggu ini, itu menjadi laju kinerja mingguan terburuk sejak minggu pertama bulan Mei.
Meskipun Naik, Dollar Tetap Masih Rugi Besar
Keuntungan hari Jumat untuk mata uang AS terjadi karena saham harganya jatuh, kemudian itu juga ditambah dengan laporan pendapatan suram oleh Amazon. Bukan itu saja, tetapi adanya peningkatan kekhawatiran atas penyebaran cepat varian Delta COVID-19 juga.
Ada lagi faktor pendukung lain, yakni setelah tindakan keras berupa peraturan oleh China pada teknologinya serta dari sektor pendidikan. Posisi di akhir bulan July serta tren Agustus yang cenderung menjadi bulan paling kejam bagi pasar keuangan dirasa berpengaruh.
Terlihat dalam basis 10 tahun ini, biasanya Agustus menjadi musim merugikan bagi pasar, itu dianggap menjadi bulan terlemah. Kemudian kondisi pandemic global dengan varian Delta serta ketidakpastian di sekitar China, investor menjadi gugup.
Banyak pedagang maupun pelaku pasar merasa khawatir tentang koreksi yang lebih tahan lama di saham, itu membuat dolar menjadi pilihan sebagai menangkap tawaran safe haven. Seperti pada Yen Jepang dan krone Norwegia, mereka juga ikut naik.
Menjadi opsi dan sering dianggap sebagai mata uang safehaven, Yen naik 0,26% sedangkan Krone sekitar 1,27%. Peningkatan dollar AS juga terjadi karena Presiden Federal Reserve mengatakan bahwa The Fed harus mulai mengurangi $ 120 miliar untuk pembelian obligasi.
Fed diharapkan pada bulan musim gugur ini membeli obligasi dipotong dengan cukup cepat, itu juga membuat program berakhir pada bulan-bulan pertama 2022. Sehingga untuk pembukaan dengan cara agar kenaikan tarif tahun itu sebaiknya dilakukan jika dibutuhkan.
Kondisi Mata Uang Negara Lain
Greenback yang merosot awal pekan ini setelah Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa kenaikan suku bunga masih jauh dan pasar kerja masih memiliki beberapa alasan untuk ditutup, turut mempengaruhi dollar US.
Karena sempat mengalami kemunculan yang cukup signifikan awal minggu ini, kenaikan kemarin Jumat akan terlihat seberapa signifikan hal itu dapat dibuktikan oleh nonfarm payrolls minggu depan, namun dollar masih tetap merugi besar.
Dari data perekonomian masyarakat AS yang terlihat positif pada hari Jumat dibuktikan dollar naik, itu juga menandakan adanya kenaikan belanja oleh konsumen AS. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperkiraan pada bulan Juni lalu.
Penyuntikan vaksin COVID-19 yang semakin rata, membuat herd imunity hingga permasalahan ekonomi dampak Corona sedikit bisa diperbaiki. Itu juga turut mendorong permintaan untuk layanan dan rekreasi terkait perjalanan.
Pergerakan ekonomi di masyarakat terlihat positif, meskipun memang sebagian dari kenaikan tersebut masih cerminan bahwa harga lebih tinggi. Jika dibandingkan dengan pendapatan tahunan, maka inflasi semakin cepat di atas target 2% The Fed.
Mata uang Euro mengalami pelemahan 0,26% terhadap greenback, namun masih berada di sekitar level tertingginya dalam 1 bulan setelah pertumbuhan ekonomi zona euro mengalami peningkatan cukup cepat dari target pada kuartal kedua.
Mereka mulai terlihat menarik diri dari resesi terkait pandemi, sementara inflasi melesat melewati level 2% dari target Bank Sentral Eropa di bulan Juli. Mata uang yuan China juga semakin membaik, terlihat sudah pulih atas kerugian pelemahan Selasa kemarin.
Harganya sudah di 6,4660 per dollar, dan itu turut dibantu oleh upaya China untuk menenangkan kegelisahan investor. Berkomentar bahwa pialang asing sebaiknya tidak melebih-lebihkan tindakan regulasi terbaru mereka.
Dolar Australia dan Selandia Baru, yang juga dipandang sebagai aset berisiko, ikut turun Jumat ini. Tetapi harga itu tetap masih berada di level tertinggi dua minggu terakhir. Sementara Sterling turun 0,5% lebih rendah atas dolar jelang pertemuan Bank of England minggu depan.
Mata uang virtual Bitcoin mengalami pelemahan dengan turun 3%, tergelincir jauh di bawah 40.000 dolla AS, ini merupakan level yang belum mampu ditutup oleh cryptocurrency sejak pertengahan Juni lalu.