Harga minyak mentah dunia belum terkoreksi pada pekan ini, harganya masih bagus. Dan ini kemudian menjadikan banyak investor untuk kembali mencairkan uangnya karena sangat tinggi sekali. Dan masih stabil hingga kini.
Tetapi meskipun begitu minyak dunia sebenarnya kembali turun, walau sangat tipis sekali. Pada senin ini harga minyak jenis brent berada pada harga 76,09 per barel. Maka hal itu harga minyak turun 0,12% dibandingkan pekan lalu.
Sementara harga minyak mentah light sweet berkurang 0,05%. Hal kemudian 74,01 USD per barel. Tetapi harga tersebut sebenarnya masih tinggi sekali, karena beberapa pekan ini harga minyak dunia melonjak tinggi.
Pada bulan yang lalu kenaikan harga minyak tersebut sampai pada 9,69% untuk minyak Brent. Sementara light sweet melesat hingga 10.49% dalam sebulan lalu. Maka menjadikan harga minyak paling tinggi.
Kenaikan harga yang sangat tinggi itu, menggoda beberapa investor untuk mencairkan keuntungan tersebut. Tetapi sebenarnya untuk harga minyak kedepannya akan tetap cerah, karena kemungkinan akan tetap naik.
Harga Minyak Diprediksi Akan Naik Terus
Meskipun banyak yang sudah berkeinginan untuk mencairkan keuntungan dari investor. Tetapi melihat prospek kedepannya, bahwa harga minyak yang akan terus naik kembali. Maka menjadikan beberapa orang mengurungkan niatnya.
Banyak media yang mengabarkan kedepannya akan terjadi kenaikan harga pada minyak mentah dunia. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yang pertama adalah melihat pola mobilitas dari masyarakat di negara-negara maju.
Dan yang kedua adalah tentang isu dari negara-negara yang tergabung dengan OPEC+. Bahwa mereka akan mengadakan pertemuan. Dikabarkan bahwa pertemuan ini akan membahas tentang produksi minyak mentah dunia.
Kenaikan harga juga terjadi karena adanya proses vaksinasi yang cukup tinggi di negara-negara maju, seperti Negara-negara Eropa dan juga China. Maka dari itulah wajar jika harga minyak dunia akan terus naik.
Proses kenaikan harga minyak ini terjadi karena beberapa negara sudah selesai dari permasalahan covid-19. Dan karena adanya proses pemulihan ekonomi yang kunjung baik, ini menjadikan kebutuhan minyak meningkat.
Iran dan AS Masih Belum Sepakat
Maka kemudian yang masih menjadi pertanyaan banyak pihak adalah kelanjutan dari perjanjian tersebut. Pada masa Joe Biden ini prosesnya memang terlihat alot dan kedua belah pihak tidak kunjung menemukan titik temu.
Karena memperbaiki hubungan antara Washington dengan Teheran membutuhkan waktu yang lama. Menteri luar negeri AS menyatakan masih ada perbedaan pandangan antara kedua belah pihak tersebut. Hal ini seperti yang dikutip oleh Reuters.
"Kami hanya ingin mencapai kesepakatan apabila Iran menghormati perjanjian bersama. Saat ini, kami belum sampai ke sana," ungkap Anthony Blinken . Maka hal tersebut menjadikan pasokan masih ketat.
Tetapi karena Iran masih belum bisa ikut untuk memeriahkan pasar minyak dunia. Maka jelas pasokan minyak akan berkurang sedikit. Sementara jumlah permintaan makin tinggi, ini kemudian menjadikan harga minyak makin tinggi.
Maka dari itu harga batu bara masih saja tinggi. Walau mungkin berhenti pada pekan ini. Tetapi hal tersebut menjadikan lebih tinggi daripada beberapa pekan lalu. Batu bara semakin dekat dengan rekor kenaikan tertinggi.
Sementara untuk rupiah, kemungkinan besar masih akan tetap lesu untuk sepekan kedepan. Hal ini terjadi karena masih ada lonjakan kasus covid-19, dan proses vaksinasi yang tidak kunjung terselesaikan.
Komoditi Batu Bara Semakin Tinggi
Batu bara pada sepekan belakang mengalami kenaikan yang semakin tinggi. Memperkokoh posisinya pada level paling tinggi dalam 1 dekade belakangan. Maka jika kenaikan terus terjadi maka mungkin akan mejadi sekor tertinggi.
Dikutip dari data Refinitiv, batu bara ice newcastel Australia melesat pada 6,15% untuk kontrak 2 bulan. Kontrak tersebut naik pada posisi 131,1 dolar Amerika Serikat per ton. Maka sepanjang tahun 2021 batu bara meroket 60%.
Dengan begitu maka harga batu bara akan mencapai rekor tertinggi jika sepekan kedepan batu bara bisa terus beranjak naik. Kenaikan juga diprediksi karena ketersediaan barang dan permintaan barang tidak sesuai.
Beberapa analis mengatakan jika pasokan batu bara yang ada di dunia ini kemungkinan besar akan mengalami penurunan yang sangat pesat. Ini terjadi karena memang produksi batu bara belum banyak.
Tom Price mengatakan dalam wall street journal "Supply sedang menyusut dan kemungkinan lebih cepat dari penurunan permintaan." Maka jelas batu bara akan kembali naik.