Sebagai salah satu bahan dasar penting untuk dunia, minyak beberapa hari terakhir mengalami pelemahan. Pelemahan harga minyak ini sejalan dengan sesi keempat dolar AS yang terus menguat.
Harga minyak khususnya minyak mentah mengalami penurunan harga mencapai -1 persen lebih rendah pada Rabu kemarin. Hal ini dikarenakan pasar sedang menghadapi suasana risk off dalam kondisi tertinggi.
Bahkan, harga terendah harian dari minyak terbentuk dengan jelas dan terkendali di tengah aktivitas ekonomi dunia yang terus melambat. Komoditas minyak bergantung pada dukungan teknis.
Adanya dukungan teknis pada komoditas minyak dapat menjaga tren bullish agar tetap utuh. Karena harga minyak yang menyentuh angka -1 persen, maka pada sesi perdagangan kemarin ditutup di bawah rata-rata.
Penurunan tersebut menunjukkan adanya penurunan yang terjadi secara berturut-turut selama empat kali. Faktor penyebabnya karena data ekonomi yang melemah dan adanya pertumbuhan global yang ikut melambat.
Penurunan Minyak Dunia
Penurunan minyak ini juga disebabkan oleh berbagai hal yang mempengaruhi dunia di dalam perdagangannya. Salah satunya adanya sentimen pedagang yang memberikan dampak paling besar terhadap minyak.
Adanya sentimen pedagang juga membuat keadaan minyak memburuk dalam skala yang lebih luas. Tidak hanya sentimen dari pedagang, faktor lain terkait perdagangan dunia juga mempengaruhi perkembangannya.
Kondisi yang semakin memburuk juga terjadi khususnya pada indeks saham. Beberapa diantaranya indeks saham utama misalnya Dow dan Nasdaq yang sudah mulai berada dalam keadaan di bawah tekanan.
Meskipun demikian, hal ini membuat adanya penghindaran risiko juga mencerminkan indeks VIX. Hal ini dengan adanya penurunan S&P 500 yang sudah mengalami peningkatan tajam selama dua sesi.
Data dari American Petroleum Institute juga memperpanjang kerugian harga terhadap sektor perdagangan minyak. Sebagai salah satu data yang berpengaruh memang memberikan dampak pada minyak dunia.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya stok minyak mentah di Amerika Serikat yang mengalami penurunan. Meskipun tidak secara keseluruhan, penurunan terjadi pada sebagian saja sesuai ekspektasi pekan sebelumnya.
Penguncian Mengurangi Permintaan Minyak
Selain faktor penyebab utamanya adalah penguatan dolar AS, maka ada faktor lainnya yang membuat minyak mengalami penurunan. Melonjaknya virus corona di Jepang membuat melemahnya permintaan di Asia.
US Dolar terlihat mengalami penguatan bahkan pada dua sesi secara berturut-turut yang didukung oleh adanya permintaan safe haven. Meskipun demikian, pasokan produksi minyak AS tetap diperkirakan meningkat.
Dari sisi pasokan, minyak hasil produksi AS diperkirakan meningkat hingga 8,1 juta barel setiap harinya. Peningkatan ini kemungkinan terjadi di bulan September sekaligus tertinggi sejak April 2020.
Minyak mentah Brent mengalami penurunan di akhir sesinya menjadi 48 sen atau sebesar 0,7 persen ke angka $69,03 setiap barelnya. Penurunan juga terjadi pada jenis minyak mentah lainnya, West Intermediate.
Minyak mentah West Intermediate (WTI) AS mengalami penurunan ke angka 70 sen atau setara 0,1 persen. Penurunan sebesar ini membuat WTI memperoleh harga lebih rendah pada angka $66,59 setiap barelnya.
Penguatan dolar selama dua sesi berturut-turut membuat minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Selain itu, Jepang juga memperpanjang keadaan darurat di Tokyo sehingga mempengaruhi ekonomi dunia.
Pemerintah Jepang mengumumkan terkait langkah-langkah baru yang terdiri dari tujuh prefektur untuk melawan lonjakan Covid-19. Hal ini dilakukan karena virus corona sudah mengancam sistem medis.
Selain itu, adanya pemangkasan posisi beli bersih minyak mentah AS oleh Hedge fund dan money manager juga memberikan dampak. Hal ini juga dilakukannya karena adanya wabah Covid-19.
Khususnya adanya virus corona yang kembali bangkit di beberapa negara sehingga adanya langkah-langkah pencegahan. Tentunya harapan yang diinginkan bisa danya perjalanan udara jarak jauh dengan cepat.
Data dari segi pasokan produksi minyak serpih AS diperkirakan naik pada September bulan depan. Peningkatan ini diperkirakan sebesar 8,1 juta barel setiap harinya dan menjadi rekor tertinggi sejak April 2020.
Tentunya data ini menurut pemerintah pada Senin kemarin. Adanya penurunan minyak mentah dari berbagai dunia karena disebabkan oleh berbagai faktor seperti US dolar yang menguat dan Covid-19.