Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Momentum Rupiah Semakin Menguat Banyak Sentimen Positif Mendukungnya

Momentum Rupiah Semakin Menguat Banyak Sentimen Positif Mendukungnya

by Didimax Team

Rupiah semakin perkasa, menunjukkan penguatan selama lima hari tanpa berhenti. Hal tersebut berbanding terbalik dengan yang terjadi pada awal bulan lali. Posisi Mata uang Indonesia ini jauh tertekan. Bahkan, angkanya hampir menyentuh Rp15.000,-. Bahkan pada penutupan perdagangan penguatan tersebut masih berlanjut.

Setidaknya naik ke level Rp14.065,- penguatan tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia sudah membaik walaupun, sedang diselimuti oleh resesi. Sayang, beberapa pengamat tidak sependapat dengan argumen tersebut. Mereka menilai kekuatan rupiah ada di kemenangan Joe Biden serta kondisi fundamental Amerika sendiri.

Faktor utamanya adalah Joe Biden dan Kamala Harris adalah orang cukup dekat dengan Islam, tidak menyukai perselisihan dan menjunjung tinggi persatuan serta kesatuan. Hal tersebut membuat iklim investasi berjalan lebih baik. Bahkan hubungan dengan China yang tidak pernah ingin mengalah.

 

Kebijakan Biden

Pasar menilai kebijakan yang akan diambil oleh Biden adalah mengakhiri perang dagangnya kepada China. Hal ini merupakan angin segar terutama untuk Indonesia. Para investor mulai ragu dengan keberadaan Dolar sebagai salah satu safe heaven menjadi bergejolak. Karena, banyak investor memilih beralih ke Yuan.

Hal tersebut juga diperparah dengan turunnya harga emas dunia. Diketahui, sebelumnya emas sempat mengalami kenaikan. Tetapi, setelah pengumuman vaksin Covid 19 bisa bekerja dengan baik, harganya langsung turun drastis . Sentimen pasar pun ikut berpengaruh, dengan vaksin yang sudah membantu kesembuhan hingga 60%.

Tren positif dari Rupiah juga dipengaruhi oleh kebijakan Biden mengenai stimulus paket angkanya lebih besar dibandingkan Trump. Hal tersebut bisa mengakibatkan terjadinya Capital Inflow. Sehingga, negara seperti Indonesia terkena imbasnya dengan terjadi penguatan dari sektor rupiah beberapa hari ini.

Faktor Amerika

Saat ini kondisi Amerika Serikat sendiri tidak dalam kondisi baik. Bahkan, para ekonom menilai prospek dialami oleh Dolar berada di posisi paling lemah. Oleh karena itu, Trump tampil sebagai pemenang, penurunan mata uang tetap akan terjadi tidak bisa dihindari. Tetapi, efeknya tidak akan sebesar ini.

Federal reserve merupakan faktor utama mengapa kemenangan Trump tidak akan memberikan dampak berarti. Hal ini sesuai dengan keinginan mereka yang tetap mempertahankan suku bunga tidak terlalu jauh dari nol. Serta tetap melakukan pembelian, sehingga kebijakan moneter masih berlangsung.

Kondisi seperti ini, bisa terjadi karena Bank Sentral Amerika sendiri tetap menjaga pembelian dari obligasi. Angkanya 120 miliar Dolar selama satu bulan. Kebijakan semacam ini yang menyebabkan Dolar Amerika tertekan. Tidak hanya terhadap Indonesia, melainkan mata uang negara lainnya.

Hanya saja, keunggulan Rupiah ini bisa saja terkoreksi jika, bargain hunting activity dilakukan. Ditambah Trump mengajukan gugatan atas pemilu yang terjadi. Kejadian tersebut akan meningkatkan safe heaven Dolar seperti semula. Hal tersebut membuat tekanan terhadap mata uang Indonesia itu semakin kencang.

Kondisi Indonesia

Saat ini pasar menginginkan stabilnya kondisi perekonomian sebuah negara. Salah satunya melalui vaksinasi. Dengan keberhasilan yang diraih oleh Amerika, memicu Indonesia untuk menjalankan programnya bulan depan. Hal tersebut sebagai alat untuk mengembalikan fundamental ekonomi yang terus tergerus, walau kenyataannya ekonomi naik.

Dari data BPS kuartal ke 2 mencatat minus 5%, kemudian kuartal 3 masih minus tetapi berada di angka 3%. Walaupun, tetap minus. Namun, menunjukkan peningkatan, tetapi tidak signifikan. Hanya saja berdasarkan data tersebut, para ekonom sebenarnya percaya bahwa Joe Biden efek tidak ada.

Hal wajar bila sebuah pemilu di sebuah negara membuat mata uang mereka bergejolak. Karena, situasi politik merupakan Tolak Ukur dari investor untuk masuk atau tidak. Hanya saja, penguatan yang terjadi masih tetap kurang. Iklim usaha yang menggunakan Dolar masih harus berpikir panjang 

Berdasarkan penguatan yang sangat tajam membuat mereka sulit bersaing. Hal ini bisa jadi kondisi cukup serius agar dihindari. Nilai ekonomi sekarang sebenarnya masih sesuai dengan rancangan anggaran pada tahun 2021. Di mana Pemerintah menempatkan nilai tukar dari Dolar di level Rp14.600,-

Banyak faktor membuat Mata uang Indonesia tersebut semakin, kuat salah satunya investor risk appatie terhadap beberapa aset berisiko. Selain itu, kelonggaran dari The Fed juga membuka ruang bagi Rupiah untuk terus menguat. Setidaknya, kembali ke angka psikologisnya yaitu Rp13.000,-